Kisah Lampau

511 49 0
                                    

Dokter Yons

Pria berperawakan gagah itu sedang resah. Ini adalah hari ke Lima setelah ia mendengar kabar, jika Bapak sedang dalam keadaan kritis.

Sebenci apapun Yons kepada Bapak, Bapak tetaplah Bapak, tidak akan ada dirinya di dunia ini, jika Bapak bukanlah Bapaknya.

Namun tugasnya sebagai Dokter yang baru saja Dua bulan, tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya untuk menemui Bapak di Kampung. Sedangkan jarak dari tempatnya berada ketika itu, harus menempuh perjalanan yang sangat panjang. Sekitar lima belas hari.

Yons memutuskan hijrah dari kampung halamannya, sejak Ibu memaksanya pergi ketika Yons kecil baru saja lulus dari Sekolah Dasar.

Ibu meminta Yons kecil menemui salah seorang sahabat Ibu, untuk bersekolah dengannya. Sebab, situasi di Kampung saat itu sudah benar-benar kisruh.

Ibu berkata kepada Yons,

"Wujudkanlah cita-citaku, Anakku. Sekolahlah yang tinggi, dan jadilah Dokter yang hebat. Agar kelak nanti Kau dapat mengobati banyak orang...

"Perkenalkan kepada warga Kampung tentang betapa pentingnya kesehatan, kebersihan, dan ilmu-ilmu tentang Gizi yang baik dan benar. Tapi, jangan sekali-kali mengatakan apapun kepada warga Desa ini, terutama kepada Bapak. Karena Bapak tidak pernah percaya dengan Ilmu Kedokteran, Bapak lebih percaya kepada orang pintar,"

Itulah, yang membuat Yons kecil akhirnya meninggalkan Kampung Halamannya.

*

Bukan rahasia, jika Ibu adalah seorang Dukun beranak yang terkenal di Kampung. Hingga pada suatu ketika, datanglah ke Kampung itu seorang musafir entah dari mana asalnya, seorang pria berperawakan tinggi besar, dengan janggut mencapai dada tersebut mendadak tersohor ketika pada suatu hari tersiar kabar, jika pria tersebut mengatakan bahwa Ibu, adalah keturunan seorang dukun santet di Desa pria tersebut. Pria tersebut mengatakan jika dirinya mendapat sebuah wangsit dari sang Agung, untuk menyiarkan kebenaran itu.

Tak hanya itu, musafir tersebut pun memberikan banyak bukti, tentang benarnya apa yang Ia katakan.
Tentang anak-anak yang terlahir cacat dalam waktu bersamaan ketika itu, dikatakannya jika itu adalah perbuatan Ibu.

Padahal jika menurut ahli kedokteran, bayi-bayi yang terlahir cacat pada saat itu dikarenakan kurangnya gizi pada Ibu-Ibu mereka ketika mengandung. Sebab pada saat itu keadaan Desa memang sedang dilanda paceklik. Belum lagi jangkauan Desa tersebut yang teramat jauh dari Kota, sehingga membuat sulitnya akses para medis menjangkau Desa.

Namun sekali lagi, warga Kampung lebih mempercayai Musafir itu, termasuk Bapak.
Semenjak kehadiran musafir itu tak Satu pun warga yang meminta Ibu menjadi Dukun beranak lagi.

Sebagai ganti, Musafir tersebut membawa Anak dan Istrinya ke Kampung. Lalu menjadikan Istrinya sebagai pengganti Ibu Yons, sebagai dukun beranak.

Bapak marah besar kepada Ibu, dan Bapak terhasut oleh perkataan si musafir. Bapak mengusir Ibu, dan membakar seluruh peralatan kerja yang biasa Ibu gunakan untuk membantu persalinan warga.

Hidup Ibu terlunta-lunta, perempuan itu berkelana dari Desa ke Desa, menawarkan jasa sebagai Dukun beranak. Karena memang hanya itulah keahlian yang Ibu miliki.

*

Ibu tidak pernah menemui Yons, namun doa-doanya senantiasa mengalir disepertiga malam.
Yons tinggal dan dirawat oleh seorang wanita sebaya Ibu, sahabat baik Ibunya yang sukses membuka jasa pijat dan ramuan obat-obatan herbal di Kota.

Perjalanan PebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang