prologue

905 42 29
                                    

First upload: May, 7, 2020
Cerita ini diikutsertakan dalam Proyek Menulis EAT 2

Selamat datang, selamat membaca, dan ... semoga suka🌹

🌻🌻🌻

Dering alarm di atas nakas tidak kupedulikan, jam digital tersebut terus berteriak membangunkan tidur nyenyakku. Mau tak mau tanganku bergerayang menekan tombol supaya dia berhenti berdering, kemudian kembali kupejamkan mataku dengan khusyuk hingga menembus kembali alam mimpiku.

Belum lama tidurku kembali nyaman, tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka dengan sedikit kasar. Suara kerosak riuh menggema di kamar indekosku yang mungil dan belum terisi banyak barang, lalu suara manusia terdengar di telingaku. Nadanya panik, aku yang terpancing emosi karena kesal tidurnya terganggu mencoba menenangkan diri. Siapa tau ada urusan mendesak hingga Winda—teman satu indekosku itu menerobos masuk seenaknya ke kamarku.

"ANJIR, JAPI! KATANYA LO KE KAMPUS JAM ENAM, INI UDAH JAM SETENGAH TUJUH!!" begitu pekiknya si Winda, membuatku terperanjat dari posisiku yang semulanya berbaring.

Kutatap wajah Winda dengan sinis, ia panik bukan main. Sekhawatir itu ia terhadapku, tapi sayangnya kekhawatirannya tidak berguna di pukul segini.

"Jam delapan, kampret! Besok baru jam enam, bareng sama lo juga, kan!"

Winda yang tadinya mematung di ambang pintu kini menghampiriku, ikut duduk di kasurku hanya untuk memamerkan seringainya yang menyeramkan. Dia kira dengan begitu aku akan luluh dan memaafkan begitu saja keleletan daya ingatnya? Hih, tidak, ya!

"Ehehe, gue lupa." Tuh, Winda bicara begitu dengan nada sok imut yang membuatku malah mual-mual.

Kujitak saja jidatnya. Kalau sudah melek begini, aku mana bisa tidur lagi?! Padahal mataku masih lengket, pindahan kemarin membuatku sangat lelah karena belum sempat beristirahat.

Ya, aku merantau ke kota orang untuk menuntut ilmu. Alias tinggal di indekos sambil menjalankan perkuliahan yang entah seperti apa nanti kedepannya (untuk yang ini, mudah-mudahan berakhir dengan baik!).

Pada akhirnya, aku mandi dan berbenah. Kemudian bersiap pergi ke kampus untuk menghadiri pertemuan pertama dengan kakak tingkat se-jurusan.

Kalau bukan karena tidak bisa tidur lagi, jujur saja aku berniat akan absen pada pertemuan membosankan itu yang hanya akan berujung pada tugas-tugas ospek jurusan yang menyulitkan. Hei, aku ini sudah berpengalaman menjadi pembangkang!

•••

Aku mengatur janji untuk bertemu dengan Rahma di depan gedung Fakultas. Rahma merupakan teman satu jurusanku yang kukenali lewat Instagram, saat itu kami sama-sama mencari teman sejurusan di kolom komentar salah satu unggahan official Instagram kampus. Aku belum tahu rupa Rahma aslinya seperti apa, ini adalah pertemuan pertama kami. Dia sudah menungguku, fyi aku datang terlambat.

Aku berjalan tergesa memasuki gerbang kampus, bersamaan dengan itu suara tawa beberapa orang di belakangku terdengar tertahan. Entah mereka mentertawakan apa aku tidak peduli, aku tetap berjalan cepat menuju gedung tempat kami akan berkumpul. Ketika aku melihat jam tangan di pergelangan tangan, ternyata aku sangat sial.

BAJUKU TERBALIK DAN ORANG-ORANG DIBELAKANGKU ITU MENERTAWAKAN AKU!!

Kampret.

Segera saja aku berlari menuju toilet terdekat, yang sialnya berjarak sekitar 100 meter dari tempatku berdiri. Baiklah Zafrina, di hari pertama menginjakkan kaki di kampus kamu sudah sial, bersiaplah menerima kesialan-kesialan berikutnya.

🌻🌻🌻

Maaf kalau ceritanya pasaran; terlalu menye-menye; dsb. Untuk itu, kritik dan saran selalu terbuka.

Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca, apalagi sampai meninggalkan jejak. Sampai jumpa di part berikutnya!

With much love,
Gigi Sadrira

Tak Ingin Pisah LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang