getting closer

113 17 27
                                    

"Kak Bayan?"

Suara seorang gadis memanggil Bayan terdengar olehku, untungnya diri ini masih berada di teras, jadi kusempatkan menoleh untuk mengetahui siapa sang empunya suara.

Kalau tidak salah, cewek berbaju tidur warna merah marun itu juga penghuni indekos. 

"Eh, Misel. Dari mana mau ke mana?" jawab Bayan. Dia tidak menyadari kalau aku sedang memerhatikan keduanya.

"Abis jajan." Cewek itu mengacungkan plastik hitam kecil pada Bayan. "Kakak ngapain? Kok ada di kosan aku?"

"Abiis ...," Bayan menoleh kepadaku yang berdiri bersandar di pagar yang belum kugeser ke kiri supaya tertutup. "Biasa, maen, hehe," sambungnya.

"Ini Miselia, adik kelas aku di SMA," kata Bayan padaku seraya menunjuk gadis itu dengan dagunya.

Janggal.

"Adik kelas? Bukannya kamu maba juga, ya?" tanyaku pada gadis itu. Meskipun aku tidak kenal dia, tapi aku ingat wajahnya. Toh namanya juga tinggal di tempat yang sama, pasti kami sering bertemu lah.

"Aku belum bilang, ya? Aku, kan, gapyear. Jadi beda setahun diatas kamu," jelas Bayan.

"Masa?"

"Bener, Neng. Tanya aja si Bulet."

Cewek itu hanya memerhatikan aku kemudian Bayan, begitu terus. Setiap salah satu diantara kami bersuara, dia memerhatikan.

"Oh. Ya udah," ujarku pada keduanya. Kemudian melesat masuk ke kamarku, setibanya disana aku lantas membaringkan diri.

Winda sedang video call dengan pacarnya di kamarku sambil menyalakan televisi, maklum saja dia hobi menonton TV tapi di kamarnya tidak ada TV. Saking khusyuknya dia video call, sampai-sampai dia tidak menyadari kehadiranku yang sudah membangkai diatas ranjang.

Aku jadi terpikirkan cewek tadi, kenapa dia bisa kenal Bayan, sih? Kan jadi awkward kalau Bayan datang ke indekos.

"ARGH!"

"Bangsat! Lo kalo dateng samlekum napa! Ngapain, sih, lo misuh-misuh di kasur?!" Winda mengomel. Padahal barusan aku tidak berteriak kencang, hanya sambil memukul-mukul kasur saja, sih.

"Lo aja budek, asik vidcall sama si Budi! Gue udah dateng sepuluh menit lalu, kampret!"

Budi yang panggilannya masih terhubung dengan Winda memanggil-manggil pacarnya bertanya ada apa, sedangkan Winda hanya manyun menatapku seperti aku ini hama yang telah memakan tanamannya.

"Huh! Udah, ah,gue balik ke kamar." Sambil menghentakkan kakinya, dia keluar dari kamarku.

"WINDAAA! SAMPAH LO BAWAAA!"

Temanku itu kembali masuk, bibirnya masih manyun. Dengan malas diambilnya sampah-sampah bekas makanan ringan miliknya, dia menatapku kesal, kubalas saja dia dengan memamerkan gigiku, dan berpose seperti cat women.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak Ingin Pisah LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang