that's just began

127 19 27
                                    

A/n: quote dibawah ini gak nyambung sama isi chapter-nya sih, dicantumin juga biar aku inget aja kalo aku nulis ini pas lagi nonton Spongebob, xixi.
Kritik, saran, dan koreksian selalu terbuka 😉

🌻🌻🌻

“Kau mungkin tidak memiliki cinta sejati, tapi percayalah kau akan menemukan cinta sejati.

-Spongebob Squarepants-

•••

Hari ini tak ada kegiatan, kugunakan kesempatan ini untuk beristirahat. Setelah ospek selama tiga hari berturut-turut, dari jam lima pagi sampai jam enam sore, tubuhku remuk rasanya. Untung saja aku tidak masuk angin.

Sudah jam 11 siang, dan aku masih berguling-guling di atas kasur. Winda sudah menggedor-gedor pintu kamarku, mengajakku berburu makanan. Namun dari tadi aku hanya menjawab sepuluh menit lagi, tanpa ada pergerakan. Sungguh, aku hanya ingin beristirahat.

Mungkin Winda kesal mendengar jawabanku yang sama lima kali berturut-turut, akhirnya dia membuka pintu kamarku tanpa etika. "Lo mau makan gak sih?!!"

Aku menyibakkan selimut yang menutupi seluruh tubuhku, "Kagak, Win. Gak laper, hehe."

"Si gobloookk ngapa gak bilang sih?! Tau gitu gue pesen makan pake ojek!"

"Lagian gue cuma niat makan doang, gak pengen beneran makan."

"Bodo amat!"

Setelahnya, Winda membanting pintu kamarku. Biar saja, paling kalau pintunya rusak dia yang bertanggung jawab pada Uni Siti dan Uda Faisal.

Aku pun kembali merebahkan diri, memejamkan mata dengan tubuh ditutupi selimut, namun tidak sampai tertidur. Berguling ke sana ke mari, rasanya aku ingin memeluk erat kasur yang menjadi pembaringanku ini.

Ponselku berbunyi nyaring, benar-benar mengganggu waktu santaiku. Sekali kuabaikan, dua kali aku mulai risi, tiga kali akhirnya aku mengangkatnya. Aku tahu yang menelepon bukan orang tuaku, makanya tak kuacuhkan. Sebab aku menyetel nada dering khusus untuk orang tuaku.

Baru saja ponselku menempel di telinga kanan, suara yang sangat akrab belakangan ini menyapa riang.

"Ai kamu lagi apa? Sibuk, ya?" Siapa lagi yang bicara padaku dengan logat Sunda kental kalau bukan Bayan?

"Hm. Sibuk banget gue"

"Kasian ih, anak gadis lagi sibuk. Turun bentar atuh, bentar aja. Dijamin kamu bakal seneng ini mah"

"Ngapain, sih, lo?"

"Sebentar aja ih, please."

"Ck. Bentaran." Aku memandang cermin, memastikan tidak ada belek di mataku, atau kerak bekas iler di pipiku. Katakanlah aku jorok, sebab wajar bagi manusia ketika bangun tidur terdapat kotoran-kotoran itu di wajahnya.

Setelah memastikan wajahku aman, lantas aku menemui Bayan.

Di luar pagar dia berdiri dengan menenteng sebuah kantong plastik, sambil menyeringai dia menyapaku. "Aduh si Neng, karunya teuing¹ sibuk sampe masih pake baju tidur."

Tanpa mengacuhkannya, aku membuka pagar yang terkunci dari dalam lalu mempersilakan Bayan duduk di teras.

"Sibuk ngapain, sih?" tanyanya.

"Sibuk rebahan," jawabku enteng. "Lo mau apa lagi, sih?"

Bayan tertawa, "Naha² rebahan dibikin sibuk? Ih dasar." Cowok itu meletakkan kantong plastik yang dibawanya keatas meja kopi yang memisahkan kami. "Buat makan siang," katanya.

Tak Ingin Pisah LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang