Kamu suruh aku jadi A, aku jadi A
Setelah itu kamu menjauh dan bilang
"kamu jadi B aja kayaknya lebih bagus deh"Oke aku jadi B
Tapi, setelah itu kamu menjauh lagi
"kamu kenapa gak jadi C aja? Aku suka"Setelah aku jadi C
Dan melihat sikap kamu berubah ketika melihatku
Aku berinisiatif langsung jadi DMenghindari amarah kamu, menuju bahagia kamu.
Selang lama waktu
Kamu lagi lagi menjauh
Dan bilang
"kamu kenapa sih jadi D? Aku kan gasuka"
Di fase ini aku salah, harusnya aku jadi F sebelum kamu marah.Tapi kamu pengennya aku jadi A B C
Eumm okey, aku jadi yang kamu mauTapi itu gak bertahan lama
Kemudian aku berada di fase, dimana aku bingung setelah ini kamu akan marah lalu aku harus bagaimana.Dan...
"aku gak minta apa apa dari kamu, cukup bisa ngertiin aku dan gak ngelakuin apa yang aku larang, itu aja apa susahnya sih kayak gitu? Tapi kamu selalu ngelakuin yang aku gasuka, yang aku benci. Sekarang aku mau kamu jadi Z. Kalo kamu gabisa, berarti kamu bukan orang baik, kamu gapantes aku butuhin, ini kesempatan kamu.Tunggu, gimana?
Ini bisa jadi di luar kemampuanku
Iya memang, kamu gada salahnya bicara semua hal itu setelah salah yang sama ataupun beda yang aku perbuat kepadamu selama ini, yang memang menyakitimuMungkin ini berarti aku bukan lagi aku untukmu, tak apa jika kamu akan bahagia dengan cara ini.
Lekas aku jadi ZTapi...
"aku cape sama kamu, bosen, kita hubungan gini gini doang. Apalagi kamu ngelakuin salah yang jelas jelas aku gasuka"Eumm maaf, aku cuma pengen ngertiin kamu, dan caraku salah.
"bukan ngertiin namanya kalo kamu nyakitin aku"Timbul sebilah pertanyaan.
Apakah caraku membuatmu bahagia malah tidak membuatmu bahagia?Dan,
Apakah semua yang aku lakukan tak begitu berarti sampai kamu berkata bosan dan lelah dengan aku?Ada apa dengan aku?
Mengapa selalu aku?
Bukankah semua yang kamu lakukan akan kembali kepadamu pada akhirnya?Tiap kali aku melakukan salah, sengaja atau tidak, kamu akan menjauh.
Dan,
Apakah benar hanya kamu yang merasa sakit hati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi
PoetryPuisi tidak pernah selesai, sebab rasa tidak pernah usai. Percayalah, kelengkapan dari puisi ini ialah bagaimana kamu merasa bahwa kamu ada di dalamnya, maka kamu dan puisi ialah kelengkapan.