Samping jendela sekolah aku duduk, meratapi bayangmu yang lewat menunduk, meski di luar sana adalah hiruk pikuk, tak mampu kusangkal bahwa bayangmu ingin kupeluk.
Pada ruang berbeda, waktu tetap sama, hanya rasa yang berbelok leluasa, kau di hatiku masih terasa, merekat erat sekuntum asa, menjagal rindu yang tetap bertahta.
Bukti dariku telah terucap, kulaksanakan tanpa banyak cakap, hingga pada hatimu jiwaku terperangkap, kemudian engkau hilang bagai menyulap, hingga derai mataku terisak gelap, selaksa tubuh menggelagap.
~~~~~
Jakarta,
Des 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi
PoetryPuisi tidak pernah selesai, sebab rasa tidak pernah usai. Percayalah, kelengkapan dari puisi ini ialah bagaimana kamu merasa bahwa kamu ada di dalamnya, maka kamu dan puisi ialah kelengkapan.