Seperti permata, tapi tak berharga.
Choi Hansol
****
Seorang siswi terlihat sedang menangis di koridor sekolah yang terlihat ramai. Banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang, tapi tak ada satupun yang mau menolongnya. Mereka hanya menonton dan mengabadikan kejadian tersebut menggunakan ponsel masing-masing.
"Hei, Hanbyul!!" seru seorang wanita, "sudah berapa kali ku ingatkan kau untuk menjauh dari Hansol~ku, mengapa kau selalu mengabaikanku?" bentak seorang gadis pada gadis yang sedang menangis itu.
"Aku...aku...aku dan Hansol tak memiliki hubungan apapun!" jawab Hannyul yang tersungkur di lantai koridor dengan nada takut.
"PEMBOHONG!!" amarah Jisoo memuncak.
"Akhir pekan kemarin Jennie melihatmu sedang nonton berdua dengan Hansol dibioskop!"
"Sungguh...aku dan Hansol tidak ada hubungan apa-apa," lirih Hanbyul di sela-sela isaknya.
"Tapi aku melihatmu merangkul tangan Hansol mesra," kali ini giliran Jennie, teman Jisoo yang angkat bicara.
"Seperti ini..." Jennie merangkul tangan wanita disampingnya dengan mesra, "lalu tak lama kau menyandarkan kepalamu di pundak Hansol seperti ini..." Jennie merebahkan kepalanya kepundak wanita berambut pirang tadi.
"Apa lagi sekarang?? Kau tidak perlu berkilah. Kini aku memiliki seorang saksi," ucap Jisoo yang teramat kesal karena Hanbyul terus membantah tuduhannya.
"Hiks...hiks...hiksss...sungguh Jisoo~a aku tidak memiliki perasaan apapun pada Hansol oppa*!"
*Oppa, panggilan seorang wanita pada kakak laki-lakinya.
Wanita berambut pirang tadi angkat bicara setelah mengeluarkan permen tangkai dari mulutnya.
"Oppa?? Tidak memiliki hubungan?? Kalau memang kalian tidak memiliki hubungan apa-apa mana mungkin kau bisa memanggil Hansol dengan sebutan mesra seperti itu," sarkasnya pada Hanbyul. Buliran air mata semakin deras menetes dari pelupuk mata indah milik Hanbyul.
"Itu karena Hansol oppa adalah saudaraku," ungkapnya.
Semua orang nampak terkejut dengan jawaban Hanbyul. Bahkan beberapa orang -bukan beberapa orang lebih tepatnya puluhan orang yang sedang menyaksikan kejadian itu pun ikut terkejut mendengar penuturan Hanbyul yang terdengar -entah lah terdengar seperti apa ditelinga mereka. Apa salahnya, Hanbyul dan Hansol bersaudara?? Toh mata keduanya terlihat mirip. Bedanya, hanya wajah Hansol yang berwajah tampan ala Eropa.
"Wah..." Jisoo terkejut tak percaya, "kebohonganmu semakin menjadi-jadi," tambahnya.
Dari arah kelas 3-1 keluarlah pria tampan dengan wajah bule nya.
"Hanbyul memanglah adik kandungku Bahkan aku dan dia adalah saudara kembar yang berbeda waktu hanya 5 menit," Hansol datang dengan tangan yang membawa handuk putih.
Hansol merangkul Hanbyul yang kini menangis terisak-isak akibat perlakuan yang ia dapat dari Jisoo dan kawan-kawan. Hanbyul bahkan sesekali menutupi wajahnya di dada bidang milik Hansol.
Hansol melirik Jisoo sekilas, "Dari dulu kau memang menjijikkan," ucapnya lalu mengangkat Hanbyul untuk membawanya ke UKS.
Ketika ia melewatj tubuh Jisoo yang mematung karena syok Hansol kembali berucap, "Kau seperti permata tapi, tak berharga."
Jisoo yang teramat syok Hanya bisa diam memandangi punggung Hansol yang mulai menjauh yang masih memeluk erat Hanbyul. Dia berdiri mematung memandangi bahu pria idamannya sedikit demi sedikit menghilang di balik tembok koridor kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL [REVISI]
RomancePernahkah kalian berpikir jika kalian sedang dipermainkan oleh takdir? Pernahkah kalian berusaha mati-matian melupakan sesuatu namun hal itu selalu kau ingat bahkan ketika kau sedang tertidur sekalipun? Atau, pernahkah kalian berusaha mengingat se...