kenyataan itu pahit

736 73 20
                                    

Entah mengapa hari ini awan tak bersahabat, di siang hari yg seharusnya cerah tiba tiba awan hitam menghampiri lokasi syuting. Para kru dan crew pun berjaga jaga agar lokasi set tidak terkena hujan. beberapa lampu dan juga peralatan syuting di pindahkan ke lokasi yg aman.

Syifa melihat ke luar jendela melihat awan yg semakin mendung. Ia berada di lobby untuk sekedar beristirahat dan juga memesan cemilan khasnya yaitu buah buahan yg di potong potong sambil menunggu take. Ia mengeluarkan novel yg baru setengahnya ia baca.

Ka rini masih stay di dekat lokasi, agar jika ada panggilan untuk take ia bisa mengabari syifa. Sedang fokus fokusnya ia membaca novel. Di belakang punggung syifa ia mendengar seorang ibu yg sedang bertelepon dengan anaknya mungkin, mengabari jika ia datang untuk menengok anaknya sedang syuting di lokasi.

Awalnya syifa tak ingin menguping pembicaraan seirang ibu yg di punggunginya namun ketika ibu itu, menyembut nama hamas ia mulai tertarik untuk mendengarkan. Kursi lobby begitu tinggi hingga walaupun bersebelahan tubuh orang yg duduk tidak terlihat di sebelahnya.

" mas umi sudah di lobby. Ada yg ingin umi obrolkan dengan kmu penting. Kmu bisakan kesini." Syifa mendengar ibu itu menyebutnya dengan umi.

Tadinya syifa ingin beranjak dari lobby karna tidak konsen membaca novel yg ia bawa. Ia ingin ketempat yg nyaman dan tenang. Namun blm sempat syifa beranjak dari lobby ia mendengar suara ibu ibu di belakangnya menyebutkan namanya. Syifa penasaran kenapa namanya di sebut ingin melihat siapa sebenarnya ibu2 tersebut, namun ia mendengar suara pria yg tak asing di telinganya.

" umi tau dari mana?. " itu yg syifa dengar dari suara pria yg  di kenalnya itu.

" umi tau dari siapa itu tidaklah penting mas, yg pasti umi tidak ingin kmu terjebak dengan wanita yg bibit bebet bobot tidak jelas." Suara umi yg lembut namun sarat dengan tekanan membuat pria itu menahan napas dan menghempuskannya dengan berat.

" mi hamas ngerti ko, hamas juga tau ia gadis baik baik dan keluarganya baik pula." Ujar hamas akhirnyanya.

" tapi umi pengen tuh wanita yg memakai baju syar'i atau setidaknya berhijab gtu loh mas. Tidak dengan yg dia katakan itu." Ujar umi dengan bahasa yg lembut namun membuat hamas jd berpikir, siapa yg memberi tahu tentang sosok syifa kepada uminya. Padahal ia ingin hamas sendirilah yg akan memberi tahu tentang syifa, wanita yg telah mencuri hatinya.

" berpikirlah nak baik baik. Umi hanya menasehati carilah wanita yg sholehah ahlak dan juga perbuatannya. Jangan sampai kmu buta akan sesuatu yg membuat kmu menyesal dikemudian hari." Ujar umi kembali.

Syifa mencelos akan perkataan umi td. Walau ia blm berhubunga dengan hamas secara langsung. Namun hatinya bagai teriris mendengar umi berkata seperti itu. Syifa tahu, sangat tahu memang tidak atau blm memakai pakai pakain syar'i ataupun berhijab. Namun apakah dengan pakaian wanita itu sholehah. Syifa tak mengerti dengan jalan pikiran manusia yg menganggap pakaian adalah cerminan dr hati yg suci. Syifa tidak mengerti apakah ke sholehan hanya di ukur dengan pakaian. 

Sebelum hati semakin sakit iapun beranjak pergi dari lobby, dengan memakai topi ke arah pintu yg berbeda dengan hamas masuk tadi.

" umi saya yakin dengan hati saya, jika wanita itu syifa...." hamas menjeda perkataannya.

" syifa memang blm memakai pakai syar'i ataupun berhijab. Namun semua yg ia pakai ataupun perkataanya dan juga ketaatan akan apa yg di perintahkan oleh allah agama dan rasul kita nabi muhamad shallallahu alaihi wasallam ia selalu kerjakan, tapi.. nanti jika ia menjadi istri hamas insyaallah ia akan memakainya umi." Hamas berbicara dengan tersenyum memandang umi yg di balas dengan senyum umi yg sumringah.

" anak umi kayanya udh kepengen nilah yah." Umi menggoda hamas yg di anggukan kepala oleh hamas.

" ia nikahnya sama syifa boleh mi?!".umi hanya tersenyum melihat tikah anak pertamanya yg biasanya tak menunjukkan rasa manjanya malah sekarang ia memeluk tangan kanan umi sambil menyenderkan kepalanya di bahu umi.

" umi ingin kenalan dl sama wanita.... siapa namanya ?. Umi pura pura lupa agar hamas menjawab pertanyaannya.

" syifa umi." Jawab hamas.

" ia syifa. Nanti setelah syuting kelar kmu bawa syifa yah untuk kenalan sama umi. Umi tungguin loh karna umi juga penasaran seperti apa syifa itu hingga anak umi ini kepen cepet nikah padahal wanita ini tidak berhijab. Umi tau tipe kmu kan wanita bersyar'i." Ujar umi kepada hamas.

" saya yakin setelah umi kenal dengannya umi pasti suka. Ia manis tanpa polesan yg berlebih, ia cantik dengan hatinya yg selalu bijak dalam berbicara. Dan ia pun selalu memakai pakai yg sopan tidak mengumbar umbar tubuhnya dengan pakaian yg kurang bahan." Ujar hamas dengan tersenyum sambil membayangkan syifa berada di hadapannya.

" yah sudah...., pokoknya umi ingin kenal dl dengan syifa. Baru umi bisa menilai gadis itu seperti apa!. Klo gtu umi balik dl yah.."

" Loh umi ga nginep aja disini. Sekalian has kenalin dengan syifa di sini."

" sebenarnya umi kesini juga ada urusan mas, jd sekalian nengokin anak ganteng umi dl baru ke acara umi." Ujar umi menerangkan.

Sambil berdiri umi dan hamas keluar dari lobby hotel dan melangkah ke arah parkir mobil yg tidak jauh dari lobby hotel.

********

Sementara itu syifa yg sudah berada di kamar penginapan, sedang berbaring sambil air matanya tak terkontrol keluar dari mata beningnya. Ia tak ingin menangis namun air matanya terus turun dari mata ke pipi mulusnya. Tak mengira senyum yg dr pagi tercetak indah di bibirnya kini musnah tersapu oleh awan hitam dan juga hujan yg begitu deras dari langit.

Kadang ia merutuki diri kenapa ia harus berada di lobby hotel dari pada di penginapan yg berada di belakang hotel tersebut. Jika ia berada di penginapan, mungkin syifa tak akan mendengar percakapan ibu dan anak yg sedang memperbincangkan dirinya. Mungkin rasa sakit itu tak akan ada. Kenapa sakit yah.. syifa pun tak mengerti. Padahal ia baru saja merasakan kebahagiaan ketika ada pria yg ingin serius untuk mendekati dirinya, bukan hanya untu main main atau selingan iseng karna nafsu belaka.

Dadanya begitu sesak sangat sesak, syifa belum memulai namun rasa sakitnya sudah ada. "Ya allah berikan lah hambamu kekuatan dan jodoh terbaik untuk hamba. Yg mau menerima hamba apa adanya. Bukan hanya fisik atau pun ketenaran atau harta benda, namun tulus dan sayang kepada hamba." Doa syifa dalam hati sambil menghapus air mata yg tak berhenti henti mengalir.

TA'ARUFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang