PDKT ALA HAMAS II

876 72 8
                                    

Hamas terbangun perlahan, ketika ada getaran hp di kantong celananya. Tangan kanannya merogoh kantung celanannya dan mengambil hpnya. Melihat layar hp. Ternyata umi, mama hamas menelepon. Hamas menelepon balik.

" assalamualaikum umi"

"Waalaikum salam mas, kmu udh sampai belum. Kmu blm kabarin umi sih.!!"

" maaf umi, blm sampai aku masih di tol sebentar lagi sih sepertinya...." hamas sambil melihat keluar jendela samping dan ke depan jendela depannya melihat papan penunjuk jalan.

" ini udh mau keluar tol mi, nanti saya kabarin klo sudah sampai di penginapannya."

" ya sudah klo gtu ndokk, klo sampai langsung kabarin umi y. Assalamualikum mas jaga kesehatan disana."

" ia mi, waalaikum salam" hamas mematikan teleponnya. Dan menaruh kembali hp di dalam kantung celananya. Hamas melihat keluar jendela samping dan melihat pemandangan yg sudah mulai terlihat pedesaannya dengan hamparan sawah yg sangat luas. Hamas mengucapkan syukur atas keindahan yg diberikan allah subhanallah wataala atas pemandangan yg terlihat oleh matanya. Dan juga wanita yg sedang ada di sampingnya yg masih tertidur nyenyak. Hamas tersenyum memandang ciptaan yg satu inipun tak kalah indahnya. Walau hanya tertidur, keteduhan dr wajahnya terlihat jelas, siapapun yg memandangnya.

" masyaallah inikah pemandangan yg teramat indah, andai.... suatu saat nanti hamba ingin di setiap paginya memandang wajah teduh yg sekarang hamba lihat ini." Gumam hamas.

Sambil masih melihat syifa yg tertidur,  namun tiba tiba syifa membuka matanya. Mengerjap matanya beberapa kali dan melihat hamas yg sedang memandangnya.

Hamas yg tanpa sadar masih melihat syifa dan merekapun saling bertatap tatapan. Syifa yg bingung dan hamas yg masih tak sadar jika syifa sudah bangun, ia pikir hanya khayalan saja.

Syifa mengibas ngibaskan tangan kanannya ke arah muka hamas yg masih tersenyum.

" mas..., mass hamas.!!! "

Hamas mengerjapkan matanya dan duduk tegak. " astaqfirulloh hal'azim." Gumamnya yg masih terdengar oleh syifa.

Syifa tertawa. " hahaha kenapa mass, td tidur melek y.  Mimpi apa sih sampai senyum senyum gtu tidurnya." Syifa meledek hamas.

Hamas salting diledek syifa. Namun ia pun membalas ledekan syifa.

" Memang knp klo saya suka tidur melek. Kmu ga ge'er kan klo saya tidur melek dan menghadap ke kmu."

Syifa yg di balas seperti itu hanya tertawa renyah dan menaikkan alisnya ke arah hamas." Aku mau ge'er tau mas.. kenapa !? Karna, mas hamas senyum ke arah aku. Sapa.. coba yg ga ge'er klo di tatap kaya gtu sama cowo tampan kaya mas hamas." Syifa ngegombal ke hamas. Yg membuat hamas skak mati untuk menjawabnya.

" hahaha bisa aja kmu. Klo mau gombal jangan sama saya. Ga mempan tau...., tp alhamdulilah bersyukur kmu bilang tampan."

" iih mas hamas ko narsis sih. Aku boong deh bilangnya. Tumben banget di puji trus... langsung narsis biasanya. bisa aja kmu mujinya gtu.."

" tadikan saya bilang alhamdulilah, bersyukur ada yg bilang saya tampan. Dan juga, ga apa apa klo kmu yg mujimah. Berarti saya ada ha..ra..pan..."

Syifa menoleh ke hamas dan merasa kata katanya aneh tp... kaya ada makna tp... membingungkan menurut syifa.

Hamas yg di tatap syifa hanya mengaruk alisnya yg tebal." Waduh keceplosan nih mulut." Bathin hamas.

" harapan apa nih." Akhirnya syifa bertanya ketika suasana agak jangung karna saling diam. Hamas yg tak siap menerima pertanyaan dan syifa yg jadi kepo dengan omongan hamas.

" harapan klo kmu anggap saya ini tampan dan bisa..lah.. buat permandingan saya sama yg lagi dekat sama kmu." Walau sebenarnya itu buka jawaban yg ingin di sampaikan hamas. Namun malah melunjur kalimat seperti itu yg membuat syifa semakin bingung.

" mas hamas kan selalu bilang tampan atau cantik itu relatif ko sekarang malah ngomong kaya gtu sih. Mas hamas tuh udh ada porsi dimata wanita wanita sholehah tau." Ujar syifa kemudian karna sebenarnya syifa ingin bertanya namun takut menjadi boomerang buat syifa sendiri.

" klo di mata kamu masih ada porsinya ga,!  saya. ?" Hamas bertanya lagì.

Syifa benar benar aneh dengan omongan hamas kali ini. Ini kaya bukan hamas gtu. Yg kalem dan juga tidak terbuka kali ini seperti hamas yg beda yg membuat syifa bingung mau jawab apa pertanyaan dan omongan yg ga ada jalurnya.

" maaf... kmu ga nyaman y ?! sama pertanyaan saya dan juga omongan saya. Maaf !! tp entah kenapa saya ingin lebih kenal kamu, mungkin menurut kmu ini aneh dan juga agak ga biasa. Saya tanya tanya tentang dan juga narsis. Saya tau, mungkin kamu kira ga kamu ketahui selama ini." Hamas akhirnya berbicara kembali ketika syifa terdiam cukup lama atas pertanyaan hamas. Syifa pun mengangguk atas omongan yg di lontarkan hamas ini memang aneh dan seperti ada sesuatu yg ingin hamas omongin tp ragu menurut syifa.

akhirnya syifa tersenyum menanggapi omongan hamas . Syifa duduk tegak dan melihat ke jendela dan akhirnya ke depan bangku yg ada di depannya. Menunduk dan memainkan jari jari yg saling bertautan.

" aku mau jujur ya sama mas hamas." Jeda syifa menarik napas." Mas hamas itu pria pertama yg berbeda dengan siapapun lawan main aku di sinet manapun. Beda dalan arti apapun. Mereka yg bergelut di dunia ke artisan terlalu banyak topeng yg di bawa oleh mereka kedalam dunia nyata. Mereka jaga image dan juga pergaulan yg wah dimana semua harta di pamerkan dan perteman yg sebenernya palsu. Senyum kemunafikan dan tulus namun di belakang kita ga tau seberapa kita di jatuhkan."syifa menarik napas lagi.

" mas... aku selalu berpikir positif kesetiap pemain dan juga lawan main aku. Namun masih ada aja yg ga suka sama aku. Apalagi jika aku dekat dekat lawan main aku yg pria." Sambil menghela napas." Kadang sulit pekerjaan kita seperti ini. Beramah tamah salah, jutek pun salah."

Hamas mendengarkan keluh kesah syifa. Ternyata di balik senyum cerianya, syifapun memendam rasa yg selalu di tutupi dengan sangat baik dengan wajahnya yg sejuk.

"  tapi sebisa mungkin aku tunjukin aku yg apa adanya dan berteman dengan siapapun. Tapi.... dengan mas hamas aku belajar jika kita memang bisa berteman tanpa harus ikutin teman yg tidak benar kenapa tidak?. Aku rasa mulai sekarang aku harus banyak belajar sama mas hamas tentang berteman dengan lawan jenis dan menempatannya. Jarak dan juga yg lain lainnya." Sambil tersenyum manis menghadap ke hamas yg di balas senyum oleh hamas.

" saya juga masih belajar syif.! Saya juga masih perlu orang lain untuk menegur saya jika saya salah. Saling mengingatkan sesama teman untuk menjadi pribadi yg lebih baik lagi kedepannya." Ujar hamas.

" seberapa porsi mas hamas buat aku sekarang.!? Sama seperti yg lain.! Namun aku ga tau kedepannya, porsi itu bisa bertambah atau hanya seperti sekarang." Syifa melihat hamas yg terdiam dan mata lurus melihat kedepan. Hamas mencerna apa yg dikatakan syifa barusan. Namun hatinya ingin berkata yg lebih lagi. Namun hamas urungkan. Mungkin bukan hari ini, namun jika allah memberikan hamas keberanian, pasti ia kan melakukan secepatnya karna hal baik jangan di tunda terlalu lama.

hamas membuang napas cukup dalam,  dan setiap pergerakan hamas syifa melihatnya. Syifa menggigit bibir bawahnya. Ia takut klo ada kata katanya mbuat hamas merasa kecewa, karna syifa sendiri tak ingin di kecewakan oleh orang lain.

" mas hamas tersinggung dengan apa yg aku katakan tadi.?" Syifa bertanya ketika hamas masih saja diam.

" eeng..gaa syif.. cuma saya sedang berpikir, kmu masih muda tp.. kmu bisa berpikir seperti itu. Mau menerima orang yg menasehati kamu. Di usia sepeprti kmu biasanya mereka punya pikiran sendiri, dan ingin pikirannya itu didengarkan."

" ooo itu toh!, kirain apa yaah, sudah ga usah di pikirin mas. Aku yg ngomong aja ga tau apa yg td aku omongin hehehe.."

" dasar ya kmu bocah gemblung." Sambil ingin mencubit syifa, tangan kirinya membentuk cubitan dan dilayangkan ke tangan syifa yg berjarak sejengkal tangan hamas.

"Aouw sakit mas hamas". Syifa mengelus elus tangan kanannya yg pura pura sakit karna cubitan boongan hamas. Dan mereka tertawa sambil menutup mulutnya karna takut menggangu yg lain karna kru dan teman teman yg lain sedang tidur.

TA'ARUFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang