WAD 23

5.9K 431 17
                                    

Devan menyusut air mata nya yang terus menerus keluar, darimana ia bisa mendapatkan uang secara cepat untuk menyembuhkan Prilly.

"Aku cuma punya uang segini,"

Aya menyodorkan ATM nya pada Devan, ATM itu hanya berisi uang 2 juta.

Tak cukup untuk operasi Prilly.

"Gausah, aku gak mau ngerepotin kamu terus Ya. Kamu udah banyak bantu aku, sekali ini aja. Jangan buat aku merasa hutang budi sama kamu." Pinta Devan.

Deg

Perasaan Aya terasa tercabik cabik, ia memasukan kembali ATM itu kemudian menatap ke depan.

Clek

"Bagaimana sudah ada biaya nya?"

Devan menggeleng keras, hati nya begitu di liputi rasa sedih.

Bagaimana ia harus mempunyai uang 50 juta! Uang sebesar itu harus segera ada.

"Kami akan beri waktu Mas sehari."

Sehari

Sangat gila memang.

Devan menyenderkan punggung nya di tembok, ia harus mencari uang 50 juta dalam sehari.

"Papa.."

Tiba tiba saja Devan pergi begitu saja tanpa melihat pada Aya yang memandang Devan sedih.

"Aku tau, kamu adalah lelaki kuat."

Devan menatap bangunan yang dulu ia tempati, dengan langkah yang teramat berat. Devan memencet bel di sebelah pintu.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Ternyata Bik Janah yang membukakan pintu untuk Devan, Devan hanya tersenyum kecil.

"Ada Papa gak Bik?"

"Ada, silahkan masuk Den."

Devan mengerutkan keningnya melihat botol botol bir berserakan di meja ruang keluarga, hati nya begitu mengumpat kelakuan Papa nya itu.

"Udah tua, masih aja bandel!" Batin Devan mengumpat.

"Mau apa kau kesini?"

Suara bariton membuat Devan menghentikan langkah nya dan menatap Fajar dengan dingin.

"Pa, Devan ingin meminta uang!"

"Haha.. meminta uang! Dasar anak tak tau diri." Caci Fajar.

Tangan Devan mengepal keras, ia sudah menduga. Fajar pasti takkan mau memberi nya.

"Devan cuman minta baik baik Pa, tolong Paaa."

"10 ribu pun aku takkan memberikan uang untukmu." Ucap Fajar menohok hati Devan.

"PA, PRILLY BUTUH PERTOLONGAN CEPET. PRILLY BUTUH UANG 50 juta , DIA ANAK PAPA JUGA." Teriak Devan.

Bugh

Devan tersungkur dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya, kenapa Papa nya belum juga luluh?

Kapan tua bangka ini sadar?

"SUDAH AKU BILANG! DIA BUKAN ANAKKU." Bentak Fajar sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Devan mohon Paa.."

Demi apapun, Devan rela tak di anggap anak oleh Fajar demi menyelamatkan Prilly, adiknya.

"AKU TAKKAN MEMBERIKAN UANG SEPESERPUN UNTUK ANAK HARAM ITU." Bentam Fajar.

Devan langkah gontai, serta hati nya terasa tercabik cabik mendengar penghinaan. Devan keluar dengan perasaan benci pada Fajar.

Sudah seharian Devan bertemu orang untuk meminjamkan uang pada nya, namun tak ada orang yang mau.

"Ya Tuhan, gue harus cari kemana lagi?"

Devan menyeka keringat nya, ia sudah lelah. Devan memutuskan untuk kembali kerumah sakit.

Ting

Suara berdenting dari ponsel nya membuat Devan menghentikan langkah nya.

Tante Latusha : Dev, tante udah bayarin semua perawatan Prilly, jadi kamu gak usah khawatir lagi soal uang

Read

Deg

Hati Devan memanas seketika, Devan bersyukur masih ada orang yang berbaik hati pada nya.

Tak seperti Papa nya sendiri yang malah mencaci diri nya dan juga Prilly.

Pantaskah di panggil Papa?

Why i'm defferent [ TERSEDIA DI DREAME ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang