Rintik hujan begitu kentara, awan awan berkumpul hitam. Suara petir begitu saling menyaut.
Suasana permakaman begitu menyedihkan, hanya isakan tangis yang terdengar.
Semesta pun ikut bersedih.
"Gue harap lo tenang di alam sana."
Tanah merah yang masih basah dengan lisan yang tertancap didepannya, takdir berkehendak lain. Dia harus pergi untuk selama lamanya.
Gak ada guna lagi untuk mengucapkan kata maaf, gak ada guna lagi untuk mengungkapkan rasa sayang.
Semua itu hanya menjadi semu.
"Kenapa lo harus pergi?"
"Kenapa lo harus tinggalin gue sendiri disini,"
Tak ada guna lagi untuk menangis dikuburannya, semua itu hanya penyesalan.
"Dev, kita pulang?"
"GAK, LO AJA!"
Devan, masih menunduk sambil menatap gundukan tanah merah yang didalamnya terdapat adik bungsu nya.
Natasya Ferra Arzaya
Nama itu, kini hanya menjadi sebuah kenangan dihidup Devan."Biarin dia tenang, Dev!"
Kini Ganali yang berusaha menenangkan Devan yang syok ketika mendengar Tasya lah yang mendonorkan jantungnya untuk Prilly.
"Papa pasti makin benci sama gue, Na." Lirih Devan.
Ganali mengangkat tubuh Devan, wajah Devan kini sudah dipenuhi oleh rintik air hujan serta tanah merah yang tercampur.
"Lo harus kuat, demi Prilly!"
Iya, dirinya masih punya Prilly. Adik tersayangnya yang mungkin saja akan histeris mengetahui ini semua.
Aya memeluk Devan dari samping, tak kuasa melihat air mata Devan sejak tadi turun.
"Kita pulang ya?"
Dengan sangat terpaksa, Devan mengangguk kemudian berjongkok untuk mengelus lisan Adik nya.
"Abang janji. Bakal sering sering kesini, Abang hiks. bakal nurutin wasiat kamu. Abang janji, Abang sayang Asya."
Devan mengecup lisan Tasya kemudian mengikuti langkah Ganali serta Aya yang sudah menjauh.
Semua yang hidup, akan mati pada waktunya.
Farma Hospital
Prilly membuka matanya, kenapa rasanya berat untuk mengangkat tangannya sendiri.
Prilly menoleh kekanan, terdapat kepala yang bertumpu ditangannya sendiri.
Siapa dia?
"Kamu siapa?" tanya Prilly pelan.
Merasa terusik, pria itu bangun dan menatap binar kearah Prilly.
"Kamu udah bangun? Alhamdulilah."
Ternyata dia Adit, kenapa Prilly seperti tidur sudah lama. Apa yang terjadi?
Kemana Abang nya?
Kenapa hanya ada Adit disini?
"Bentar ya, aku panggilin Dokter dulu."
Adit segera memanggil Dokter, sedangkan Prilly merasa aneh pada badannya.
Otaknya berusaha mengingat kejadian lalu.
"Kecelakaan..."
"Ali... Tasya!"
Mata nya melebar. Iya, sekarang Prilly ingat. Dirinya kecelakaan, Prilly menyentuh dadanya yang terasa basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why i'm defferent [ TERSEDIA DI DREAME ]
Roman pour AdolescentsPROSES REVISI Sebagian part sudah dihapus Jika ingin tau ending. Baca di Dreame Tersedia di Dreame "Maa .. Prilly capek! Prilly harus nya mati aja dari dulu, apa hidup Prilly hanya disiksa terus. Prilly pengen bahagia Maa .. hiks. agar kalian bahagi...