"Shhh.. s-sakit!"
"Tahan Prill, lo pasti biasa!"
Prilly berusaha menahan sakit nya pada kaki nya yang harus berlatih berjalan, ia berpegangan pada alat kemoterapy nya.
"Pelan pelan, ya ya trus!" Intruksi Dokter Jihan.
Setelah pertemuan nya di taman, Ganali membujuk Prilly agar melakukan kemoterapy.
Bruukk
Sia sia, Prilly terjatuh. Ganali dan para suster pun membantu Prilly agar kembali ke kursi roda.
"Prill, lo harus semangat! Jangan nyerah." Ujar Ganali menyemangati Prilly.
Prilly hanya bisa menunduk sedih, kapan ia bisa berjalan. Tak di caci maki lagi tentu nya.
"Sekarang, kamu istirahat dulu ya. Saya akan memeriksa pasien lain." Ujar Dokter Jihan.
Prilly mengangguk.
Sebenarnya, sejak tadi. Ganali merasa sakit pada badan nya, namun demi Prilly. Ganali akan berusaha bertahan.
Dengan caranya sendiri.
"Mau, coklat?" Tawar Ganali.
Prilly menoleh, bagaimana Ganali bisa keluar. Bila Ganali saja masih memakai pakaian pasien.
Aneh
"Mau, enggak?"
"Kamu kuat?" Tanya Prilly, heran.
"Euu .. gue, 'kan sehat hehe .." balas Ganali sedikit ragu.
Prilly bisa melihat gestur Ganali yang menandakan dia sakit, Prilly sangatlah kesal pada Aya tadi. Yang sudah memotong obrolan nya tentang.
Ganali kenapa memakai pakaian pasien?
"Jangan sok deh!" Gerutu Prilly.
Braak
Ganali serta Prilly kaget melihat pintu secara terpaksa di banting oleh Devan , mengapa mata Devan berair?
Hap
Tiba tiba saja, Devan memeluknya. Prilly tak tau harus apa? Apa Mama nya baik baik saja, saat akan operasi?
"Kenapa? Bang,"
Bukannya menjawab, Devan malah terisak di pelukan Prilly. Ganali mempunyai kesempatan untuk pergi dari Prilly.
"Mama Dek, Mama .."
Ada apa dengan Fera?
Prilly semakin tak mengerti ucapan Devan yang meracau terus di pelukan nya, ia tak tau, dan tak tau harus apa?
"Mama gak selamat!!"
Jreengg
Deg
Air mata Prilly luruh, Mama gak selamat otaknya semakin runyam. Mengapa Fera pergi?
"Gak mungkin Bang, hiks. Abang hiks. Keliru, Mama. 'Kan pasti masih hidup bang hiks. gak mungkin ninggalin aku hiks." Isak Prilly tak percaya.
Barusaja, Dokter mengatakan Fera tak selamat. Walau pun sudah ditranspusi darah, namun ada tembakan itu ternyata mengenai sel penting.
"MAMA, JANGAN TINGGALIN PRILLY." Teriak Prilly sambil meronta di pelukan Devan.
"Gak mungkin hiks."
Prilly kehilangan malaikatnya, ia merasa kehilangan.
"Abanggg pasti boong!"
Prilly meraung raung memanggil Mama nya, Fera begitu dengan Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why i'm defferent [ TERSEDIA DI DREAME ]
Fiksi RemajaPROSES REVISI Sebagian part sudah dihapus Jika ingin tau ending. Baca di Dreame Tersedia di Dreame "Maa .. Prilly capek! Prilly harus nya mati aja dari dulu, apa hidup Prilly hanya disiksa terus. Prilly pengen bahagia Maa .. hiks. agar kalian bahagi...