Hujan pagi sangat segar untuk Prilly. Ia menatap rintikan hujan melanda ibu kota jakarta, Prilly memangku buku diary. mata hazel nan bening menatap hujan yang semakin deras.
"Apakah hujan sama seperti ku?"
".. Yang diinginkan namun tak pernah dianggap keberadaannya"
Rasanya ingin menyelam kemasa lalu menuntas kebencian papanya selama ini. apa ia salah dilahirkan? apa dirinya tak pantas melihat dulu ini?
semuanya penuh tanda tanya.
Prilly mengusap embun yang bermunculan dikaca beningnya. ia merangkai nama Papa dan Mamanya, hatinya sering terluka namun prilly masih menyayangi Fajar. sang ayah
"Aku prilly akan selalu menyayangi hikksss. papa untuk selamanya hikksss... walaupun hikkss.. papa seperti itu"
Duarr!!!
Prilly menutup kedua telinganya saat petir menggelegar. Inilah yang Prilly takuti, hujan yang tampak tenang nyatanya bisa saja menjadi lebat.
Tok tok! tok
bunyi ketukan pintu membuat Prilly memincingkan matanya kearah pintu. Suasana dikamarnya cukup gelap karna terhalang oleh tirai.
"Siapa?"
"Tasya!"
Deg
Tasya.
mau apa dia? Prilly memberani kan diri membuka pintu dan kaget melihat Tasya membawa sebuah rotan, Prilly menyesal sudah membukakan pintu.
Secepat kilat Prilly mendorong pintu dan langsung menguncinya
"BUKA! BUKA, LO HARUS MATI DITANGAN GUE!"
Prilly kembali menutup kedua telingannya, hujan yang tenang kini berganti menjadi lebat.
Hemuruh angin dan petir begitu syahdu.
"Jangan hiks. jangan hiks. jangan sakitin aku hiks." Prilly kembali meracau
peluh sudah membasahi dirinya, rambut yang ia gerai sudah kusut dicampuri oleh keringatnya.
"Bang devan..? Mama?"
tubuh Prilly melorot disudut ia terduduk tanpa kursi rodanya. Ia menutup telinganya mendengar teriakan dan gemutuh petir, mengapa hidupnya tak berpihak kepadanya.
"Aaaaaa...."
Ternyata itu cuman mimpi. Prilly melihat sekelilingnya yang seperti biasanya, ia mengusap peluh yang berada didahinya. mimpi itu seperti nyata, hujan, gemuruh, dan Tasya.
"Aku harus chat kak Aya?"
Prilly memutuskan untuk chat Aya. Takutnya Fajar dan Tasya datang kekamarnya.
Prilly : Assamualaikum kak. bisa kerumah gak? aku takut sendirian
semoga aja Aya bisa kesini, Prilly kaget dengan munculnya Fajar dengan rotan ditangannya, tubuhnya gemetar apa yang akan dilalukan dirinya saat ini.
Kabur pun tak bisa, Fajar pastinya takkan tinggal diam.
"Aakhhh.."
Sungguh kejam Fajar, menyiksa anaknya sendiri. tanpa belas kasihan Fajar memukul semua tubuh prilly hingga memar memar
"DASAR KAU PEMBAWA SIAL HAH!! KAU ENAK ENAKAN DISINI SEDANGKAN SAYA BEKERJA.. RASAKAN INI!!" emosi Fajar meluap
Ctakk!
ctakk!
ctakk!
plak!
Tiga pukulan dan satu tamparan Prilly terima dengan berlinang air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why i'm defferent [ TERSEDIA DI DREAME ]
Ficção AdolescentePROSES REVISI Sebagian part sudah dihapus Jika ingin tau ending. Baca di Dreame Tersedia di Dreame "Maa .. Prilly capek! Prilly harus nya mati aja dari dulu, apa hidup Prilly hanya disiksa terus. Prilly pengen bahagia Maa .. hiks. agar kalian bahagi...