WAD 38

6K 331 36
                                    

Pagi ini cukup cerah, Prilly baru saja keramas. Prilly mendudukan bokongnya di depan kursi meja belajar miliknya.

Tuhan

Ijinkan aku bahagia
Seperti burung beterbangan dilangit..

Ijinkan aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya..
Bukan sementara.

Aku ingin seperti burung
Terbang bebas menari nari dilangit

Indah berkicau dilangit yang biru..
Bahkan aku seperti burung hantu

Terus meratapi kesedihan dimalam hari..

Kapan aku merasakan kebahagiaan yang sebenarnya..

[ Keterangan sumber puisi : itmekaia ]

Prilly ingin merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan sementara. Prilly ingin seperti mereka.

Disayang oleh Papa.

Bukan oleh keluarga angkat.

Ting

Mendengar ponselnya berdeting, Prilly mengambilnya dan membaca pesan dari Ganali.

Ganali : Prill, main yuk?

Prilly : Kemana?

Ganali : Kehati gue, gimana?

Prilly : Yeayy, mau
Prilly : yang benernya kemana?

Ganali : ada deh, lo siap siap aja. Ntar gue jemput

Prilly : Iya

Read

Senyuman yang sangat penuh kebinaran muncul, Prilly bersiap siap untuk pergi bersama Ganali.

Melupakan janjinya bersama Adit.

Setelah sebulan istirahat, Prilly mulai kembali beraktivitas. Prilly bahkan tak tau siapa pendonor jantungnya saat ini.

Dengan blouse dan jeans saja sudah membuat Prilly cantik, Prilly takut Ganali membawa motor.

"Ciee.. Kak Illy mau jalan ya?"

"Iya dong, hihi."

Prilly menarik tubuh Zia agar mendekat kearahnya.

"Kalo ada Adit, kamu jangan kasih tau Kakak jalan sama Gana. Okey? Bilang aja, Kakak capek."

"Okey."

Prilly mengacak rambut Zia, kemudian Prilly kedepan. Kebetulan Ganali sudah sampai.

"Maaf lama."

"Enggak, kok."

Prilly menaiki motor Ganali, kebetulan Ganali sudah berpamitan pada Tante Raisa untuk membawa Prilly.

Selama perjalanan, Prilly menghirup dalam dalam udara. Dagunya Prilly tempatkan dibahu Ganali, bahkan tangannya memeluk erat Ganali.

Why i'm defferent [ TERSEDIA DI DREAME ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang