WAD 18

5.8K 384 19
                                    

Dorr

"Mamaaaa ....."

Prilly tak kuat melihat Fera tertembak oleh pistol Vio, tubuh nya melemas seketika. Melihat wajah Fera berubah pucat pasi.

Bruukk

Tak perduli sakit yang Prilly rasakan saat ini, ia mengesot menggapai tubuh Fera.

Sama halnya dengan Devan, ia segera berjalan walau pun tertatih tatih menuju Mama nya.

"Hiks. Mama harus kuat Ma! Mama wonder woman, hiks. Mama jangan tinggalin Prilly Ma hiks. Prilly takut! Hiks. Mama bertahan." Isak Prilly.

"Ma, Mama harus kuat!"

Vio. Pelacur itu sudah kabur terlebih dahulu, sedangkan Fajar hanya menatap datar sambil mendorong tubuh Aya. Kekasih Devan.

"Prill, Boo. Mending kita bawa Tante Fera ke rumah sakit sekarang!" Perintah Aya.

"S--sayang j-jaga ba--ik b-baik, Ma--ma gak k--uat lagi uhhuuukkk uhuukk, E--evan ja--gain ad--ek k--kamu." Ucap Fera terputus putus.

Membuat Prilly semakin terisak sambil memeluk Fera walaupun baju nya berumuran darah.

Devan bangkit, kemudian menghampiri Fajar yang hanya mematung saja.

Bugh

"ANJIING!!!" umpat Devan.

Bugh

Kali ini, Devan sangatlah brutal menghajar Papa nya sendiri. Hingga satpam menengahi pertengkaran mereka.

"Mama hiks."

Aya segera mencari taksi, ia sangatlah khawatir pada keadaan Fera. Terlebih lagi Devan yang semakin brutal.

Satpam membantu menggotong tubuh Fera ke dalam taksi. Sedangkan Fajar hanya pingsan setelah di getok.

"Mama pasti kuat hiks. Jangan pernah tinggalin kita!" Ujar Devan.

Devan memegang tangan Fera yang mulai dingin. Sakit, marah, kalut sudah menjadi satu. Devan tak perduli pada Fajar yang nyata nya ayah kandung nya sendiri.

"Maaaa ...."

Aya memeluk tubuh Prilly agar tegar, tadi juga. Dengan bantuan supir taksi Prilly bisa ikut naik.

Sesampainya di rumah sakit, kursi roda Prilly di dorong oleh Aya sedangkan Devan segera mencari suster.

"SUS! TOLONG IBU SAYA, SEKARANG JUGA!" teriak Devan.

Para suster segera membantu Fera yang terbaring lemas dan di baringkan di bankar.

"Mama hiks."

Devan mengacak rambut nya, perasaan takut kehilangan sangatlah besar.

Diri nya benci pada Fajar!

"Yang tenang Prill!"

Prilly semakin terisak, ini semua karna pelacur itu. Pasti nya Fera tak akan seperti ini.

30 menit kemudian.

Tak ada tanda tanda Dokter mau pun suster akan keluar dari ruangan itu, Devan menonjok tembok yang berada di belakang nya.

Hingga darah keluar dari tangan nya.

"Boo, please jangan brutal! Tante Fera pasti kuat." Ujar Aya.

Devan terduduk sambil mengusap wajah nya gusar, ia tak tau lagi harus berbuat apa.

Terlebih lagi, ia belum menghubungi Tasya yang masih saja main bersama teman teman sok kaya nya.

Why i'm defferent [ TERSEDIA DI DREAME ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang