"Gue mau!"
Akhirnya ada pendonor darah untuk Fera, Devan bernafas lega.
"Tapi, ada syaratnya?"
Kini semua mata melihat ke arah Tasya, entah apa yang akan di katakan oleh Tasya? Mengapa harus ada syarat juga.
"Si cacat, harus pergi dari rumah!"
Deg
Maksud Tasya adalah Prilly, rahang Devan mengeras seketika. Ia tak menyangka Tasya menggunakan Mama sebagai taruhan.
"LO APA APAAN!"
Aya berusaha mengendalikan amarah Devan yang memuncak akibat pernuturan Tasya.
"Maaf, apa pendonor darah Bu Fera sudah ada? Apabila sudah ada, mari ikut dengan saya." Ujar Suster.
Devan tak ingin Prilly pergi dari rumah, dirinya juga tak ingin Fera kenapa napa.
Semua nya mengapa menjadi bingung seperti ini?
"Bagaimana?" tanya Tasya.
Prilly menyentuh dada nya yang bergetar, ia rela. Iya, dirinya harus rela, ia rela pergi menjauh dari mereka demi kesembuhan Fera.
"Iya," final Prilly pasrah.
"DEK. KAMU UDAH GILA?" bentak Devan.
Bahu Prilly bergetar hebat, ia menunduk tak tahan menahan air mata yang luruh seketika. Jika seperti, Prilly lebih baik pergi bila nyawa Fera tak selamat.
Tasya mengikuti langkah Suster barusan, sedangkan Devan segera menjajarkan tinggi nya dengan Prilly.
"Dek. Kamu kenapa lakuin itu?"
"Hiks. demi Mama!"
"Tapi, kenapa harus pergi dari rumah!
Prilly memeluk kepala Devan tak kuasa menahan beban yang ia pikul sendiri, semoga dengan pergi dirinya.
Semua akan baik baik saja!
Prilly yakin!
"Abang hiks. jangan nangis!"
Aya terharu melihat adegan sepasang kakak beradik menitikan air mata nya. Mengapa Tasya sangat kejam?
"Please! Hiks. biarin Prilly pergi?"
"KALO KAMU PERGI! ABANG JUGA AKAN PERGI!" teriak Devan.
Membuat Prilly semakin berat meninggalkan Devan serta Fera.
"Boo, kenapa kamu enggak laporin Om Fajar ke polisi?" Tanya Aya.
Devan menoleh sambil melepaskan pelukannya pada Prilly, mungkin ini waktu yang tepat untuk menceritakan semua nya pada Aya.
"Kita gak bisa melaporin si brengsek ke polisi, dia udah ancam duluan buat jual Prilly ke om om hidung belang. Maka dari itu, Mama sama aku gak pernah laporin ke polisi, karena takut ancaman itu benar." Jelas Devan.
Prilly menundukan kepala nya, mengingat itu saja. Ia sangat sakit hati, mengapa Papa sangat tega ingin menjual diri nya.
"Ya Tuhan, aku harus bagaimana!" Batin Prilly terisak.
Ia hanya minta kasih sayang, bukan harta. Bukan juga fasilitas yang terjamin, Prilly hanya butuh kasih sayang seorang ayah.
Apa dia tak berhak bahagia?
Apa dirinya hanya benalu?
Sungguh diri nya sangat sakit hati.
Dengan amat pelan, Prilly mengelus pundak Devan agar bisa menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why i'm defferent [ TERSEDIA DI DREAME ]
Teen FictionPROSES REVISI Sebagian part sudah dihapus Jika ingin tau ending. Baca di Dreame Tersedia di Dreame "Maa .. Prilly capek! Prilly harus nya mati aja dari dulu, apa hidup Prilly hanya disiksa terus. Prilly pengen bahagia Maa .. hiks. agar kalian bahagi...