“Katakan ... siapa dalang dari semua ini?” Jeon Jungkook menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Di sisi kanan kepalanya, sebuah pistol telah mendarat apik dan siap untuk menancapkan peluru hingga menembus otak.
“Kau tidak perlu tahu, Jeon Jungkook. Cepat jalankan saja!” Jungkook menyeringai tipis. Pria Jeon itu mengemudikan mobilnya dengan tenang. Akan tetapi, kedua tangan yang sibuk memegangi setir terus meremas erat.
“Jung Hoseok,” Jungkook menjilat sudut bibirnya yang berdarah sebab pria bernama Hoseok itu tiba-tiba memukul pipinya dengan tangannya yang menganggur, “hanya perlu katakan siapa yang memerintahmu untuk membawaku.”
“Daddy ....”
Suara gemetar sang anak membuat Jungkook menelan saliva berat. Pria itu melirik pistol yang enggan meninggalkan pelipisnya. Kemudian sedetik berikutnya Jungkook menginjak pedal gas dengan kecepatan penuh hingga sang gadis dan Jung Hoseok memekik takut.
“Brengsek! Jalankan mobilnya dengan benar!”
“Don't hurt my dad!” pekik sang anak.
“Tutup mulutmu, Bocah Kecil!” Hoseok mendorong tubuh gadis itu hingga membentur pintu mobil.
Jungkook sontak mengeraskan rahangnya. Setelah melewati lampu merah dan memasuki kawasan jalan raya yang sepi, pria Jeon itu menggerakkan siku kanannya untuk menghantam wajah Hoseok hingga pistol terlepas dari tangannya.
Mobilnya hilang kendali, membuat kendaraan roda empat itu menabrak truk besar yang melintas ke arahnya. Terpental dan berguling, disusul dengan suara tembakan nyaring yang terdengar.
Hanya beberapa mobil yang melintas di sana tanpa memedulikan kegaduhan di jalan tersebut. Semenit berikutnya, gadis cantik itu berhasil keluar melalui jendela yang kacanya telah hancur berkeping-keping.
Tangannya gemetar sembari memegangi luka tembak di lengan kirinya. Saat ia hendak melangkah, suara tembakan lagi-lagi terdengar—refleks ia menggerakkan tungkai untuk bersembunyi di balik beton.
Gadis itu menangis. Meringkuk di atas aspal sembari telinganya mendengar suara rintihan sang ayah. Bersamaan dengan itu, maniknya tanpa sengaja menangkap ayahnya menembakkan satu peluru di kepala pria bernama Hoseok tersebut.
Tangannya yang penuh darah sontak membekap mulut terkejut. “D-Daddy ....”
Jungkook menatap sendu saat anak semata wayangnya melihat adegan tersebut. Ketika ia hendak mencoba menjelaskan, suara sirene dari mobil polisi terdengar begitu nyaring.
Pria Jeon itu berlari ke arah sang anak. Ia sempat terperanjat karena melihat luka tembak di lengan anaknya. Namun, ia tersadar dan buru-buru menggenggam tangan sang anak untuk dibawa lari meninggalkan lokasi.
“Chloe, tidak ada waktu untuk marah sekarang. Kita harus berlari atau polisi akan menangkap kita,” katanya. Tungkai jenjang keduanya berlari ke area komplek perumahan sederhana.
Setidaknya, saat ini Jungkook dan Chloe merasa aman karena mereka telah berhasil melarikan diri dari tempat lokasi kejadian.
Pria jangkung itu menamati kondisi rumah pertama. Ada pemilik rumah di sana yang tengah menjemur pakaian. Di rumah kedua, Jungkook tersentak karena suara gonggongan anjing terdengar saat ia melewati rumah itu. Hingga mereka berdua tiba di rumah ketiga yang nampak sepi, Jungkook lekas menarik sang anak untuk memasuki halaman luas itu.
Pintu yang didominasi dengan kaca tersebut dihancurkan begitu mudahnya menggunakan siku. Lalu sedetik berikutnya, Jungkook membuka pintu usai menggeser baut barel.
“Dad, kita harus lapor pada polisi. Mereka bisa membantu kita.”
Jungkook menyapu pandangan. “No, Chloe. Polisi berbahaya untuk kita saat ini,” jawabnya. Chloe duduk di kursi kayu yang terletak di sudut ruang makan dengan wajah marah. “Kemari. Daddy akan mengobati lukamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fanfiction[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...