9. Waiting For You

2.1K 144 6
                                    

Seokjin side

Aku mencintaimu hingga kurasa aku akan mati jika tak bersamamu. Kita bersahabat sejak kecil, dan mulai saat kita menginjak usia remaja, rasa itu mulai ada.

Rasa yang membuat ku bimbang untuk mengatakannya kepada mu atau tidak, aku mulai berusaha menghilangkan rasa ini saat mendengar mu mencurahkan isi hati mu tentang kau yang mencintai seorang adik kelas di kampus.

Jimin. Ya, Park Jimin. Wanita itu sungguh beruntung karena mendapat cinta yang selalu ku dambakan. Cinta yang membuat ku merindu, cinta yang membuatku buta akan segalanya.

Aku hanya bisa tersenyum, mungkin ini sudah takdir yang telah di tentukan oleh Tuhan. Saat aku izin kepada mu, aku ingin melanjutkan studi di Jepang. Kau menolak aku untuk pergi dan mengurungku di rumahmu.

Tapi apa? Apa yang ku dapatkan saat itu? Hanya rasa sakit saat mendengar desahan laknat dari kamarmu. Kau kira aku tak mendengar semua itu? Hahahaha, sungguh menggenaskannya nasib ku.

Aku, Kim Seokjin. Bersumpah untuk pergi sejauh mungkin dari dirimu, Kim Namjoon bangsat.

Aku pergi ke Jerman agar kau tak tahu keberadaan diriku. Hidupku indah saat itu, sebelum kau datang dan menghancurkan semuanya. Kau kembali memporak-porandakan hati dan jiwa ku.

Kau selalu membuatku menelan pil kepahitan realita hidup. Sedangkan diriku? Bisa apa? Aku hanya bisa menyimpan itu semua di dasar relung hati ku.

Kau selalu menungguku dan mengirim pesan setiap hari. Isi pesanmu juga sama seperti kemarin-kemarin. Aku mengacuhkanmu dan tak menghiraukan semua panggilan yang kau kirim padaku.

Di satu sisi. Aku mencintaimu dan menginginkan mu. Hatiku memberontak ingin menghampiri mu dan memelukmu erat dan takkan melepaskan mu lagi.

Tapi egoku yang menang, aku menjauh dan menghindar. Mencaci dan memaki. Menangis dan menangis.

Kau memelukku saat aku lengah, meminta maaf dan berjanji takkan membiarkan ku pergi lagi. Dan mengucapkan tiga kata yang dengan mudah kau sebutkan setelah menorehkan luka mendalam dalam jiwaku.

"I Love You."

Kata itu tak mempan padaku. Kau menyuruhku mencintaimu. Tapi, bagaimana bisa aku mencintaimu jika aku takut kembali jatuh ke jurang yang sama. Jurang kesedihan yang lukanya sampai saat ini belum mengering dan membekas dalam ingatanku.

"Maaf, maaf, dan maaf."

Kata yang selalu kau ucapkan saat bertemu dengan ku. Kau mengeluarkan air mata yang hampir membuatku merasa, jika diriku yang bersalah. Kau menungguku di depan pintu, dan aku akan mengusirmu seperti yang terjadi sebelumnya.

Tak berhenti sampai disitu, kau membeli perusahaan tempat ku bernaung. Kau selalu mengajakku makan siang di hadapan teman-temanku.membuat diriku tak bisa menolak tawaran mu karena kau atasanku.

Kau meminta maaf disaat kita berdua. Dan aku akan menjawab seadanya. Aku menahan bendungan air mata yang sudah menggenang saat diriku melihat matamu yang sarat akan rasa penyesalan.

Apa aku harus memaafkanmu? Apa aku harus membuka hatiku lagi untukmu?

Kau selalu meyakinkanku jika kau sudah berubah. Kau menjadi sangat perhatian dan overprotektif padaku yang tak memiliki status apapun di hidupmu.

Aku mulai membuka diriku untuk dirimu, aku membuka hatiku untuk kau isi dengan kasih sayangmu. Tanpa ku duga, kau langsung melamar ku dan membawaku kembali ke Korea.

Kau langsung meminta restu pada orang tua ku yang saat itu menjawab iya, iya saja. Karena sudah mengenalmu dari dulu.

Kau menyiapkan semuanya, acara pernikahan, gedung, sampai janji suci yang akan kita ucapkan. Kau sudah membuatnya.

Saat aku bertanya padamu,

"Apa kau mengincar sesuatu dariku?"

Kau menjawab dengan senyum tulus nan manis,

"Aku ingin segera memilikimu. Karena aku sudah mencintaimu puluhan tahun, hanya saja aku yang terlambat menyadari nya. Rasa tak nyaman, rasa rindu yang meluap-luap menginginkan dirimu kembali ke sisiku. Aku akan mencintaimu ribuan tahun lagi yang akan datang. Aku mati setiap hari, menunggumu seokjinie."

Seketika keraguanku tiba-tiba menghilang entah bagaimana. Waktu seakan melambat. Ribuan memori tentang dirimu dan diriku terlintas begitu saja.

Kita mengucap janji suci sehidup semati. Kau menyematkan cincin dan mencium pelan kening ku. Kau tahu? Saat itu aku seperti sedang bermimpi. Mimpi indah bersamamu. Membuat kenangan kenangan indah nan manis yang akan kita torehkan ke dalam memori masa masa yang pernah kita lewati.

"Aku ingin memiliki banyak anak."

"Namjoon-ah, itu akan sangat merepotkan."

"Baiklah, bagaimana kalau tiga?"

"Itu terlalu banyak."

"Trus berapa? Aku ingin tiga! Pokoknya tiga titik."

"Oh, tuhan. Terserah dirimu lah."

"Kau yang terbaik sayang."

"Kapan aku tidak baik."

"Kau baik setiap saat."

"Good night?"

"Good night setelah malam panas?"

"Okay, sekalian tiga baby?"

"Oh, yeah."

Sesuai rencana, kami memiliki tiga anak. Di kehamilan pertama, kami memiliki bayi kembar. Setelah mereka lahir, rumah ramai. Kami memberi nama mereka, Kim Hoseok dan Kim Taehyung. Dan di kehamilan kedua, aku melahirkan bayi perempuan yang menggemaskan. Aku dan Namjoon memberi nama dia, Kim Haneul. Yang berarti surga, kami ingin putri terakhir kami ini bisa membawa kami ke surga.

Aku tak menyangka hidupku yang dulunya hancur, sekarang indah dan damai. Memiliki anak pandai dan penurut. Cantik dan tampan. Sungguh, aku menyayangi mereka semua. Malaikat yang membuat hidupku lebih berwarna dan indah.

"Terimakasih Kim Namjoon."

Tak ada hal indah selamanya, pasti ada rintangan di dalamnya. Seperti hidup Seokjin yang indah menjadi hancur. Itu merupakan cobaan dari Tuhan, Seokjin melewati nya dengan baik dan mampu memaafkan orang yang membuat nya sakit hati. Imbalan dari itu, tuhan memberinya kebahagiaan yang tiada duanya.

"Semua itu ada waktunya. Jadi, bersabarlah." ~goldchizy


✓•tbc•✓

Jangan lupa vote, share juga komen.
Vote itu GERATIS! Vote kalian bagi author itu berharga.

Note:

Semoga kalian suka ama cerita nya. Terimakasih buat yang mau mampir membaca work ini. Maaf ya, kemarin sebenernya udah aku up. Tapi aku lagi buru-buru, jadinya gak ke up. Plus lowbat . Maaf ya manteman.

12 September 2019, 11:00  PM

Written by : goldchizy.
Or
송용서

Namjin one shot storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang