13. Ruby {||} [M]

3.9K 165 2
                                    

~Happy Reading 💜🌚~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading 💜🌚~

Namjoon tersenyum dan membayangkan kedua anaknya yang akan tertawa senang dengan apa yang dia bawa. Dia menenteng satu plastik besar berisi makanan ringan dan buah-buahan. Sampai di depan pintu penthouse nya, Namjoon memasukkan 6 digit angka untuk membukanya. Dia pulang agak cepat dari apa yang dia bilang pada Seokjin, jadi ada sedikit waktu cuddling dengan jinseok tersayangnya.

Dia juga tidak lupa kalau besok adalah hari aniversary nya dan Seokjin yang ke 5. Ya, dan umur putra-putri mereka sudah 4 tahun yang berarti sudah bisa kesana kemari. Memukul ini dan itu, mengoceh ini mengoceh itu, mengadu sini mengadu situ, bertengkar masalah hal sepele dan yang lainnya.

Namjoon membuka pintu dan mencari keberadaan ketiga malaikatnya. Kalau kalian tanya kok tiga? Bukannya anak Namjoon dua? Jawabannya pasti yang pertama istrinya, yang kedua dan ketiga putra-putrinya. Kenapa? Karena kalau gak ada istrinya gak akan ada anaknya kan?

Namjoon meletakkan kantung plastik yang dia bawa di dapur lalu mendekati asal suara tawa Seokjin dan kedua anaknya berada. Dia mengetuk pintu kamar kedua anaknya dan memasukan kepalanya di sela-sela pintu yang terbuka sebagian. Mengintip apa yang dilakukan istrinya sampai kedua putranya tertawa terbahak-bahak.

"Papa boleh masuk?" Tanya Namjoon disambut jeritan kedua buah hatinya yang dulu dia beri nama Randy dan Ruby.

"Papa pulang? Kenapa tidak bilang? Tadi kami makan duluan pa." Tanya Ruby dengan suara yang makin lama mengecil karena takut papa kesayangannya marah.

"Tidak apa-apa, papa bisa makan nanti. Mau belajar atau bermain?" Tanya Namjoon seraya melihat buku-buku yang tersusun rapi, dan kelihatannya baru selesai dibereskan.

"Main pa, main!" Seru Randy dengan semangat seraya mengulurkan bedak bayi yang masih Randy dan Ruby pakai sampai sekarang.

"Main tebak-tebakan kosa kata bahasa Inggris lagi?" Tanya Seokjin seraya merotasi kan matanya jengah. Tidak ayah, tidak anak, sama saja. Dia sangat payah dalam bahasa Inggris dan selalu mendapat coretan di wajah lalu di olok-olok anaknya sendiri kalau dia tidak bisa berbahasa Inggris. Bukannya Seokjin tidak bisa, dia bisa bahasa Inggris. Walau I Love You saja sih yang di hapal mati.

"Iya ma. Mama tidak akan bisa, mama selalu kalah. Jadi tidak seru. Tidak usah ikut ya ma." Ucap Randy dengan tangan yang menuangkan bedak di tangannya.

"Huh, mama bisa ya. Mama ikut, mama buktikan kalau mama bisa." Ujar Seokjin tak mau kalah dengan anaknya.

"Sudah, ayo bermain." Tengah Namjoon dan memulai permainan.

Sesekali Seokjin berseru kala dia kalah dan mendapat corengan dari ketiga orang terkasih nya. Hari sudah mulai larut dan Namjoon memutuskan untuk mengakhiri permainan karena anaknya harus sekolah besok.

Namjoon mengganti pakaiannya dengan piyama berwarna biru dongker seperti milik Seokjin. Hujan mulai turun menambah suhu ruangan menjadi lebih dingin daripada sebelumnya. Seokjin memeluknya dari belakang. Punggungnya membentur perut membuncit istrinya. Seokjin hamil 4 bulan  dan dia masih takut akan mencelakai nya mengingat kehamilan Seokjin yang pertama pernah hampir keguguran karena kesalahannya. Tapi, yang lalu biarlah berlalu.

"Oppa~ aku ingin pisang~" pinta Seokjin seraya menggesekkan hidungnya dengan punggung Namjoon.

"Tadi aku tidak beli pisang. Aku hanya membeli anggur, apel, jeruk, dan strawberry. Kemarin kan kamu ngidam strawberry, sekarang berubah lagi?" Tanya Namjoon disahuti anggukan Seokjin dibalik punggungnya.

"Bisa ditahan? Besok aku belikan."

"Aku ingin pisang yang lain." Rengek Seokjin dengan kaki yang di hentakan.

"Hei, hei, hei, jangan gitu Bae. Nanti baby-nya pusing." Panik Namjoon merasakan punggungnya terguncang hebat karena hentakan kaki Seokjin.

Seokjin melepaskan pelukannya dan mendorong Namjoon ke ranjang. Menarik celana panjang suaminya dengan paksa, sedangkan Namjoon menarik lagi celananya. Dan terjadilah peristiwa tarik menarik antara pasangan suami istri itu.

"Bae, aku gak mau mengulang hal yang dulu."

"Oppa, dulu kan tidak karena ini. Ayolah~ pwease~" mohon Seokjin seraya menunjukkan puppy eyes andalannya.

"Oke, oke. Pelan-pelan, aku yang diatas oke?" Nego Namjoon takut istrinya berbuat sembrono karena ingin.

"Tidak! Kali ini aku yang diatas! Ayolah oppa, sekali saja~"

"Hahhhhh~ oke." Pasrah Namjoon dilucuti Seokjin.

Seokjin mengulum milik Namjoon yang sudah mengacung tinggi, ber tekstur keras sekeras batu. Dengan hati-hati dia memposisikan diri di depan penis suaminya dan memasukkan secara perlahan. Namjoon menggeram nikmat dan menahan pinggang Seokjin agar tidak melakukannya dengan kasar.

Dia membantu Seokjin menaik-turunkan pinggulnya. Secara, kan Seokjin sedang membawa beban lain dalam tubuhnya. Dia tidak mau Seokjin kelelahan. Namjoon mempercepat tempo pompa-an nya saat dirasa dia akan segera sampai. Agar Seokjin bisa cepat beristirahat.

Namjoon mengganti posisi mereka, dengan dia yang ada di atas dan Seokjin yang ada di bawah. Mendesah merdu di depan telinganya, membuat sensasi aneh yang membuatnya semakin bergairah menggagahi istrinya sekarang. Tapi dia masih ingat akan keberadaan bayinya dalam perut Seokjin.

Seokjin menarik tengkuk Namjoon, melumat bibir sang suami. Dia mengerti, sekarang suaminya sudah akan sampai dan dirinya juga merasakan kalau tubuhnya akan mencapai klimaks juga. Seokjin melepaskan ciumannya, sebagai gantinya dia memeluk dan mencakar punggung serta dada kokoh Namjoon sebagai pelampiasan gairah seks yang menguat seiring cepatnya pompa-an sodokan Namjoon.

"Hmmbb.....// Nghhhhhhh....."

Namjoon memposisikan dirinya disamping Seokjin dan memeluk istrinya erat, lalu menutup matanya yang memberat karena kantuk yang melanda. Seokjin mengusap-usap kepala suaminya dan menyisir rambut Namjoon yang memanjang ke belakang. Membuat dahi yang dipenuhi keringat itu terekspos jelas di depan mata.

Membuat nya kembali menginginkan sesuatu yang ada di bagian selatan tubuhnya itu memompanya sekali lagi. Seokjin mengguncang bahu Namjoon yang sudah di ambang batas antara tidur dan sadar. Namjoon hanya berdehem dan tidak membuka matanya walau hanya satu inci. Seokjin gak kehilangan akal, dia merapatkan perutnya dengan perut Namjoon. Membuat Namjoon membelalakkan matanya merasakan tendangan bayinya yang sangat terasa, seperti sedang menendangnya untuk bangun.

"Huh?" Gumam Namjoon bingung dengan apa yang dia rasakan. Apa mungkin dia hanya bermimpi di tendang bayinya? Maybe.

Namjoon kembali memejamkan matanya, mengabaikan sang istri cemberut ala anak sekolah labil. Dia memukul dada Namjoon keras. Membuat sang empu mengerang kesakitan seraya mengusap dadanya yang memerah.

"Apa lagi Bae?" Seru Namjoon, merasa tidurnya terganggu.

"Aku mau lagi!!!" Seru Seokjin tak kalah keras. Sedangkan Namjoon membungkam mulut Seokjin yang berteriak. Takut kedua anaknya terbangun dari tidurnya.

"Lagi? Besok saja Bae. Sekarang sudah malam. Oke?"

"Tidak mauuuuu~" rengek Seokjin.

"Oke, oke. Hanya sekali oke?"

"Horeeeee....." Sorak Seokjin senang permintaannya dituruti.

✓•tbc•✓

Jangan lupa vote, share juga komen.
Vote itu GERATIS! Vote kalian bagi author itu berharga.

Note:

Semoga kalian suka ceritanya. Terimakasih buat yang mau memberikan vote untuk cerita aku. I Purple You guys 💜 selamat malam Jumat guys🌚 menurut kalian jam ideal buat publis itu jam berapa? Kalau malam Jum'at kan berarti kalo gak jam 8 ke atas, ya jam 9 ke atas. Comments ya guys

09 Oktober 2019, 00:00 AM

Written by : goldchizy.
Or
송용서

Namjin one shot storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang