6. Sick

9.7K 1.2K 197
                                    

Kampus menjadi tempat yang menyebalkan bagi mahasiswa tingkat akhir yang bermasalah dengan sesuatu, sebut saja; Skripshit.

Datang tapi ditolak oleh pembimbing adalah hal yang sangat memuakkan. Tidak datang maka tidak akan selesai. Dilema sebenarnya.

Harusnya anak-anak orang kaya dengan orang tua berkuasa penuh di negeri ini seperti orang tua dari Mark dan Jeno, tak perlu merisaukannya. Uang bisa berbicara dan bekerja lebih cepat.

Tapi, tidak semua dosen bisa dibeli. Dan mereka tak berkutik ketika lembaran itu dicoret silang besar-besar. REVISI.

"Dosen keparat!" umpat Jeno sambil merokok di kantin kampus. Di sebelahnya ada Mark yang tetap gembira meskipun nyatanya dia pun diminta merevisi semua proposalnya.

Bagi Mark, bersedih dan marah tidak berguna. Hidup cuma satu kali jadi masa sebelum kuliah ini akan dia nikmati. Cari pacar banyak-banyak misalnya.

"Malam ini ke club mau?" tawar Mark.

"Tidak,"

"Tumben," Mark menaikkan alis. "Tobat kau Jen?"

Jeno menjentik rokoknya hingga ujung abunya jatuh begitu saja ke lantai. Tipikal tuan muda yang tak peduli. Padahal di meja ada asbak yang sudah disediakan.

Tak lama datang seorang lagi, tuan muda yang kelewat tampan hingga separuh kantin memasang atensi pada pergerakannya. Jisung duduk di sebelah Mark, dan tepat di hadapan Jeno.

Beberapa orang menyebut Dreamies itu terlalu ekslusif. Tak tersentuh. Karena mereka hanya bergaul dengan siapapun yang berada dalam circle.

Dan Lee Donghyuck adalah keistimewaan, karena dia satu-satunya rakyat jelata yang disayangi keenam pria itu.

"Wajahmu kesal sekali, ada apa?" tanya Jisung sambil melepas jaketnya. Matanya mengunci Jeno dengan intens, tidak peduli Jeno lebih tua dua tahun darinya.

"Biasa. Dia disuruh revisi oleh dosen pembimbing," Mark yang menjawab.

Jisung tergelak pelan. Meneguk air mineralnya dan kembali melihat Jeno yang masih asik merokok.

"Kau ingin cepat-cepat lulus? Santai sajalah hyung! Di kampus masih ada aku, Mark hyung dan Renjun hyung."

"Aku muak kuliah," jawab Jeno singkat.

"Muak?" Jisung tersenyum miring. "Mau apa? Bekerja? Sejak kapan tuan muda Lee jadi pria dewasa?"

"Aku muak melihatmu-" Jeno menjawab sambil menghembuskan asap rokoknya. "-muak melihat Jaemin, juga Renjun. Intinya muak melihat kalian bertiga."

Mark terdiam. Dia dapat merasakan jika atmosfer berubah sedikit panas. Maka dengan cepat pria itu mengalihkan pembicaraan.

"Ahh, Donghyuck mana ya? Kok tidak kelihatan hari ini?" Mark bertanya ke arah Jisung.

"Di perpustakaan, dia mengerjakan tugas." Jisung menjawab sambil memainkan ponselnya. Berkirim pesan dengan Jaemin. Pria itu kuliah di universitas berbeda.

"Aku ada proyek teater dua bulan ke depan. Renjun ambil bagian untuk musiknya. Kalian mau ikut?" tawar Mark.

"Temanya apa?" Jeno menyahut.

"Cinta terlarang," jawab Mark santai. Namun sesaat kemudian menyesal sudah bicara, karena harusnya ia tahu. Kalimat itu begitu sensitif.

Jisung tersenyum. "Woah, menarik! Apa menggoda kekasih teman termasuk cinta terlarang?" Jisung berkata dengan santai namun jelas sasarannya adalah Jeno.

Jeno balik tersenyum hingga matanya menyipit. Rokok diletakkan di asbak. Dia menaikkan kakinya hingga selonjoran di kursi lalu menyisir rambutnya dengan pongah. Memandang Jisung dengan tatapan mengejek.

"Aku juga tertarik! Ahh apa aku boleh bertanya? Apakah tidur dengan kekasih temanmu itu juga cinta terlarang? Bukan satu kali lho... tapi berkali-kali,"

•••

Donghyuck mengantuk. Tugas sudah selesai tapi dia enggan beranjak dari sana. Pikirannya masih menerawang.

Matanya melirik ke ransel hitamnya. Ada uang Jeno di dalamnya. Harusnya sekarang dia temui pria itu dan mengembalikannya. Tapi terlalu beresiko, Jisung pasti tahu. Mereka selalu berkumpul bersama.

Donghyuck merenggangkan ototnya kemudian bersandar pada rak buku di dekatnya. Dia mengambil sebuah cermin kecil berbentuk persegi dari ranselnya dan menarik sedikit kerah bajunya. Memperhatikan bagaimana ruam yang ditinggalkannya keparat Jeno itu semalam.

Iya, hanya ciuman ringan awalnya. Tapi kelepasan dan Donghyuck meronta lepas.

Setidaknya Jisung tak tahu dan lebih baik jangan. Bisa mati disiksa dia jika Jisung marah karena cemburu.

Sedang asyik dengan kegiatannya, Donghyuck menautkan alis. Telinganya menangkap suara-suara beberapa mahasiswi yang bergosip. Dia menggeser buku di rak hingga membuat celah dan mengintip.

Sebuah kegiatan tak berguna sebenarnya dan bukan sifat seorang Lee Donghyuck untuk tahu urusan orang. Tapi masalahnya, mereka sedang membicarakan Park Jisung dan Lee Jeno.

"Iya, gosip itu sudah lama tenggelam tapi entah mengapa muncul lagi."

"Pria kaya memang seperti itu, tapi mau bagaimana lagi?"

"Ahh, Park Jisung dan Lee Jeno suka berbagi kekasih ya, seperti piala bergilir saja."

"Bagaimana dengan Lee Donghyuck? Apa menurutmu Jisung akan berbagi juga dengan Jeno?"

"Entahlah! Tapi Donghyuck terlalu polos untuk bergabung dengan mereka. Dia bahkan tak tahu jika Jisung sempat digosipkan tidur dengan Renjun saat acara tour kampus ke Osaka dulu. Dia 'kan tidak ikut,"

Hancur rasanya...

to be continued
.
.
gais, kalau kalian suka sama cerita ini atau cerita-ceritaku yang lain tolong bantu promosikan yaa^^

Jangan tanya alasan kenapa saya tidak pernah mempromosikan cerita saya, ntar kalo saya kasih tahu nanti katanya saya inilah saya itulah...

Satu lagi, ay publish empat cerita baru di akun sebelah. Silakan mampir.

Toxic || JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang