14. Darling

8.2K 1K 193
                                    

Yang nunggu toxic update bawain burger ke rumah dong.

Malam ini menjadi begitu panjang dan melelahkan. Jisung sedari tadi duduk di depan pintu apartemen Donghyuck. Dia sudah mengetuk berulang kali, menekan bel berkali-kali namun tidak ada jawaban. Jisung yakin Donghyuck pasti pergi, karena itu dia tetap menunggu di sini.

Ada banyak hal yang dia sadari.

Dan yang paling fatal adalah betapa banyak luka hati yang dia berikan pada Donghyuck. Semua kebohongannya, sikap semaunya, kemunafikannya adalah penyebab. Jisung dibelenggu rasa penyesalan.

Setiap kali dia terbangun di pagi hari, dia akan menangis. Meraih sebuah boneka kecil di atas kepalanya dan menciumi serta memeluknya sayang. Hadiah dari Donghyuck saat mereka baru jadi sepasang kekasih.

Donghyuck tak pernah meminta banyak, dia cuma ingin bahagia. Namun, Jisung begitu egois selalu memaksa Donghyuck mengikuti maunya. Jisung tahu Donghyuck lelah, tapi dia selalu yakin Donghyuck akan kembali padanya sejauh apapun mereka terpisah.

Tapi malam ini, saat mendengar Donghyuck bilang ingin berpisah,

Dunianya hancur dalam sekejap.

Karma sedang berjalan di sekitarnya.

Dia jatuh telak pada pemuda manis itu, telak sekali.

Jisung tak mau kehilangan.

Apapun yang terjadi, dia akan memperbaiki semuanya.

Dia akan berusaha menjauhi Jaemin, dia akan berhenti bermain cinta, dia akan memanjakan Donghyuck sebaik-baiknya.

Karena itu Jisung menunggu, sudah berjam-jam dia di sini. Waktu sudah menunjuk pukul satu malam. Jisung mengabaikan puluhan pesan dan panggilan masuk dari Jaemin, orang tuanya dan siapa pun itu.

Jisung hanya ingin Donghyuck pulang.

Dia ingin mengulang semuanya dari awal.

Sebuah hubungan yang murni dan suci, pure lahir dari rasa cinta bukanlah menjadi toxic semata.

"Aku berharap Tuhan mau memberikanku kesempatan lagi." Pinta Jisung sebelum tertidur sambil terduduk menyandar pada pintu apartemen Donghyuck.

•••

Donghyuck memandang keluar jendela besar di kamar hotel itu dari atas ranjangnya yang berhadapan langsung. Pemandangan langit malam yang mendung-- sama seperti hatinya.

Dia berbaring menyamping, memejamkan mata sejenak hingga kelopaknya basah. Dia menangis dalam diam. Sepasang tangan melingkari pinggangnya yang terbalut selimut tebal.

Tanpa sehelai pakaian pun.

Donghyuck merasa jijik dengan semua ini. Dia bukan orang yang bisa tidur dengan siapa pun sesuka hati. Sebenci apapun dirinya pada Jisung, dia akan tetap menjaga diri.

Tapi malam ini,

Kebodohan dan emosi mengantarnya ke dalam suatu kondisi yang kini amat disesali. Donghyuck terbangun dari pingsannya perlahan, saat Jeno menjamahnya. Ingin melawan dan menolah namun terlalu lemah tiada tenaga. Membiarkan dirinya jadi pelampiasan rasa benci Jeno pada Jisung.

Donghyuck benci dirinya sendiri.

"Donghyuck,"

Jeno memanggil pelan sambil memaksa tubuh itu berbalik hingga dia tahu wajah itu menyimpan banyak rasa kecewa. Jeno merasa bersalah, dia pun sama jijiknya dengan dirinya sendiri. Tak percaya jika nafsu dan ego membutakan matanya. Memanfaatkan Donghyuck yang setengah sadar, lalu menidurinya.

Dia merasa bajingan.

"Maaf," Jeno berkata lembut sekali sambil memainkan poni Donghyuck. "Aku bajingan. Maafkan aku, Hyuck."

"Aku mau pulang." Tiga kata diucap tegas oleh Donghyuck tanpa ingin ditolak. Jeno mengangguk pasrah.

"Aku akan mengantarmu. Apa kau bisa berjalan? Apakah masih terasa sakit?" Jeno menyentuh lengan Donghyuck yang sedang mencoba bangun dari tidur.

Namun tangannya ditepis kuat. "Jangan menyentuhku! Kumohon Jeno!"

Donghyuck berjalan cepat menuju kamar mandi dengan bantingan pintu. Jeno kembali dirundung rasa bersalah saat dia bisa mendengar jelas suara gemericik air bersamaan dengan isak kesedihan Donghyuck di dalamnya.

Pria itu duduk di tepi ranjang kemudian merokok guna membakar habis kekalutannya. "Harusnya aku bahagia, menikmati Donghyuck seperti tujuanku sedari awal. Tapi kini aku menyesal. Dia bahkan menyebut nama Jisung saat melakukannya denganku tadi."

•••

Donghyuck berjalan menyusuri lorong apartemennya, menolak diantar Jeno sampai ke atas sini. Langkahnya gontai, perih sisa permainannya di hotel tadi ditambah beban batin karena semua hal yang berputar di kepalanya. Donghyuck lelah, ingin tidur.

Matanya masih sayup menatap setiap sudut lantai persegi di sepanjang lorong, arloji di tangan sudah menunjuk pada angka satu. Besok ada kuliah pagi tapi Donghyuck tidak peduli, dia hanya akan mengunci diri sepanjang hari di kamarnya.

Hingga saat tiba di depan unit miliknya, pemuda itu tertegun. Park Jisung tertidur meringkuk sambil menggigil, memeluk tubuhnya sendiri tepat di depan pintunya. Donghyuck mendekat, menunduk memastikan. Kulitnya sudah memucat dan bibirnya kering.

Jisung kedinginan.

Harusnya Donghyuck tidak perlu peduli. Biarkan saja bajingan ini meringkuk mati. Tapi sekali lagi, Donghyuck mencintai tanpa pamrih apa pun. Maka ditepuknya pelan pipi pria itu.

"Jisung, bangun! Jangan tidur di sini, ayo masuk!"

Sosok yang dibangunkan tersadar. Duduk sambil mengucek mata, wajah kuyunya masih terlihat mempesona meski ada kantung hitam di mata. Kemudian bola mata itu berkilat bahagia melihat yang dinanti sudah ada di depan matanya. Jisung menarik Donghyuck jatuh dalam pelukannya.

Hangat-- hangat sekali rasanya.

Keduanya merasakan hal yang sama, tidak ada tubuh yang begitu kuat menghantarkan rasa tenang ketika bersandar kecuali mereka berdua satu sama lain. Dan Jisung mengusap naik turun punggung Donghyuck begitu pelan sambil berucap-- Jangan pergi, aku mencintaimu.

Berulang kali hingga Donghyuck menangis. Jisung melepaskan pelukannya, menelisik baik-baik manisnya itu hingga menyadari sesuatu,

Donghyuck terlihat kacau dengan banyak ruam merah di lehernya, wajah yang pucat serta aroma parfum Jeno menguar dari tubuh yang terlihat letih itu.

Jisung menyeka air mata dari mata orang yang berada di depannya itu dan Donghyuck menahan tangan Jisung untuk bergerak. Donghyuck menggenggamnya kuat sambil berkata lirih.

"Kali ini saja, aku mohon Jisung. Peluk aku sepanjang hari dan jangan pergi. Aku lelah-"

Donghyuck terkulai setelahnya, tak sadarkan diri karena pingsan.

Dan Jisung berjanji untuk membuat perhitungan pada Jeno setelah ini.

to be continued
.
.
gais, tanya dong tingkat fujo kalian udah sebatas mana?

maksudnya gini, kalo aku kan udah agak akut kayak yang liat interaksi cowok sama cowok aja aku seneng banget, udah ke mana-mana pikiranku. liar banget emang otakku.

terus aku juga suka ngoleksi anime bl, poto yaoi.

kan ada tu orang yang suka bl sebatas ff doang.

Toxic || JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang