Flashback
.
.
.
Tiga hari pertama di kampus, Donghyuck memasuki kelas ilmu ekonomi mikro. Dosen belum datang, dan anak lainnya membentuk kelompok bergosip. Donghyuck tak peduli, dia duduk di kursi paling belakang dan membaca buku."Hei, apa kau mau ikut kemah bersama besok di Ilsan?" tanya Hyunjin, salah satu temannya yang juga Komti kelas.
"Tidak." jawab Donghyuck singkat.
"Oh okay!" Hyunjin mengangguk, mencoret nama Donghyuck dari daftar peserta kemudian bertanya pada anak-anak lainnya.
Tidak lama, kelas ricuh. Beberapa kakak tingkat masuk dan mengambil tempat. Hal yang menyita perhatian tentu saja dua orang, Lee Jeno dan Park Jisung. Mereka terpaksa mengulang karena mendapat C sebelumnya.
Meski Jeno sebaya dan Jisung dua tahun lebih muda dari Donghyuck tapi soal kuliah mereka setingkat di atas Donghyuck.
Para gadis sibuk mencari perhatian, anak lelaki juga tak ketinggalan. Magnet kampus, idola, tampan, kaya dan sempurna. Donghyuck tahu tentang mereka, tapi tak tertarik mendekat. Orang seperti itu terlalu tinggi digapai.
Dosen masuk dan belajar dimulai. Semua berjalan lancar, kecuali untuk Donghyuck. Dia belum punya buku cetaknya dan baru bisa memiliki copian. Untuk membeli tak punya uang, ditambah keadaan ayahnya yang baru di PHK.
"Tidak ada toleransi. Tidak punya buku, keluar!"
Maka pemuda itu mengangguk pasrah, membuat Jeno iba ketika sepasang mata beruang itu bersedih.
"Mrs. Taylor! Aku punya dua buku, tapi satu ketinggalan di rumah. Bisakah aku memberikan padanya dan Donghyuck tetap di kelas? Please!"
Seisi kelas kaget terutama Donghyuck. Seorang tuan muda Lee membela pemuda biasa dengan kemeja murahan dan timberland usang. Jisung yang tadinya tertidur mendadak terbangun, tertarik mengintip siapa yang sudah membuat Jeno menjadi pahlawan mendadak.
Pemuda itu menunduk, dengan jari-jari gugup memainkan ujung kemeja. Saat wajahnya terangkat, Jisung terdiam sejenak. Bibir merah jambu yang terlihat sangat menggoda, mata bulat dengan pipi gembil, cara menatap yang polos dan senyum kecil yang menawan.
Jisung menyikut Jeno dan berbisik. "Barang bagus hyung, masih polos. Cocok untuk dibawa ke villa akhir pekan nanti,"
Jeno menggeleng, kemudian menatap Donghyuck sebentar dan tersenyum. Kelas kembali dilanjutkan saat Donghyuck diizinkan duduk kembali. Dan Jeno berbisik pelan pada Jisung dengan bersemangat.
"Aku serius Ji, aku suka dia. Sejak pertama melihatnya di kampus, aku sudah suka. Dia anak baik, jangan bicara macam-macam. Kalau kau mau bawa mainan ke villa nanti, cari saja orang lain. Jangan Donghyuck!"
•••
Jisung tetaplah Jisung. Dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Apapun itu. Terlebih saat Jeno bilang dia menyukai Donghyuck, the fuck must be kidding! Dalam circle mereka, tak ada cinta sejati. Jeno pasti bercanda dan Donghyuck terlalu menggoda.
Kenapa dia tidak mencuri start lebih awal? Toh Jeno tak mungkin marah. Sebenci apapun Jeno padanya, biasanya Jeno akan memaafkan.
Maka Jisung mencari celah, menemukan kelemahan terbesar pemuda itu dalam hidupnya. Dia introvert dan tak punya cukup uang.
Hari itu, seandainya saja Donghyuck tak menuruti Jisung untuk diantar pulang dengan mobilnya, mungkin mereka tak akan sejauh ini bersama.
Donghyuck tak bisa menolak. Dia takut dianggap tidak sopan. Jisung menjilati bibirnya sendiri, tersenyum puas dalam hati. Makhluk paling polos yang pernah dia dekati, tampak patuh dan menurut. Menggoda sekali.
Tapi Jisung tak mau bermain cepat dan kasar. Dia ingin menikmati bagaimana Donghyuck terjerat pesonanya, hingga nantinya dia yang memohon pada Jisung.
"Ayahku memiliki hutang,"
Satu kalimat terlontar usai mereka berdua melihat banyak orang datang ke apartemen Donghyuck dan bersikap kasar. Jisung mencoba berlagak sebagai dewa penolong.
"Berapa? Akan kubayar-"
"Jangan, tidak perlu! Kita tidak begitu dekat. Aku tak ingin berhutang budi,"
Jisung hanya tersenyum tipis. "Kalau begitu biarkan aku mendekatimu. Agar aku bisa membuatmu berhutang budi dan memiliki hatimu untuk kucintai."
•••
Mereka dekat.
Entah siapa yang memulai, terkadang keduanya tak sungkan mengumbar rasa. Tak ada status, yang Donghyuck tahu mereka berteman. Meski dia berharap lebih.
Tapi takut asanya gelap, sebab tahu perangai Jisung bagaimana. Hormon lelakinya kerap menjadi masalah, pacarnya banyak. Dan Donghyuck minder, merasa tak sebanding dengan mereka.
"Manis, kenapa murung?"
Sore itu di kantin kampus, Jisung datang menyela Donghyuck yang sedang bercengkrama dengan bukunya dan segelas susu segar. Pemuda itu tak menjawab.
"Apa ayahmu kekurangan uang lagi? Atau kau mau beli sesuatu? Ayo kita belanja!" ajak Jisung.
Pemuda itu sedang gundah. Dia mendengar gosip jika Jisung bukanlah gay seperti dugaannya. Jisung masih suka bermalam dengan wanita, dan kedekatannya dengan Donghyuck mungkin hanya sebatas sahabat saja.
"Apa kau sakit?" Jisung tampak cemas.
"Tidak," Donghyuck menghela napas lelah. "Biarkan aku sendiri Ji! Aku butuh waktu untuk berpikir,"
"Soal apa?"
"Kita." Donghyuck menjawab seadanya. Terlalu transparan dan gampang ditebak. Membuat Jisung merasa lucu, dia tahu hal ini akan terjadi.
"Kita kenapa?" pancing Jisung.
"Aku hanya merasa dungu. Kupikir kita merasakan hal yang sama, seperti-" Donghyuck menggigit bibirnya sendiri. Malu dan gugup. Membuat Jisung semakin ingin menyerangnya. "Jisung, aku gay. Dan kau tahu maksudku kan? Kedekatan kita membuat aku berharap lebih. Aku tak ingin terlihat bodoh,"
Setelahnya Donghyuck menunduk, merasa malu. Mukanya memerah, tak percaya sudah berkata sebegitu jujurnya pada Jisung. Terdengar tawa renyah dari yang lebih muda, lalu menghampiri Donghyuck dan menariknya.
"Ikut aku!"
"Ke mana?" Donghyuck mencoba menahan Jisung, ingin tahu mereka akan ke mana.
Jisung terlalu kuat dan Donghyuck pasrah menurut. Dia dipaksa masuk ke mobil kemudian Jisung juga memasukinya. Di dalam, Donghyuck meremat kuat seatbeltnya. Cemas dan bingung. Jisung menjepit dagu pemuda yang hari itu masih begitu polos dan membawanya pada satu tatapan mata penuh arti.
"Jawab dengan jujur, apa kau menyukaiku Lee Donghyuck?"
"I-iya Jisung,"
"Kau ingin aku menyukaimu lebih dari teman bukan?"
Donghyuck merona, dan mengangguk begitu saja.
"Bagus! Kalau begitu, ikut aku bersenang-senang dan buktikan kalau kau mampu memikatku."
Jisung menciumnya sebentar, lalu mulai membawa mobilnya keluar dari kampus menuju ke suatu tempat. Mengabaikan fakta jika ada ujian di kelas saat ini.
Hari itu adalah hari yang tak akan dilupakan Donghyuck. Karena hari itu adalah hari terakhirnya sebagai "Pemuda polos dan baik."
Semuanya berubah.
to be continued
.
.
up lagi dongg
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic || Jihyuck
FanfictionRemake story from Vkook- Toxic by TootooBoo . . Bahagia itu tidak sesederhana yang orang lihat. Mereka tampak baik-baik saja, nyatanya rasa sakit menggerogoti hati masing-masing. Start: 12 Agustus 2019 End: 20 Desember 2019