16. Hi Lovey

7.5K 1K 155
                                    

Hidup sebagai putra tunggal keluarga ternama tak melulu bahagia. Terlebih jika orang tuamu menginginkan kesempurnaan. Mereka sibuk bekerja, abai dengan anak yang haus rasa cinta. Kemudian ketika pulang dan bertemu bukan kabar berita yang mereka pertanyakan. Melainkan kapan dirimu siap untuk menjadi ahli waris semua kerajaan bisnisnya, padahal bukan itu tujuan hidupmu.

Huang Renjun menyukai musik. Piano adalah cinta pertamanya. Dia bermimpi menjadi komposer dan produser bagi artis ternama. Memiliki agensi dan hidup dari seni.

Tapi tidak bagi ayahnya.

Pianonya dibuang jauh. Les musik diganti dengan privat mengenai bisnis dan ketatanegaraan. Ibunya adalah diplomat sedang ayahnya pengusaha kaya.

Renjun memiliki banyak uang. Tapi dia haus kasih sayang. Hidupnya menjadi dingin dan angkuh. Dia tidak menghargai cinta karena orang tuanya tak pernah mengajarkannya.

Tuan Huang hanya terus menekan anaknya untuk lulus dengan nilai sempurna. Sementara Renjun tak peduli sama sekali dengan kuliahnya. Dia tidak menginginkannya tapi ayahnya memaksa atau Renjun akan ditendang dari keluarga terhormat mereka.

Lalu tatkala dosen muda cantik itu datang menawarkan diri, menyatakan cinta dan bersedia memberi apa yang Renjun inginkan. Timbal balik atas sebuah hubungan semu sebab sang suami dari si dosen wanita tak pernah berada di rumah. Problematika rumah tangga, kurangnya perhatian secara intim.

Renjun tidak menolaknya.

Meski dia juga tidak menikmatinya.

Setidaknya dia ingin cepat lulus dan mengakhiri semuanya.

Dan di sinilah dia, taman belakang kampus. Menghirup angin pagi yang membawa aroma tanah basah sisa gerimis semalam. Tidur di atas rerumputan tak peduli jika kemejanya akan ternodai tanah merah.

Renjun suka tempat ini, menenangkan. Tempat yang menjadi favoritnya sejak dulu saat dia masih bersama Jeno.

"Pagimu buruk?"

Sapa seseorang dengan aksen familiar, membuat Renjun menoleh dan mendapati Jeno duduk di sebelahnya. Tampilannya kacau, meski rapi busananya tapi wajahnya berantakan. Kantung mata dan guratan letih tergambar di sana. Renjun tahu Jeno pasti bermasalah.

"Aku lelah dengan hidupku," jawab Renjun sekenanya.

"Kau tahu, semalam aku tidur dengan Donghyuck." Jeno bersuara pelan sambil melempar kerikil ke air danau yang tenang. Renjun tidak merespon, hanya tetap memandangi Jeno datar.

Dia tahu hal itu pasti lambat laun akan terjadi. Tidak terkejut bahkan jika suatu hari Jeno dan Jisung berbagi kekasih lagi dan lagi.

Mereja semua terjerat di dalam circle yang penuh dengan toxic.

Beruntung bagi Lucas dan Chenle yang mampu berpikir dewasa. Atau Mark yang hidup dengan kesendiriannya tanpa beban batin.

Berbeda dengan Jisung, Jeno, Renjun dan pada akhirnya, Donghyuck pun ikut terseret arus.

"Aku tidak menikmatinya," sambung Jeno lagi lalu memandang Renjun lekat-lekat.

"Apanya? Tubuhnya?" tanya Renjun sambil tertawa sarkas.

"Semuanya. Hanya menimbulkan penyesalan rasanya. Aku seperti memperkosanya, padahal mungkin memang benar. Dia mabuk dan aku memanfaatkan kesempatan. Kupikir dengan melakukan itu, rasa marahku pada Jisung terbalaskan. Tapi tidak, aku malah terbelenggu rasa sesal dan bersalah."

Renjun tersenyum tipis. "Lee Jeno bodoh! Kau selalu memakai perasaan, kau itu sebenarnya tidak cocok jadi jahat karena pada akhirnya anak ayam sepertimu akan merasa kikuk lalu merasa terbebani."

"Hey! Setidaknya beri aku solusi!" Jeno memukul pelan pundak Renjun.

Keduanya tertawa lepas.

Setelah sekian lama kecanggungan menjadi benteng di antara mereka. Toh, Jeno dan Renjun tak mampu bermusuhan. Mereka bukan sepasang kekasih, tapi mereka selalu cocok satu sama lain. Itu yang mereka tidak sadari.

"Ayahku pulang dari Las Vegas besok. Dia menanyakanmu, kau mau mampir?" tawar Jeno sambil merebahkan tubuhnya ke atas rerumputan.

"Aku?" Renjun kaget.

"Tadinya aku ingin mengenalkan Donghyuck sebagai pacarku. Tapi, yeah sekarang gagal. Taruhan potong telingaku ini, Donghyuck pasti menganggapku bajingan. Jadi aku mohon kau mau ya?"

"Tidak!"

"Oh ayolah! Aku tak punya pilihan lain selain kau. Ayahku suka padamu, dia juga berteman dengan ayahmu. Jika aku tidak juga mengenalkan seorang sebagai pacarku pada mereka, aku akan dikirim untuk menjadi biksu saja kata ayahku. Dia mengira aku aseksual."

"Kau merepotkan sekali!"

"Ayolah, lagipula berpura-pura jadi pacarku tidak rugi."

"Apa imbalannya?" tanya Renjun iseng, dia hanya bercanda. Tentu saja dengan senang hati dia akan membantu Jeno.

"Piano dan aku berjanji, ayahmu tidak akan marah jika tahu benda itu hadiah dariku."

Renjun tak bisa menjawab. Dia terenyuh sebab Jeno masih mengingat semua hal yang dia suka.

"Ya-"

BUGH!

Belum selesai Renjun menjawab, dirinya dibuat kaget oleh Jeno yang mendapat sebuah pukulan telak di rahangnya. Jisung datang begitu saja dan memulai semuanya.

Jeno menegakkan tubuhnya, menyeka darah segar dari ujung bibirnya. Lalu tersenyum miring ke arah Jisung.

"Sapaan yang ramah sekali dari sahabatku Park Jisung. Mengapa? Kau marah aku tidur dengan pacarmu?"

"Bajingan! Apa yang kau lakukan pada Donghyuck? Apa maksudmu mencoba mendekati kehidupan Donghyuck? Apa kau serius kali ini? Ingin bersaing lagi denganku? Ingin merebut Donghyuck dariku?"

Kemudian Jeno membuka dompetnya, mengambil dan melemparkan sebuah blackcard ke arah Jisung hingga mengenai tubuhnya.

"Kudengar bisnis ayahmu pailit sampai harus mengemis dana dari keluarga Jaemin. Jadi, belilah kaca dengan uangku! Setelah itu kau patut dirimu di depan cermin dan lihat baik-baik wajah seorang bajingan yang terpantul di sana. Kenapa baru merasa takut kehilangan Donghyuck sekarang? Ke mana saja kau kemarin?" Jeno puas sekali berucap lantang.

to be continued
.
.
gais, seneng deh tembus seribu komen. makasih yaa

mau tanya lagi dong,

para pembaca ay ini line berapa aja sih en statusnya apa? bukan status pacar ya tapi kek pelajar, mahasiswa ato kerja gitu looohh.

Toxic || JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang