Jalanan lengang, langit gelap berarak datang. Kaki-kakinya masih berlari menapak bumi, rumah Donghyuck jadi tujuan. Gelang pemberiannya masih di genggaman bersama senyuman utuh di pipi.
Ingin menemui Donghyuck malam ini.
Jisung memintas jalan, melewati taman dekat kampus yang lebih dekat dengan apartemen si manis. Napasnya tersengal namun terus mengayuh kaki. Hingga kemudian maniknya membulat, mendapati sosok itu berjalan menuju taman tak jauh darinya. Dengan jaket denim hitam serta jeans belel.
"Lee Donghyuck!"
•••
Keduanya duduk di taman, sebuah bangku kayu jadi saksi bersama dengan kelipan bintang di langit. Jisung meraih jemari Donghyuck dalam genggamannya, dingin sekali.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?" tanya Jisung menyelidik.
"Tidak ada, hehe. Mungkin aku mencuri start dengan ke taman duluan tapi ketahuan olehmu," Donghyuck tertawa pelan.
Jisung hanya mengamatinya, Donghyuck terlihat manis hanya saja sedikit pucat. "Kau sakit?"
"Sedikit, kepalaku pusing Ji."
"Ceroboh! Jika sakit kepala kenapa keluar di malam hari?" Jisung menjitak pelan kepala Donghyuck lalu melotot pura-pura marah.
Di luar dugaan, Donghyuck malah melingkarkan tangannya di pinggang Jisung. Pemuda itu memejamkan mata, mendusel pelan ke dada Jisung seraya menghirup feromon pria tampan itu hingga memenuhi penghidunya.
Jisung kaget luar biasa. Terlalu besar serangan kebahagiaan ini hingga ingin melompat rasanya. Donghyuck memeluknya kuat sekali.
"Aku rindu harummu, rasanya hampa sekali ketika kau tidak ada."
"Kau bisa memelukku kapan pun kau mau, hyung. Aku milikmu dan selamanya akan begitu." Jisung menjepit dagu manisnya hingga terangkat dan mereka bersitatap.
Mata bulat itu basah, tampak redup dengan sorot kesedihan.
"Kenapa menangis?"
"Aku tak mau kehilanganmu, sebentar saja peluk aku. Dingin sekali rasanya Ji,"
Jisung memeluk kembali cintanya, mengusap punggung itu perlahan sambil berbicara lembut sekali. "Aku mau cerita, tadi sebelum kemari aku hampir mati kecelakaan. Tapi gelangmu menyelamatkanku. Kau tahu, semua orang bilang ini karena do'a orang yang kucintai turut serta bersama gelang ini."
Donghyuck tertawa.
"Donghyuck jangan tertawa, aku serius. Aku mencintaimu. Ingin mengulang semuanya dari awal. Jisung yang sekarang adalah Jisung yang tak memiliki apapun dan penuh kekurangan. Tapi aku punya banyak cinta untuk aku pertaruhkan."
"Aku tahu," Donghyuck melepaskan pelukannya. "Kau tidak perlu bilang cinta berulang kali Ji, aku tahu kau tulus. Terima kasih."
"Lucas hyung akan menikah, Jeno hyung juga Renjun hyung menyusul. Bagaimana pun kita juga akan seperti mereka Lee!"
Donghyuck tak menjawab. Hanya bergeming sambil menatap langit yang mulai berawan.
"Lee Donghyuck," Jisung memanggilnya, "Jadi pacarku lagi mau? Untuk hari ini, besok, lusa dan hari yang tidak terhingga. Bahkan jika maut memisahkan, aku akan meminta Tuhan mempertemukan kita dalam bentuk reinkarnasi yang baru. Karena satu-satunya yang aku mau hanya dirimu. Sejauh apapun aku berlari hanya padamu hatiku merasakan tenang. Kau adalah rumahku."
Donghyuck mengangguk. "Jisung, apapun yang telah terjadi di masa lalu tidak mengurangi perasaanku. Semarah apapun aku pada dirimu, aku tetap mencintaimu. Aku tak bisa melihat orang lain lagi selain dirimu. Jika aku diizinkan hidup lebih lama, kuharap kita bisa bersama. Aku ingin menikah denganmu, kita mengadopsi dua orang anak. Memiliki rumah yang asri dengan banyak kebahagiaan di dalamnya. Kita tak butuh banyak harta, kita hanya perlu cinta untuk saling menguatkan."
Jisung menciumnya, melepaskan semua kerinduan yang tertahan. Donghyuck membalas perlahan, dengan tangan meremat ujung jaket Jisung.
Bibir Donghyuck terasa dingin sekali. Begitu Jisung menyudahinya dia melihat Donghyuck kembali mengeluarkan air mata, tapi kali ini tersenyum juga dengan begitu manis.
"Aku ingin kau menjaga diri. Jangan telat makan. Harus rajin kuliah. Jangan melawan ayah dan ibu. Jauhi alkohol dan obat, itu hanya akan merusakmu. Janji padaku!"
"Aku janji, hyung! Demi dirimu!"
"Tidak, bukan demi aku. Ini demi dirimu sendiri, harus bisa Park! Kelak kau harus bisa mandiri, aku tak selalu bisa mengingatkanmu lagi."
"Iya, cerewet!" Jisung mencubit gemas pipi Donghyuck.
Kemudian si manis itu membuka sesuatu dari balik tengkuknya. Sebuah kalung, berbandul cincin.
"Ini cincin kita 'kan? Kenapa tidak kau pakai?"
Donghyuck tidak menjawab, hanya memasangkannya ke leher Jisung yang diam saja. Kemudian pemuda manis itu menunjuk dadanya sendiri.
"Aku tidak perlu memakai cincin itu, simpan keduanya untukmu. Aku sudah menyimpan dirimu di sini, hatiku. Sampai kapanpun hanya ada satu orang lelaki yang ada di hatiku. Cinta pertamaku, cinta terakhirku, Park Jisung."
Ketika Donghyuck menggenggam jemari Jisung, pria itu merasakan sesuatu yang berbeda. Dia merasakan rasa sedih yang datang tiba-tiba. Entah mengapa Jisung tak ingin melepaskan Donghyuck.
"Park Jisung, Lee Jeno datang mencarimu di sana. Pulanglah!"
Donghyuck menunjuk ke arah belakang, Jisung mengikuti arah pandangnya dan berbalik. Dia menemukan mobil Jeno yang menepi di pinggir taman.
"Donghyuck, aku-"
Jisung tak menemukannya, Donghyuck tidak ada.
"Donghyuck!" Jisung berteriak berulang kali sambil melihat ke sana ke mari.
Jeno yang baru turun dari mobilnya langsung berlari cepat ke arah Jisung yang duduk di bangku taman. Kemudian dengan cepat dia menepuk bahu itu untuk berbalik.
"Hyung? Ada apa?"
"Aku mencarimu ke mana-mana dan melihatmu dari kejauhan di sini sendirian,"
"Hyung, aku tadi-"
"Lee Donghyuck, he passed away, Ji."
to be continued
.
.
gais, aku mau buat cerita yang Donghyuck-nya manly gitooh kan biasanya kalo di ef ef lain-- di ff ku juga ada beberapa sih-- Donghyuck digambarkan manis, cantik, imut tapi aku mau nambahin sisi manly nya gitu, kalian suka?nanti kalo komen kalian ndak langsung ay balas berarti ay lagi berubah peran jadi readers yang suka ngevot tapi jarang komen, paling besok baru dibalesin komentar2 kalian. Oke readers? Oke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic || Jihyuck
FanfictionRemake story from Vkook- Toxic by TootooBoo . . Bahagia itu tidak sesederhana yang orang lihat. Mereka tampak baik-baik saja, nyatanya rasa sakit menggerogoti hati masing-masing. Start: 12 Agustus 2019 End: 20 Desember 2019