30. 💜

5.9K 669 38
                                    

Ini cerita sebelum Donghyuck passed away:(
.
.

"Donghyuck, tapi sebaiknya kau ambil kembali gelang dari ayah nak."

"Kenapa ayah? Apa ayah tidak suka aku memberikannya pada Jisung?"

"Tidak, bukan begitu. Ayah akan membelikan satu yang baru untuknya, asal kau memakai kembali gelangmu."

"Itu hanya gelang ayah,"

"Itu gelang keberuntunganmu nak. Ayah beli dengan gaji pertama, sengaja diukir namamu di balik batu cantik penghiasnya. Ada sebuah mitos jika gelang itu terikat padamu dan kau melepaskannya maka dirimu tidak akan beruntung."

"Ayah, aku percaya Tuhan selalu menjagaku. Jika aku tidak beruntung, berarti memang takdirku. Dan jika aku harus mengorbankan keberuntunganku untuk Jisung maka aku tidak keberatan. Kami berbagi hati, begitu pula nyawa. Asalkan dia tersenyum, aku bahagia. Karena Jisung yang sekarang sudah jauh lebih baik."

•••

Donghyuck tersenyum begitu melihat tanda hati berwarna ungu itu apik sekali menghias layar ponselnya. Jisung mengirimkannya, membuat Donghyuck bahagia.

Dia ingin mengetik balasan, sebelum fokusnya beralih pada sebuah sweater rajutan di seberang jalan. Sepasang sweater putih dengan garis abu-abu. Simpel tapi menarik hati.

Tergelitik untuk melihat, Donghyuck baru saja mendapatkan sedikit uang dari beasiswa kampusnya. Sepasang sweater terlihat menggoda untuk dimiliki, besok dia akan bertemu Jisung. Dan tak ada salahnya memberi kejutan.

Donghyuck ingin memulai semuanya lagi. Dia menerima Jisung sebagai kekasihnya. Dia rindu bercengkrama tanpa merasa canggung. Dia rindu pelukan Jisung.

Dia ingin dipeluk Jisung malam ini.

Tidak mau menunggu besok.

Donghyuck setengah berlari, menyeberang jalan kemudian memasuki toko. Transaksi selesai dengan senyuman manis di pipi. Paperbag merah jambu berisi sepasang sweater di tangannya siap dibawa. Dia akan pergi ke taman, menunggu Jisung.

Donghyuck berdiri tepat di depan tanda penyeberangan jalan. Sepi, hanya ada dia sendiri. Donghyuck mengetikkan pesan itu di ponselnya, pesan agar Jisung datang menemuinya sekarang juga di taman. Tapi tidak pernah tersampaikan karena nomor yang dia tuju tidak aktif.

Ketika lampu berwarna merah itu menyala, isyarat bagi penyeberang jalan untuk bergerak, Donghyuck mengayunkan tungkainya. Bersamaan dengan sebuah mobil pribadi yang kehilangan kendali, oleng dan berhenti melampaui garis batas penyeberangan.

Semua begitu cepat terjadi.

Teriakan menggema.

Jeritan terdengar.

Donghyuck tak bisa menelaah lagi apapun itu, ketika sebuah hantaman keras meluluhlantak tegak tubuhnya. Dia terjatuh.

Semuanya gelap.

Sunyi.

Hampa.

Kosong.

Saat itulah Donghyuck meminta satu hal pada Tuhan. Hanya satu saja untuk yang terakhir kali.

Biarkan dia menemui Jisung sebelum dirinya... Pergi.

to be continued
.
.
satu chap lagi ending hoobaaaahh💃

but, ada kabar gembira, sebentar lagi otewek chap akhir. Sebenernya sih aku mau minggu depan aja tapi berhubung besok massa kuota ku habis dan dak tau kapan mau beli-- maklum masih anak sekolah, dak sekolah dak dapat duet jajan-- jadi ay tamatin aja ceritanya hari ini.

Toxic || JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang