17. Before after

7.1K 1K 213
                                    

"Sup ayam jamur sudah siap!"

Mangkuk besar tersaji apik di hadapannya, disertai senyum puas dari sang ayah yang sudah susah payah membuatkan Donghyuck tak pernah merasa paginya begitu bahagia seperti ini.

Dia sakit dan ayahnya begitu baik memanjakan. Berkali-kali Donghyuck berucap syukur pada Tuhan karena telah membuat ayahnya berubah.

"Ayah tidak ikut makan?" tanya Donghyuck sambil menunggu sesendok sup di tangan dingin.

"Sudah tadi pagi bersama Jisung. Kau masih tidur,"

Donghyuck tersenyum tipis, mengingat Jisung benar-benar memeluknya semalam. "Ya, aku yang meminta dia di sini."

"Nak," ayah Donghyuck mengusak rambut di kepala Donghyuck. "Semua sudah berakhir. Ayah sudah bicara pada Jisung untuk menjauh darimu. Jangan siksa perasaanmu lagi. Mencintai pria yang telah memiliki calon istri, membuatmu terlihat seperti tak punya harga diri. Kau berharga Donghyuck, kau istimewa. Perlakukan dirimu dengan baik, jangan menahan sakit lagi."

Sendok sup diletakkan, Donghyuck diam sesaat. Menelaah semua nasihat bijak sang ayah. Jiwa pemberontaknya ingin keluar, tentu saja tidak semudah itu dia dan Jisung berpisah. Tapi--

'Donghyuck, aku hamil.'

Kalimat itu kembali terngiang di telinganya. Menampar keras hatinya yang ngotot menghamba cinta pria jangkung tersebut. Semuanya memang harus berakhir. Benar-benar berakhir. Jisung akan menjadi seorang ayah.

"Ya ayah. Aku juga menginginkannya. Berpisah dari Jisung adalah yang terbaik. Aku lelah,"

•••

"Bajingan!"

Satu pukulan telak menghantam pipi Jisung.

"Kau brengsek!"

Kali ini Jisung menendang tulang kering pemuda sipit itu hingga dia terjatuh mengaduh.

"Bangsat! Jangan main kaki!"

"Kau lebih bangsat! Kau tidur dengan Donghyuck! Serius hyung, aku marah sekali!"

Jisung menerjang Jeno dengan cepat, dia memukuli pria itu hingga babak belur namun saat Jisung lengah dia membalik keadaan. Jisung dihajar habis-habisan. Pelipisnya robek dan memar bukan main di seluruh wajah.

Karena Jisung sama sekali tak melawan. Dia sengaja membiarkan Jeno menghabisinya.

Keduanya terengah, Jeno melepaskan tubuh Jisung dan terjatuh di sebelahnya. Dia melihat punggung Jisung bergetar hebat, pemuda itu menangis.

Selama bertahun-tahun bersahabat, baru kali ini Jeno melihat sendiri betapa terpuruknya Jisung hanya karena seorang pemuda bernama Donghyuck. Beruntung mereka berada di gedung olahraga kampus yang kosong, tak akan ada yang melihat keduanya berkelahi.

"Aku menyesal hyung, sangat menyesal." Kalimat itu terlontar bersama isakan pelan.

Jeno tak bisa melihat saja, dia meraih Jisung mendekat dan membawanya dalam pelukan erat.

"Semua terasa sulit ketika aku mencoba dari awal. Ayahnya memintaku menjauh. Donghyuck ingin berpisah. Dan Jaemin semakin sulit kuhindari, ayahku terlalu serakah. Dia mengambil terlalu banyak pemberian dari orang tua Jaemin,"

Tangisan itu makin rapat tak berjarak, membuat Jeno ikut menjatuhkan air mata. Sebenci apa pun dia pada Jisung, sahabat tetap sahabat.

"Maafkan aku," Jisung merendahkan tubuh untuk memeluk semakin dalam ke tubuh Jeno.

"Hei sudahlah! Jangan begini! Nanti ada yang melihat bisa salah sangka. Aku dan kau tak mungkin pacaran bukan?" Jeno mencoba berkelakar agar Jisung tersenyum namun gagal.

Toxic || JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang