"Apa kabar?"
Jisung membuka suara, tangannya menyambar sebungkus camilan rasa udang kesukaan Donghyuck dan menyobek sisinya hingga terbuka. Disodorkan pada si manis yang duduk selonjoran di sebelahnya.
Keduanya berada di atas rerumputan taman sambil memandangi riak air Sungai Han. Donghyuck bersedia menunggu Jisung selesai bekerja untuk saling berbincang.
"Baik. Kau sendiri?" jawab Donghyuck sambil mengunyah makanannya.
Jisung tertawa pelan, membuat Donghyuck menoleh. Dia bisa melihat bias getir patih dari mata mantan kekasihnya itu.
"Yeah, seluruh Korea Selatan sudah tahu bagaimana keadaan keluargku."
"Apa ayahmu baik-baik saja?"
"Tentu," Jisung mengusap wajahnya berulang kali. Ingin menangis tapi mencoba untuk tidak terlihat cengeng.
Donghyuck kembali memandang lurus ke depan, membiarkan angin malam menggerakkan surai halus miliknya. Tampak cantik sekali di bawah sinar bulan. Jisung sadar begitu bodohnya dia menyiakan permata cantik ini.
"Donghyuck hyung," Jisung berucap pelan sambil mengenggam telapak tangan pemuda manisnya lalu dibawa menuju dadanya sendiri. "Aku merindukanmu. Rasanya seperti sedang bermimpi bisa menggenggam jemarimu lagi,"
Sosok yang lebih tua tubuhnya bergetar, bohong jika Donghyuck bilang dia tidak tersentuh. Sumpah mati jika bisa dia ingin merengkuh tubuh si tampan ini, namun Donghyuck menahan diri.
"Ya, sama. Aku juga rindu dirimu," Donghyuck tersenyum. Kemudian membiarkan logika mengambil alih otaknya agar tak dikuasai perasaan lagi. "Kita masih bisa berteman baik. Tak ada alasan untuk mantan kekasih saling membenci,"
Jisung terkejut. Sampai hampir mati rasanya.
Kalimat itu terasa menusuk jantungnya. Sakit sekali. Mantan kekasih?
"Donghyuck hyung apakah semua benar sudah berakhir? Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku sudah meninggalkan Jaemin hyung, aku sudah bilang tidak mencintainya. Aku sadar kalau kau yang aku inginkan. Aku..."
Bahunya naik turun, Jisung bicara sambil terisak. Dia menangis. Dia tidak tahan lagi. Semua penyesalannya hadir dan keluar begitu saja. Pertama kalinya Donghyuck melihat Jisung menangis begitu hebat dan itu karena dirinya.
Maka pemuda manis itu mengesampingkan ego, menarik bahu rapuh itu dalam satu pelukan. Membiarkan dadanya basah sebab Jisung mendusel rapat, mencari kehangatan yang hanya dia dapat dari Donghyuck. Kasih sayang yang tulus tanpa pamrih.
"Hei," Donghyuck mencoba menegakkan tubuh Jisung lalu menangkup pipinya agar mereka saling bertatapan.
"Kenapa cengeng? Mana Jisung yang sok berkuasa dan memiliki semua yang diinginkan?"
"Jangan pergi hyung, aku tahu aku terlalu buruk tapi aku butuh dirimu."
Donghyuck membawa dahi mereka menyatu, sebelum akhirnya dia menggenggam jari-jari panjang itu lebih erat dan menyalurkan rasa hangat satu sama lain di sela dinginnya udara malam dan sepi.
"Dengarkan aku," Donghyuck menghela napasnya sebentar.
"Park Jisung, aku mencintaimu. Tulus sekali tidak mengharapkan apa pun. Karena itu aku bertahan, berharap semua lebih baik. Tapi aku juga butuh istirahat, hatiku butuh sejenak merasa lega tanpa terhimpit beban perasaan. Berpisah adalah jalan terbaik untuk kita. Jangan takut, sudah kubilang aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Jadi aku akan tetap menjadi teman baikmu, tak peduli seburuk apa pun kita di masa lalu."
"Hyung, aku..."
Donghyuck menyeka air mata Jisung dengan ujung ibu jarinya. "Besok ke kampus mau?"
Jisung menggeleng. "Aku akan mengajukan cuti. Aku harus bekerja sekarang,"
"Ambil waktumu. Kau bisa belajar banyak dari semua ini, Jisung."
Ponsel Donghyuck berdering, sebuah panggilan masuk dari seseorang. Donghyuck menolaknya, memutuskan mengirim pesan singkat agar menghubunginya kembali nanti.
"Siapa?" Jisung ingin tahu.
"Lami, teman sekelasku. Kami satu kelompok untuk sebuah tugas,"
Wajahnya berubah, Jisung cemburu. Tapi ingin protes sudah tidak punya hak. Jadi cuma bisa cemberut. Dan Donghyuck sadar akan hal itu. Sangat lucu melihat Jisung menahan marahnya karena cemburu tapi malu berkata.
"Lami sudah punya pacar, jangan khawatir!"
"Oh," Jisung membuang pandangannya ke arah lain. "Aku tidak peduli tuh,"
"Sudah malam Ji, aku besok ada kuliah pagi. Kau juga pulang, jangan begadang!"
"Bisakah kita bertemu lagi?" Jisung bertanya penuh harap.
Donghyuck hanya mengulum senyum sambil mengangguk. "Ya, kalau aku tidak sibuk aku akan mampir ke kafe lagi. Jangan lupa berikan diskon untuk temanmu ini ya,"
•••
"Bibi tidak bisa memaksa Jisung. Dia tidak mau menikah denganmu,"
Nyonya Park meletakkan secangkir teh ke atas meja. Pemuda itu; Na Jaemin yang bertamu. Matanya menelisik remeh ke setiap sudut rumah kecil keluarga Park yang baru. Setelah istana mereka disita, hanya rumah itu yang tersisa untuk dibeli dengan sisa uang yang ada.
"Bibi tahu kan, ayahku bisa memberatkan hukuman paman. Aku bisa membantu kalau saja Jisung mau melunak,"
Jaemin memainkan kuku jari lentiknya sambil memandang angkuh. "Atau kalau bibi betah hidup susah, ya silakan saja."
"Jaemin hyung?" Jisung terkejut mendapati pemuda angkuh itu duduk di dalam rumahnya. Dan ibunya yang terlihat gelisah.
"Hai sayang? Kau baru pulang? Kata bibi, kau bekerja. Astaga, untuk apa membuatmu lelah jika hanya untuk beberapa ribu won? Kau kan tahu, ada aku."
Jisung masuk dan memandangi Jaemin begitu tajam. "Keluarlah!"
"Kau mengusirku?"
"Ya, hyung tolong. Pikiranku sedang kusut, jangan menganggu!"
"Kalau begitu ayo kita bersenang-senang! Biasanya kan kau begitu, jika stres kita akan berpesta sampai pagi."
Jisung mengepalkan tangan, rahangnya mengeras dan menggeram marah. "JAEMIN, CUKUP SUDAH! KELUAR!"
Ibunya menarik bahu Jisung mencoba untuk menahan, takut Jisung lepas kendali. Jaemin yang kaget karena sebelumnya tak pernah dibentak sekeras itu.
"Baik! Kau memang bajingan! Setelah membuatku cinta mati, menikmati semua yang kumiliki dan sekarang kau mengusirku. Aku tidak heran jika Donghyuck pada akhirnya meninggalakanmu. Bajingan sepertimu memang pantas mendapat balasan."
Jaemin pergi, meninggalkan Jisung yang bergeming. Mendengarkan perkataan Jaemin yang menampar kesadarannya.
Dirinya bajingan.
"Nak," Ibunya Jisung menyentuh lengan anaknya perlahan. "Mengapa tidak jujur dari awal jika kau dan Donghyuck saling mencintai lebih dari sekedar sahabat?"
to be continued
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic || Jihyuck
FanfictionRemake story from Vkook- Toxic by TootooBoo . . Bahagia itu tidak sesederhana yang orang lihat. Mereka tampak baik-baik saja, nyatanya rasa sakit menggerogoti hati masing-masing. Start: 12 Agustus 2019 End: 20 Desember 2019