Di antara yang lain, Lee Jeno termasuk beruntung. Lahir dari keluarga yang terbiasa hidup di luar negeri membuat pola pikir orang tuanya sedikit lebih terbuka.
Neneknya orang Munchen, membuat orang tua Jeno seringkali menetap di sana untuk jangka waktu yang cukup lama. Jeno tidak ingin, dia lebih suka tanah kelahirannya sendiri. Ayah dan ibunya orang yang easy going, tidak terlalu mendikte hidup anaknya namun tetap mengawasi. Karena itulah, saat Jeno tak pernah sekali pun membawa gadis ke rumah sebagai pacar, sang ayah menggodanya. Mengancam untuk mengirim Jeno ke perguruan shaolin guna menjadi biksu. Tentu saja itu bercanda, tapi Jeno keburu takut.
Dia botak?
Kuduknya merinding membayangkan hal itu.
"Kau hutang budi padaku!" Renjun menyentak pria Seoul itu sambil memicing tajam. "Tepati janjimu!"
"Iya, astaga! Kau ini cerewet sekali! Sudah ayo masuk, ayah ibuku sudah ada di dalam."
Keduanya turun dari mobil, bersepakat dulu atas semua kepura-puraan yang tidak jelas ini. Jeno dan Renjun adalah sepasang kekasih yang saling mencintai-- tentu saja pura-pura. Jeno tak punya pilihan lain kecuali menyeret Renjun masuk dalam lingkup hidupnya. Ada banyak hal yang mendukung, salah satu karena orang tua mereka memang sangat bersahabat. Jadi Jeno pikir, jujur soal seksualitasnya juga membawa Renjun sebagai pacarnya tidak akan membuat orang tuanya marah.
"Aku mau pajangan moomin limited edition."
"Iya, kubelikan sepabrik kalau perlu. Tapi aktingmu harus menyakinkan!"
Jeno menahan Renjun dulu di teras depan, kemudian berpikir sejenak. "Ahh, kita latihan dulu!"
"Latihan apa?" tanya Renjun bingung.
"Mesra," Jeno meraih lengan Renjun dan mengamitnya mesra. "Nih, begini kalau pacaran! Kau itu kulkas berjalan, mana tahu mesra pada pasangan."
Si gingsul memutar bola matanya jengah. "Ck! Aku tidak suka skinship di depan umum!"
"Ini bukan tempat umum, ini di depan orang tuaku. Biar mereka percaya. Nanti kalau mereka sudah pulang ke Munchen, ya semua ini berakhir!"
Renjun terdiam, Jeno pun sama. Entahlah, ada setitik letupan menyakitkan saat kata 'berakhir' diucapkan. Bagaimanapun keduanya memang pernah bersama di masa lalu.
Kemudian hening, hingga akhirnya Renjun buka suara. "Ya, baiklah. Maaf terlalu cerewet, aku akan membantumu."
"Jun," Jeno kembali menarik tangan Renjun hingga dia berbalik. "Maaf merepotkan. Aku tahu aku selalu menyalahkanmu atas kejadian bersama Jisung. Tapi aku tak pernah berusaha mengoreksi diriku sendiri. Saat itu seharusnya aku lebih peduli," Jeno berujar.
Dan Renjun menggeleng pelan. "Sudahlah, kau tahu aku. Aku tidak percaya cinta dan komitmen. Mungkin kita memang tidak ditakdirkan menyatu meski kita merasa cocok. Kejadian Jisung dan Donghyuck mengajarkanku banyak hal, salah satunya ialah bagaimana cara menghargai orang yang kita sayang."
Jeno mengangguk. "Ayo masuk!"
"Tunggu dulu, aku tahu ini terlambat. Mungkin sekarang tidak ada gunanya bilang begini. Tapi aku hanya tak ingin menyesal karena tidak pernah jujur padamu--"
Renjun menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengungkapkannya. "Lee Jeno, borahaeyo!"
"Kenapa kalian lama sekali masuk?"
Keduanya kaget, hampir melompat karena terkejut. Bagaimana tidak, Nyonya Lee membuka pintu depan dan menegur mereka diikuti dengan ibunya Renjun di sebelahnya.
"Kenapa ibu di sini?" ujar Renjun yang memandang penuh tanya.
"Ahh, saat Jeno bilang dia mau membawamu ke rumah sebagai pacar aku memutuskan mengundang ibumu untuk minum teh sekalian ngobrol tentang pernikahan kalian." Ibunya Jeno menjawab dengan santai disusul Nyonya Huang menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic || Jihyuck
FanfictionRemake story from Vkook- Toxic by TootooBoo . . Bahagia itu tidak sesederhana yang orang lihat. Mereka tampak baik-baik saja, nyatanya rasa sakit menggerogoti hati masing-masing. Start: 12 Agustus 2019 End: 20 Desember 2019