Selamat membaca!
Tasya sedang menonton tv bersama Andin ketika melihat Dikta datang dengan wajah masamnya dan duduk di samping Andin.
Sekejap, Tasya memandanginya heran. "Kenapa? Gelut lagi?" Tanyanya sembari mengangkat sebelah halis.
"Sok tau!" Ketus Dikta sembari beranjak pergi dari sana.
"Sewot banget! Cepet aki-aki baru tau rasa!" cibir Tasya sembari membolakkan matanya.
Ia meraih ponselnya, dan baru saja teringat bahwa ia belum mengisi paketan internet.
Gaswat! Siaga satu!
Adelina keluar dari dapur, dengan celemek yang melingkari perutnya.
"Kak, beli bawang daun sama tomat ke depan sana, gih," titahnya sembari mengacungkan spatula ke depan.
Wajah Tasya berubah masam. Hari ini dia sedang mager semager magernya orang yang lagi mager. Buat berdiri saja merasa tak memiliki cukup tenaga.
Namun, otaknya yang kelewat cerdas langsung mengirimkan sinyal keberuntungan.
"Oke," jawabnya tanpa pikir panjang lagi.
Adelina merogoh sakunya, mencari selembar uang dua puluh ribu. "Tomat lima ribu, daun bawang tiga ribu."
"Tapi ada syaratnya," kata Tasya sambil menaik turunkan halisnya.
"Ya ampun, bantuin Mama aja perhitungan gitu ya kamu." Adelina melotot sambil bersiap melemparkan spatula yang ada di genggamannya.
"Gak merepotkan kok, Ma. Aku cuma minta hotspot doang, hehe."
Adelina yang mendengarnya sontak melotot dan hampir saja mengeluarkan kata-kata mutiaranya. Namun, ia kalah telak dengan ucapan Tasya yang lebih cepat layaknya kereta listrik.
"Pahala di hari minggu loh, Ma." Adelina menghela napas. Merasa diberi lampu hijau, Tasya melakukan selebrasi dengan meloncat-loncat tinggi sembari mengepalkan kedua telapak tangannya.
Tasya beranjak ke luar rumah, sebelum suara Adelina berhasil mencegah langkahnya. "Kok smartfren Mama dibawa sih?"
Tasya menoleh, lalu menjawab, "Karena kalau jarak Tasya sama handphone Mama terlalu jauh, nanti hotspot nya keputus, dong?"
------
Tasya berjalan dengan santai, beberapa langkah di depannya sudah tampak tukang sayur yang diincarnya sejak tadi.
Ia semakin dekat, sebelum tiba-tiba bahunya tertubruk tidak sengaja.
BRUK!
Tasya terhuyung ke belakang.
"Astaghfirullah!" Pekiknya kaget.
Pria yang tadi menabraknya spontan berbalik menghadap Tasya. "Maaf, saya kurang memperhatikan."
Memang salahnya juga sih yang sempat terfokus kepada ponsel yang ada di genggamannya sehingga tidak terlalu memerhatikan jalanan. Tasya lalu mengangguk sekilas, dan seperti dengan kekuatan super, orang yang tadi menabraknya telah pergi entah ke mana.
Gadis itu hendak melangkah, saat dirasanya ada yang tidak beres dengan sandal jepitnya.
Kepalanya menengok ke bawah, tepat kepada tali sandalnya yang putus.
"Duh, pake ada acara putus segala sih," keluh Tasya menenteng sebelah sandal jepitnya.
"Mana gak ada peniti lagi," imbuhnya bertambah bingung. Kepalanya celingak-celinguk mencari sesuatu untuk penyelamat sendalnya. Namun nihil, tidak ada benda yang bisa digunakannya sebagai penyelamat.
![](https://img.wattpad.com/cover/196103181-288-k18443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Fiksi RemajaBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...