"Kakak gimana sih! Untung ada anaknya Lesta. Coba kalau nggak ada, gak tau deh gimana nasib adik-adik kamu ini," keluh Adelina sembari menjatuhkan bokongnya di kursi ruang tamu.
Mereka baru saja pulang, baru saja sampai. Memang tadi saat Tasya dan cowok itu menyusul keluar, Dikta dan Andin sedang asyik bermain dengan Andika.
Aksi pahlawan banget, iya gak sih?
"Maaf Ma."
"Tapi Mama gak terlalu kecewa sih pas lihat kamu datang sama Ezar," kata Adelina sembari memijat ringan keningnya. Lha?
"Ezar?" Tasya mengerutkan keningnya bingung.
"Iya, Ezar anaknya Luna. Yang tadi dateng sama kamu, Ezar Lucas Aditya. Masa kamu bareng dia tapi nggak tahu namanya sih?"
Tasya kikuk. Iyalah, kan emang mereka belum sempat kenalan.
"Tapi anaknya Lesta juga cocok sama kamu, siapa namanya?"
"Kak Andika, Ma."
"Nah iya itu. Tapi setahu Mama, dia itu satu tahun di atas kamu. Pinter pula."
Tasya diam mendengarkan penuturan Mamanya.
"Kak, bantu gendongin Dikta ya ke kamar," pinta Adelina.
Adelina lalu beranjak ke kamarnya dengan Andin di pangkuannya.
"Buset. Mama gak kira-kira kali ya, nyuruh aku bopong ni kudanil satu ke kamarnya," gumam Tasya pelan.
Tasya mendesah, dibangunin juga nggak tega. Dan pada akhirnya ia mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk membopong sang adik sampai ke kamarnya yang berada di lantai atas.
*****
"Wadooh pinggang gue!" Tasya memasuki kamarnya ala lansia, yaitu sembari memegangi bagian pinggangnya yang terasa pegal-pegal.
"Bisa gak sih gak usah mandi dulu?" Gumamnya sembari duduk di tepian kasur.
Lalu ia menjatuhkan tubuhnya ke samping dengan tungkai kaki yang menjuntai ke bawah.
Matanya menatap lurus-lurus. Mengingat kejadian demi kejadian hari ini.
Hari ini ia ketemu dengan dua cowok ganteng. Whooaa! Merasa beruntung juga bisa cuci mata. Finally!
"Jadi gak nyesel buat ngikut Mama, ternyata emang bantuin orang tua itu bisa membawa berkah juga ya.."
Lalu pikirannya kembali berlabuh mengingat di mana Ezar yang membawanya ke kamar orang tuanya, dan saat itu ia membayangkan--, oh tidak! Nggak banget itu mah. Bahkan dirinya merasa sangat malu membayangkan hal itu lagi.
Huaaa malu bangett, malu semalu-malunya orang maluu.
Astaghfirullah!
Jangan diingat, jangan diingat.
Harus banyak-banyakin istighfar!
"Kak Andika ganteng juga ya. Kulitnya putih. Berwibawa! Oemji jiji!!! Hayati gak tahan!" Pekik Tasya sambil guling-guling kiri kanan.
"Kalau Ezar... Kyaaa! Jadi malu anjirr! Parah sih. Tapi dia ganteng, maskulin, kharismanya buset dah! Memesona banget!"
Senyumannya mengembang. Membayangkan kejadian hari ini saja sukses membuatnya senang sampai pusing bukan kepalang!
"Haduuh, jadi mood!"
Ia kembali guling-guling gak jelas di atas kasur, sampai lupa bahwa dia belum bersih-bersih.
"Ah iya! Aku lupa, sekarang kan ada jadwal buat jadi bathroom singer."
Lalu ia mengambil handuknya dan beranjak menuju kamar mandi dengan hati yang berbunga.
"Nanti aku pikirin ah mau jatuh hati sama siapa.."
Wajahnya masih merekah dengan bibir yang berkedut memintanya untuk terus senyam-senyum, pokoknya dirinya senang bisa cuci mata hari ini!
🐝
Bantu orang tua ternyata membawa berkah dan kebahagiaan. Btw, part ini kurasa kependekan deh, hehe..
Kalau aku di posisi Tasya, aku gak akan milih di antara keduanya deh. Kenapa? Karena memang aku belum pernah ada di posisi itu sih, HAHAHA. Tapi aku nggak sad, aku happy euy!
![](https://img.wattpad.com/cover/196103181-288-k18443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Подростковая литератураBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...