Tarik napas! Buaaang!
Pelan-pelan ya bacanya, diresapi okee! Part ini rada panjang soalnya.
Selamat membaca!
"Beneran ya, awas akhir-akhirnya kayak senin lalu yang gak jadi," renggut Tasya sembari mengambil helm yang disodorkan Ezar.
"Iya, Mama udah nunggu di rumah lagian." Tasya tetap mengerucutkan bibirnya. Pasalnya, senin yang lalu, Luna--Mamanya Ezar ada pertemuan dadakan dan semuanya batal. Jadi, sekarang ini adalah waktu yang telah direncanakan untuk ketemu Luna. Semoga saja bukan sekedar wacana.
Sepanjang jalan tidak ada yang memulai percakapan. Sampai tiba-tiba Ezar berkata, "Nanti di depan Mama, Lo harus kelihatan oke ya."
Spontan, Tasya menggeplak punggung Ezar. "Aw! Galak amat lo jadi cewek. Gimana kalau gue jadi cacingan gara-gara punggung gue lo pukul?" Katanya sambil terus mengaduh.
"Udah deh, gak usah lebay! Orang aku mukulnya pelan kok."
"Pelan pala lo!" Ujar Ezar ngegas. "aduuh! Ini tulang gue kayaknya ada yang kegeser deh, eh-eh!" Motor yang ditumpangi mereka tiba-tiba saja oleng.
"Ezar! Ezar! Bisa bawa motor gak sih? Plis, Tasya belum mau mati sekarang!" Kata Tasya lalu tangannya berpegangan pada kedua pundak Ezar. "Maaf aduh. Abisnya kamu nyuruh Tasya harus oke kayak selama ini Tasya amit-amit aja sih."
"Aduh gue keknya gak kuat ini buat bawa motor, tangan gue jadi kebas gini." Motor yang dikendarai Ezar semakin oleng.
"Eh! Aduh, ya Allah, jangan kebasin tangan Ezar sekarang ya Allah, Tasya mohon ya Allah, maafin Tasya." Mulut Tasya masih komat-kamit dengan kepala yang sengaja ia tubrukan di punggung Ezar.
"Mpstt! Bhaak! Bhuaahaha!" Ezar tergelak, dan perlahan, laju motor yang sedari tadi oleng kembali stabil.
Sekali lagi, Tasya menggeplak punggung Ezar. "Ezar! Kalo tadi kita jatuh beneran gimana!? Nyebelin! Kita musuhan!" Tasya mendorong bahu Ezar, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Eh! Sakit aduh, ini kalo beneran jatuh gimana?"
"Bodo!" Ezar tersenyum geli ketika mendapati wajah Tasya yang begitu kusut lewat kaca spion.
Grep!
Tasya tak sengaja memergok Ezar yang tengah menatapnya lewat kaca spion. Nah kan ketangkap basah.
"APA LIHAT-LIHAT!?" Semprot Tasya kemudian sembari melotot.
Ezar kembali tergelak. Kemudian tanpa aba-aba, Ezar memutar gas dalam sekali tarikan, dan motor melaju dengan kekuatan super duper.
"KYAA! EZAR KAMU SINTING YA!?"
*****
Tasya dan Ezar menepi ke pekarangan rumah mewah putih dengan nuansa klasik yang pernah Tasya datangi saat menemani Mamanya reuni SMP.
"Ayo," kata Ezar sembari menarik pergelangan tangan Tasya.
"Eh! Ini apa!? Gak usah pegang-pegang!" Dengan ketus, Tasya melepas genggaman Ezar.
"Profesional dong, ini biar Mama lebih yakin aja." Ezar kembali menggenggam tangan Tasya, bukan hanya menggenggam, melainkan menautkan jari-jari mereka.
"Assalamualaikum, Ma!" Teriak Ezar memanggil Mamanya.
"Waalaikumussalam, Zar?" Luna menghampiri Ezar. Sontak, Ezar menyalimi tangan Luna, begitu pun dengan Tasya.
"Eh, ini siapa?" Luna kegirangan melihat kehadiran Tasya.
"Aku Tasya, Tante."
"Pacarnya Ezar, ya?" Luna tersenyum hangat, sembari menggiring Tasya untuk duduk di sofa ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Ficção AdolescenteBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...