Tasya kacau. Dua kata yang sangat sangat mendeskripsikan keadaan Tasya pagi hari ini. Rambutnya diikat sembarang, jidatnya berpeluh, kaos kakinya panjang sebelah, ditambah letak dasinya yang hanya ia ikatkan asal membuatnya terlihat aneh. Mirip seperti orang yang habis lari maraton, iya emang sih.
"Hosh...hosh...!"
Tasya masih berusaha mengatur ritme napasnya, ia menyeka keringat yang membanjiri jidatnya. Masih pagi tapi sudah banjir begini!
"Duh! Gawat nih! Siaga satu!"
Matanya awas menatap delapan orang yang berjaga di depan gerbang.
"Mana intinya semua lagi!" Tasya sibuk menyerapahi kedelapan orang inti osis sembari mengendap ke balik pohon besar yang tidak jauh dari sana.
Ini sih namanya maju kena, mundur juga tanggung, begitu pikirnya
"Ngapain di situ?"
Tasya sontak menoleh saat mendengar suara itu. Matanya melotot seakan hendak keluar dari kantungnya.
Ia hanya bisa mengelus dadanya, berusaha tetap sabar. Tapi, lama-kelamaan Tasya jadi bingung sendiri, ngapain orang itu ada di sini!?
Tasya spontan menarik lengan lelaki yang berdiri dua meter di depannya ini.
"Jangan berisik!" Ia menempelkan jari telunjuknya di depan bibir. Sementara cowok itu hanya mengangguk diam sembari menghabiskan minumannya.
'Masih pagi udah minum es' ingin sekali Tasya mencibir seperti itu, jiwa julidnya keluar juga. Tapi yasudahlah, toh itu hidupnya ini, kan? Nanti dirinya dikira s-k-s-d-s-a lagi, sok kenal, sok dekat, sok akrab, padahal mah belum kenalan sama sekali!
"Jadi, lo lagi ngapain?" Tanyanya sembari melempar
Tasya mendengus malas, perlakuan yang benar-benar haram ditiru.
"Lagi salto," jawab Tasya dengan datar.
"Hah? Lo bisa salto? Lihat dong!"
Astaganaga!
"Lagi ngumpet ish!"
Tasya membuang muka ke samping, sampai kapan dia harus bersembunyi seperti ini?
"Oh...," sahut lelaki itu kemudian. "mau masuk gak?
"Iya lah. Tapi kalau lewat situ, ntar kena hukum lagi," kata Tasya sembari menunjuk kedelapan orang yang sedang berdiri di depan gerbang.
"Kalo gitu, lo ikut gue aja," ajak lelaki tadi sembari menatap Tasya tepat dikedua maniknya.
Tasya menatapnya balik. Pertama kali menatap benar-benar dan baru sadar jika lelaki ini ganteng!
Ganteng!
Ganteng!
Dan, acak-acakan. Seragamnya masuk sebelah, tanpa dasi! Belum lagi rambutnya rada gondrong tak beraturan. Kayaknya, sisir di rumahnya hilang dimakan tikus deh. Fiks, udah keliatan mirip sama cowok badboy di cerita-cerita wattpad yang sering Tasya baca.
"Hei!" Lelaki tadi melambaikan tangan di depan wajah Tasya.
"Eh? Ke mana?"
"Ayo ikut gue."
Tasya pasrah saja saat tangannya ditarik menuju bagian samping sekolah. Gapapa lah sekali-kali, ditarik orang ganteng ini, hihi! Begitu pikirnya.
"Eh? Mau ngapain?" Ia melihat tembok bata yang menjulang tinggi baginya di depan sana.
"Lo mau masuk ke sekolah, gak?"
Ya jelas Tasya mau lah! Tapi masa dirinya harus manjat tembok segede badag itu? Belum lagi dia kan pake rok! How can coba!?
Namun karena mencoba memberanikan diri, Tasya pun akhirnya mengangguk. Itung-itung pengalaman gitu, lho. Lagian, masuk sekolah ke SMA favorit kayak gini tuh perjuangan banget. Masa sekarang dengan seenak jidat dia malah ngebolos? Nggak banget itu mah!
"Sini tas lo." Tasya menurut, menyerahkan tas merah muda kesayangannya kepada lelaki tadi.
Tasya kira akan dijual atau apa, eh malah dilempar ke tempat di balik tembok tanpa ragu-ragu. Sekali lagi, ini DILEMPAR lho!
"HAH!? TASKU!" Tasya menahan napas ketika tasnya melayang begitu saja menyebrangi tembok besar.
Pening aku pening!
"Ssttt! Jangan berisik kalau gak mau ketahuan." Tasya spontan membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan.
"Sekarang lo naik ke pundak gue," titahnya lagi.
"Mau ngapain?"
"Lo mau masuk gak?"
"Apa gak ada cara lain?"
"Gak!"
"Tapi kan..."
"Yaudah kalau lo mau dihukum. Biar gue aja langsung. Lagian gue gak maksa."
"Eh!" Tasya mencegahnya yang telah bersiap. Lelaki itu lantas mengangkat sebelah alis tebalnya.
"Tasya..ikut kamu aja deh," kata Tasya. "Ta-tapi, anu loh.. Tasya kan pake rok!"
"Gue gak akan ngintip elah, cepet!"
Lah ini cowok kenapa jadi sensian begini?
Dengan ragu, Tasya akhirnya menaiki pundak cowok itu.
"Sakit gak? Maksudnya, apa Tasya berat?"
"Sekarang lo naik ke tembok itu."
"Ta-tapi.."
"Cepetan gue bilang!"
Tasya tersentak.
Tangannya berpegangan erat pada ujung tembok. Dengan sekuat tenaga, ia mengingsrutkan tubuhnya ke atas. Dan,
GEDEBRUG!
SRUK!
Tasya mendarat dengan posisi dirinya yang bersimpuh di taman belakang. Untung alasnya rumput, jadi tidak terlalu sakit walapun pada kenyataannya segitu saja sudah terasa jedut-jedut.
BRUK!
Lelaki itu melompat dan mendarat dengan sempurna di sampingnya. Kelihatan banget kalau dia itu udah pro.
"Tunggu eh!" Teriak Tasya saat lelaki itu akan beranjak pergi.
"Thanks." Lelaki itu hanya menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan langkahnya, dan meninggalkan Tasya.
Tasya menghela napas lega saat lelaki tadi sudah tidak terlihat lagi. Itu baru real bad boy!
"Ah gantengnya..."
"Akhirnya ketemu cogan jug--, ebuset udah jam tujuh lebih aja! Mati Tasya matiii!" Tasya menepuk jidatnya, dan berakhir dengan lari tunggang-langgang menuju kelasnya.
🐝
![](https://img.wattpad.com/cover/196103181-288-k18443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Teen FictionBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...