Cuaca yang cerah, secerah hati Tasya pagi ini. Senyuman lebar terpampang manis di wajahnya sebagai bukti betapa gembiranya ia hari ini. Inilah yang ia rasakan ketika tidak ada PR yang harus dikumpulkan. Bebas, tenang, dan ringan. Mungkin saking ringannya, Tasya bisa mengambang di atas air dan terbawa hanyut sampai ke Bendungan Saguling.
Langkahnya yang tanpa beban, seolah-olah dirinya dapat terbang karena mati rasa oleh gravitasi, menuntunnya untuk tidak tergesa-gesa karena bisa saja angin menerbangkan dirinya, sekali lagi, saking ringannya pagi ini.
Berjalan sampai depan komplek, menyebrang, lalu berangkat naik angkutan umum, sepertinya sudah menjadi rutinitas Tasya saat hendak berangkat ke sekolah.
"Bazeng! Ini motor kenapa lagi sih!?" Caci seseorang yang keberadaannya bak ilusi di dalam bayangan.
Tasya menengok kanan-kiri, mencari sumber suara. Kemudian, tatapannya terkunci pada seorang gadis yang berkacak pinggang di samping motor besarnya di seberang sana. Motor besar yang biasanya dipake geng-geng motor, kebayang gak? Pokoknya motor besar dengan stang yang panjang.
Segera Tasya menghampirinya, siapa tahu dia bisa bantu, kan?
"Hai, assalamualaikum! Ada yang bisa aku bantu?" Tanyanya ramah dengan senyum lima jari!
Gadis itu melirik sebebtar. "Waalaikumussalam. Lo gak akan bisa bantu!" Katanya ketus.
"Ya siapa tahu gitu." Tasya mengedikkan bahunya. Yang penting dia sudah menawarkan bantuan, terserah mau dianggap bagaimana. Intinya, niatnya sudah baik sama perempuan itu.
"Kalo motornya mogok, panggil tukang aja," usul Tasya tiba-tiba. Memang benar kata si cewek yang rambutnya dikuncir kuda ini, Tasya memang gak akan bisa bantu dia beresin motornya yang mogok, tapi Tasya bisa kok kalau sekedar bantu cari solusi mah.
Wajah yang tadi terlihat tegang dan kaku, perlahan mengendur, dan rileks. "I-iya! Ini juga mau kok! Gue juga inget!" Renggutnya sembari terburu-buru mengeluarkan benda pipih berlogo apel tergigit dari saku seragamnya.
Eh?
Dilihat-lihat, bet seragam gadis itu persis dengan bet seragam tempat sekolah nya Tasya. Tasya meneliti. Namun, ia tak pernah melihat gadis itu sebelumnya.
"Halo? Hoi?" Gadis itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Tasya.
"Eh, iya hayuk!" Ucap Tasya spontan.
"Apaan sih lo? Gak jelas banget." Gadis itu memalingkan wajah sembari tersenyum tipis.
"Eh, ma-maksudnya, kita berangkat bareng gitu, hayu!" ajak Tasya kikuk.
"Kan motor gue mogok!" Air muka gadis itu kembali berubah masam.
"Suruh simpan di bengkel aja dulu, atau titipin di orang kepercayaan mbak."
Gadis itu mengerjap sesaat. Sepertinya ia baru sadar akan hal itu.
"Kok gue lola banget sih," gumamnya sembari mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Ayo!" Tasya hendak menarik lengannya saat suara gadis itu membuatnya menoleh terlebih dahulu. "Gue bukan mbak lo ya, jadi gak usah panggil embak. Kesannya gue macam udah kolot banget," tegur gadis itu sembari mendengus.
"Iya-iya, buruan itu angkotnya udah datang."
"What!? Seriously? Lo ngawur, ya? Naik angkot? Gue?" Tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri yang dihadiahi anggukan oleh Tasya. "Big no!"
Tasya melepaskan cekalannya di lengan gadis itu, lantas berkacak pinggang dengan percaya diri. "Kamu mau masuk sekolah gak? Inget ya, motor kamu lagi ngerajuk. Nah, transportasi yang gampang cuma angkot. Terserah deh! Tapi aku cuma ngasih tahu, kalau hari ini hari senin, upacara sebentar lagi dimulai kalau lupa," kata Tasya yang diakhiri dengan kedipan mata. "yaudah, aku duluan a--"
"Eh! Iya-iya. Gue ikut!" Putusnya tak bersemangat. Ia meraih jaket hitamnya yang tergeletak di atas motor, lalu menatap Tasya dengan wajah cemberut
"Nah gitu dong, let's go!"
*****
Tasya melangkah memasuki gerbang sekolah dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Udara pagi ini begitu mendukung kegembiraannya. Angin sepoi-sepoi bergerak lembut mengibarkan kerudung putih milik Tasya. Tasya semakin mengeratkan pegangannya pada tali tas, rasanya begitu menggebu-gebu.
"Woi! Ini si eneng kenapa dah senyum-senyum?" Rassya segera menyentuh dahi Tasya yang berdiri di sampingnya dengan mata terpejam.
Tiba-tiba, senyum yang tadi Tasya pertahankan luntur dengan mata yang terbuka lebar. Matanya melotot saat menyadari ada tangan lain yang bertengger manis di jidatnya. Matanya melirik ke samping, untuk mencari tahu siapa pemilik tangan yang kurang ajar ini.
"Hiiiih! Rasyaaa! Jangan sentuh-sentuh jidat Tasya dong! Pagi-pagi udah bikin naik darah aja," cebik Tasya kesal sembari menepis lengan Rassya.
"Kalau darahnya naik, donorin dong setengahnya. Itu darah bisa naik pasti karena kebanyakan, Tas," jawab Rassya ngawur.
Tasya membolakan matanya, lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu. Perasaan, tadi Tasya berangkat gak sendiri deh. Tapi, itu cewek ada di mana sekarang? Tasya celingak-celinguk mencari keberadaan gadis itu.
"Nah lho! Kenapa lagi lo?" Rassya melipat kedua tangannya di depan dada, masih mengamati pergerakan Tasya.
"Kamu tadi lihat cewek di sekitar Tasya gak?" Tanya Tasya kepada Rassya.
Rassya mengerutkan keningnya, dan malah balik bertanya, "Lo kenapa?"
"Ih, jawab pertanyaan Tasya, Ras!"
"Gue gak lihat lo sama siapa pun dari tadi," kata Rassya sembari menggelengkan kepala.
"Hah? Jelas-jelas tadi Tasya naik angkot bareng sama seseorang kok. Lagi pula, bet seragamnya sama dengan bet seragam kita."
"Halu lo," tegur Rassya, tangannya bergerak menepuk kepala Tasya dua kali dengan pelan. "mending sekarang kita ke kelas, simpan tas dan meluncur ke lapangan."
"Tadi beneran manusia lho, bukan setan...kan?" Gumam Tasya, lalu ia segera bergidik. Ntahlah, masa saking gembiranya pagi ini ia jadi halu begini sih?
"Tunggu, Rassya! Ya ampun!"
🐊🐊
Ini nulis apaan tolong T_T
![](https://img.wattpad.com/cover/196103181-288-k18443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Teen FictionBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...