Suara riuh pun pecah di bawah awan-awan yang menutupi mentari pagi kali ini. Setelah selesai upacara, seluruh peserta didik dipersilahkan untuk duduk di area lapangan upacara. Tidak boleh ada yang beranjak walau sesenti pun. Itu pantrangan!
Guru-guru bertatapan tajam setajam omongan netizen telah berdir di belakang para siswa, profesinya sejenak berubah menjadi satpam yang menjaga keamanan dan ketertiban.
Hari ini pemilihan ketua osis.
PEMILIHAN KETUA OSIS!
Para peserta didik, terutama para siswi duduk anteng tidak seperti biasanya. Mereka malah terlihat lebih segar dan antusias. Tahu saja jika yang menjadi kandidat tahun inu adalah cowok-cowok ganteng dan cewek-cewek cantik.
Tapi beda lagi sama seorang gadis yang kelihatan benar-benar tidak betah dan tidak tertarik. Ia beranjak berdiri, dan tiba-tiba saja menggaet lengan Tasya.
"Lha, lha? Mau ke mana, Ki?" Tanya Tasya ketika Kiara malah membawanya berjalan terus ke belakang barisan sampai berhadapan dengan Maria, salah satu guru yang aura kebengisannya selalu terendus dari radius dua puluh meter.
"Kalian mau ke mana?" Tanyanya tajam. Matanya menatap keduanya seperti akan membolongi kepala mereka satu-satu.
"Izin ke toilet, Bu. Mulas," alibi Kiara tanpa gentar. Kalau itu siswa atau siswi lain, pasti mereka kocar-kacir menyelamatkan diri dari tatapan maut Maria sekarang juga. Namun ini Kiara, gadis yang tak pernah takut akan apa pun kecuali Tuhan. "Ibu mau tanggung jawab kalau saya ngeburusut di sini?"
Tatapan tajam Maria kini beralih menatap Tasya di belakang Kiara. "Kamu mau ke mana?" Tanyanya.
"Lha Bu, dia mau bantuin saya jagain pintu bilik. Kan masih ada beberapa bilik di toilet perempuam yang gak ada kunci nya," jawab Kiara.
Maria mendengus pelan, lalu berkata, "Baiklah. Segera kembali."
*****
Tasya meringis melihat sebuah nampan berisi nasi goreng dan dua buah jus jeruk landing di atas meja keduanya.
"Kita gapapa nih ada di sini?" Tanya Tasya ragu.
"Gapapa," jawab Kiara yang langsung menarik piring nasi goreng miliknya.
Kini keduanya sedang berada di kantin yang terbilang sepi, karena sembilan puluh sembilan persen siswa-siswi sedang menyaksikan pemaparan visi misi calon ketua osis di lapangan.
"Ish! Yaudah! Dosanya kamu yang tanggung, ya!" Tasya mendelik sebal. Sementara Kiara mengacungkan jari jempolnya sebagai isyarat oke.
"HEI!" Tasya segera menoleh saat mendengar ada seseorang yang entah memanggil siapa.
"Tayo! Hahaha!" Seorang gadis berkuncir kuda tertawa terpingkal-pingkal di ujung sana ketika melihat samar-samar wajah Tasya yang kian berkeruh.
Gadis itu menghampiri Tasya di mejanya. "Masih inget gue?" Tanyanya.
"Eh! Kamu yang tadi pagi kan, ya?" Tanya Tasya memastikan.
"That's right!" Ia menarik kursi di sebelah kiri Kiara.
"Lo bukan anak baik-baik ternyata," ucap gadis itu mengeluarkan statement versi dirinya dengan smirk meremehkan yang kini terpampang jelas di wajahnya.
"Lho?" Tasya mengerutkan keningnya bingung.
"Buktinya lo ada di sini, bukan di lapang," katanya enteng.
Tasya mendengus, lalu memberikan petuah untuk gadis itu. "Don't judge a book by the cover, aku rasa kamu tahu pepatah itu. Kamu gak bisa nilai orang sembarangan, kecuali kamu sudah sampai menyentuh hatinya. Nanti jatuhnya gak sembarang tuh."
Gadis itu hanya mengangkat bahu mendengarnya. Menyeruput es teh manis di depannya, lalu kembali menatap Tasya ketika gadis itu bertanya. "Kamu sendiri kenapa gak ke lapangan?"
"Gak tertarik gue sama yang gituan. Gak ada faedahnya. Wasting time iya!" Katanya.
Tasya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Eh, kamu anak baru di sini?" Tanya Tasya kemudian.
"Yoi! Gue pindahan dari sekolah tetangga. Udah gak betah, jadi pindah gue, hahaha," jujurnya dengan tawa yang memggelegar. "Nama gue Cenna Alaska, panggil gue Alaska."
"Anastasya Siregar. Panggil Tasya, jangan Anas," kata Tasya, lalu tergelak mengingat ucapannya sendiri.
Kini, keduanya menunggu respon dari Kiara yang tengah asik makan nasi goreng. "Ki! Kia! Rara! Neng!" Panggil Tasya yang tidak diindahkan sama sekali oleh Kiara.
"Dia budek?" Tanya Alaska dengan kening yang berkerut.
Dengan gemas, Tasya menarik piring nasi goreng itu mendekat ke arahnya.
"Eh! Ager! Balikin gak?" Kiara menggeram kesal di tempatnya
"Ish! Sekarang giliran kamu perkenalan," kata Tasya yang sukses membuat Kiara bingung.
"Apa sih lo? Ngaco aja!" Tangannya masih berusaha menggapai-gapai piring nasi goreng. Namun, sayang sekali, semakin Kiara berusaha menggapainya, semakin jauh pula Tasya membawa piring berisikan setengah nasi goreng milik Kiara itu.
"Lo tega banget Tas, ini tuh ibaratnya lo misahin ibu dari anaknya," ucap Kiara.
"Ekhem!" Kiara segera menoleh saat merasa ada seseorang di sampingnya.
"Siapa lo? Tanyanya penuh selidik.
Tasya mendengus, gini nih kalau Kiara sudah disandingkan dengan makanan, dunia serasa milik sendiri, yang lain ngekos.
"Gue Alaska. Lo?" Tanya Alaska.
"Gue Kiara," jawabnya cepat. "Tas, ayolah balikin nasgor gue, sayang itu tinggal setengahnya."
Begitulah Kiara, kelemahannya ada pada makanan dan buku-buku kesayangannya.
🐊🐊
Benar-benar butuh revisi nih namanya:v hihi
![](https://img.wattpad.com/cover/196103181-288-k18443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Teen FictionBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...