"Dapat dipahami!?"
"Siap paham!" Seruan itu menggema, memantul ke dinding-dinding sekolah yang masih dingin.
Sekarang hari sabtu, hari biasanya si 'ratu doyan makan' sibuk bermalas-malasan. Tapi karena hari ini dilaksanakan seleksian pengurus osis baru, dan ia sudah menyetujui untuk ikut seleksi, jadilah ia sudah berdiri di lapangan sekolah sepagi ini.
Para senior menyebar, pergi memasuki tempatnya masing-masing yang entah ada di mana. Sedangkan, tiap-tiap anggota kelompok saling berdiskusi memecahkan klu yang telah diberi oleh senior mereka sebelumnya.
"Ayo! Sudah lima menit, kita menuju jalan surgawi terlebih dahulu," ucap Glen sembari berbisik kepada aggotanya. Sementara, Tasya bingung sendiri, jalan surgawi? Apaan tuh?
"Jalan surgawi apaan?" Tanyanya kepada Ezar yang berjalan tepat di sampingnya, karena entah angin dari mana mereka bisa satu kelompok begini.
"Lo gak dengerin ya pas tadi diskusi?" Tanya balik Ezar.
"Eh, enggak. Hehe." Ya abisnya, dari tadi Tasya malah keasyikan ngeliatin kelompok lain sih, lebih tepatnya mencari keberadaan sahabat judesnya, Kiara. "Jadi jalan surgawi di mana?"
"Entah. Gue juga tadi gak dengerin," jawab Ezar sembari mengangkat kedua bahunya acuh.
Melihat itu, Tasya spontan menepuk jidatnya sendiri. Ternyata mereka sama saja. Gak ada untungnya, malah jadi masalah kayaknya setiap mereka disatuin. Seperti sekarang, Ezar sama Tasya malah iseng senggol-senggolan, mepet-mepetan, membuat orang yang baris di belakang mereka kerusuhan juga.
"Eish! Kalian berdua bisa diem gak sih? Kalo enggak, gue sumpahin jodoh nih!" Seru seseorang di belakang Ezar.
"Amit-amit, amit-amit!" Balas keduanya kompak.
Tiba-tiba rombongan berhenti, dan Tasya yang tidak menyadarinya malah tidak sengaja menubruk orang yang ada di depannya.
"Aduh, eh, hehe, aduh, sorry banget," katanya beserta cengiran khasnya.
"Kok ini di taman belakang sih?" Monolog Tasya sembari celingukan.
"WAHAI PENGHUNI ALAM TAMAN BELAKANG, DI MANA KAH KAU?" Teriak Ezar seperti orang yang kesurupan.
Mendengar teriakan Ezar, Tasya dan teman-teman kelompoknya yang lain sontak melongo ke arah Ezar.
"Pstt! Kamu kenapa sih?" Tanya Tasya berbisik takut-takut. Takut, kalau itu bukan Ezar.
"Saha sia?" Tanya lelaki yang berdiri di depan Ezar kepada Ezar.
"Aing maung! HAUUM!" Jawab lelaki lain yang berdiri di belakang Ezar. Mendengar percakapan itu, semuanya tertawa.
"Anjir! Anjir!" Glen yang dari tadi berusaha mengendalikan diri pun memecahkan tawanya begitu saja.
"Kamu kesambet apaan Ezaaar?" Tasya bertanya dengan sisa-sisa tawanya yang belum mengering.
"Rasanya exited tiba-tiba," jawab Ezar sembari mengangkat bahunya.
"Inikan tempat di mana tas aku kamu lempar!" Tepat sekali, dan Tasya baru ingat.
"Berisik!" Seseorang tiba-tiba membentak. Tubuhnya muncul dari balik pohon besar. Seketika, tawa yang sebelumnya menggema berhenti. Kesenangan yang tadi dirasa tiba-tiba tersendat. Kini yang melingkupi atmosfer hanyalah hawa menegangkan.
"Datang-datang tidak tahu sopan-santun! Cekikikan kayak kuntilanak penunggu taman belakang!" Katanya lagi.
"Lha, berarti dia dong kuntilanaknya? Kan dari tadi dia nunggu di sini," bisik Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Teen FictionBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...