Malu

7 2 0
                                    

"Tasya! beli cincaunya Pak Yul, gih!" teriak Adelina dari dapur yang menggelegar ke setiap sudut ruangan rumah lantai bawah.

"Siap, Ma."

Tasya lalu mengambil beberapa gelas lalu meluncur mencari Pak Yul dan gerobaknya.

"Amang!" Tasya berlari dengan begitu cepat menghampiri tukang es cincau yang berhenti di depan mantan rumah Pak Kitri.

"Ini Mang. Yang satu jangan pake es." Tasya masih sibuk mengatur ritme napasnya.

"Ditunggu ya, neng," kata Pak Yul dengan senyuman khas miliknya.

Tak berselang lama, Tasya menepuk keningnya merasakan ada yang tidak lengkap.

"Hah! Kerudung aku! Ntar ya, Mang." Tasya lalu kembali berlari lagi ke rumahnya.

"Kenapa kamu lari-lari gitu?" Tanya Adrian yang sedang menonton tv bersama Andin di ruang tengah saat  melihat Tasya cepat sekali kembali sambil terengah-engah.

"Kerudung aku, Pa... Ketinggalan.."

Sedangkan di depan rumah bekas Pak Kitri, tukang es cincau itu sedang berbincang dengan seorang lelaki.

"Pindahan dari mana, mas?" Tanya Pak Yul.

"Dari Batam, Pak," jawabnya sopan.

"Euleuh.. Meni kasep kitu, sopan oge," celetuk Pak Yul sambil tersenyum.

"Amang..!" Lalu Tasya kembali datang dengan jilbab hitamnya.

"Eh, neng Tasya? Aduh meuni geulis pisan."

"Eh, hehe. Udah jadi, mang?"

"Belum neng, ini punya si mas nya dulu ya. Gapapa, kan?"

Lalu Tasya menoleh melihat orang yang dimaksud Pak Yul.

MasyaAllah, ganteng sekali.

"Eh!?"  Tasya memekik kaget sembari melotot.

Pria itu menaikkan sebelah halisnya.

"Kamu yang waktu itu ngasih Tasya sandal jepit, kan?"

Pria itu lantas mengernyitkan keningnya.

"Nama kamu Tasya?"  Lelaki itu malah balik tanya.

Cewek yang dari tadi lari-lari, kan? Dia pake jilbab?

"Iya!"

"Ini, Mas." Pak Yul menyerahkan tiga buah gelas berisi es cincau kepada pria itu.

"Terimakasih, Pak."

Lantas Pria tampan itu berbalik, hendak melangkah.

"Mang, yang satu tidak pakai..." Tasya sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Es, neng!" Jawab Pak Yul dengan semangat, lalu mereka berdua tertawa bersama.

"Betul!"

Sudah hampir memasuki pagar, pria itu kembali berbalik.

"Tasya?" Tasya yang merasa namanya dipanggil pun menoleh.

"Saya Albiru Aldebaran, salam kenal."

Tasya terlihat terkejut. Lalu buru-buru kembali menatap es cincau.

"Astaghfirullah," gumamnya pelan.

"Ada apa, neng?" Pak Yul bertanya.

"Eh, nggak mang. Gapapa, hehe."

Di dalam rumah, Biru merutuki tindakannya tadi.

"Tidak seharusnya repot-repot memperkenalkan diri segala," gerutunya tak bertepi sembari meletakkan ketiga es cincau yang tadi dibelinya di meja makan.

Biru lalu memasuki kamarnya, dan melempar tubuhnya ke atas kasur.

"Argh! Astaghfirullah. Saya kok jadi malu begini." Ia lantas menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Semburat merah muda merambat memenuhi sepertiga dari permukaan wajahnya sampai ke telinga.

"Belum pernah semalu ini."

Lalu, Biru menggulingkan tubuhnya sampai tengkurap dan mengapit kepalanya menggunakan bantal Spiderman miliknya.

                                 🐝

Dikta ternyata anak ibunya
Pak Yul ternyata mahasiswa magang
Semoga suka sama ceritanya
Jangan lupa komen dan kasih bintang

~kay

Oh My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang