"Weish, ada neng berkerudung putih nih," Rassya menggoda sembari bersiul. Melangkah cepat, menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Tasya.
Lelaki itu tak putus asa mengganggu Tasya. Sejak seminggu lalu, saat pertama kali dirinya memakai jilbab ke sekolah, Rassya menjadi penggemarnya yang pertama.
"Hei, disapa nih sama abang tampan. Masa udah ganteng kaya Justin Bieber gini juga masih ditolak." Rassya masih membuntuti Tasya.
"Justin Bibir baru iya!" Tasya memutar kedua bola matanya jengah. Cowok kok serasa cewek!
"Hijrah ya sekarang..." Rassya cengengesan sembari mencolek tas gadis itu.
"Jadi pengen cepet halal--"
"Apa sih Rassya!? Kampungan banget, kek yang baru ngelihat cewek pake hijab aja sih!" Semprot Tasya dengan keketusan level 9.
Rassya sempat terkejut, namun ia kembali terkekeh mendapati respon demikian. Dirinya semakin semangat saja untuk menggoda perempuan galak di depannya ini.
"Tas, ngelihat Lo berhijab gini gue jadi ngerasa bertranformasi jadi tarzan lho," ucap Rassya. "Tarzandung cintamu sampai jatuh hati kepadamu. Uhuyy!"
"Ke Bandung ke kota kembang
Jalan-jalan naik kijang
Sayang-sayang beribu sayang
Hayati gak suka sama Abang."Rassya tergelak mendengar syair yang dibawakan Tasya. Ia pun berkata, "Itu kan sekarang, gak tau besok?" Tasya memutar bola matanya jengah. Terserah lah, asalkan temannya itu bahagia, tak apalah. Dirinya masih tahan digoda seperti ini.
"Neng geulis... Pujaan akang... Neng geulis... Akang hoyong tepang... Aye aye!" Rassya melanjutkan aksinya dengan ngedangdut sepanjang jalan, masih dengan membuntuti Tasya yang dongkol setengah mati.
Langkah Rassya tiba-tiba terhenti, begitu pun lagunya saat Tasya juga tiba-tiba berhenti berjalan.
"Tas, kenapa ber--"
"Kak Dika?" Tasya mengerutkan dahinya saat melihat Andika berhenti di depannya dengan napas terengah.
"Ada apa?" Rassya mengintip dari balik punggung Tasya.
"Kamu ikutan seleksi OSIS, gak?"
"Aku? Enggak, kak. Kenapa?"
"Kenapa? Ikut aja. Siapa tahu bisa lolos dan keterima! Coba ya Sya. Lumayan dapet pengalaman, lho!" Andika menatap serius Tasya.
"Tapi kak--"
"Udah, ini formulirnya. Kamu bisa lihat-lihat dulu, dipikir-pikir lagi ya. Kesempatan gak datang dua kali, lho."
"Eh, iya kak," jawab Tasya kikuk sembari menerima formulir itu.
"Aku duluan ya. Kalau kamu mau ikut seleksi, nanti hubungi aku aja." Tasya mengangguk sekilas.
"Handphone kamu?"
"Hah? Buat apaan, kak?" Tanya Tasya bingung.
"Save nomor telpon saya, biar nanti kamu lebih gampang kalau mau daftar."
Tasya lalu menyodorkan ponselnya dengan bingung, dan Andika tentu saja menyambut dengan baik ponsel itu.
"Dasar modus!" Gumam Rassya di belakang sembari mendengus jengah.
"Kalau gitu aku duluan ya." Andika kembali berlalu dengan terburu-buru. Sedangkan Tasya kembali berjalan menuju kelas tanpa memedulikan Rassya.
"Tasya, oi!" Rassya berteriak di tempatnya, tangannya berusaha menggapai-gapai Tasya yang sudah lebih dulu berlalu meninggalkan Rassya di persimpangan lorong.
"Entah aaapaaa yang merasukiimuu.. Hingga kau tega mengkhianatiku, yang tulus.. Mencintaimu... Salah apaa diriku padamu... Hingga kau tega mengkhianatiku, kau siaa-sia kan cintakuu uwuwu, uwow! Ooohh Tasyaa!" Rassya kembali berlagak dan tanpa tahu malunya kembali ngedangdut di sepanjang jalan.
Duk!
Sebuah bola basket terlempar mengenai pundak Tasya.
"Aish!" Tasya mengaduh dan menatap sengit ke arah lapang.
Dengan murka, Tasya melempar bola itu jauh ke sisi lain.
Formulir yang sedari tadi dipegangnya pun melayang ketika Tasya melempar bola basket tadi dengan penuh kemurkaan, dan persis mengenai wajah seseorang.
"Eh!" Tasya menyusul formulir itu.
"Hih! Apaan sih!?" Orang itu berbicara ketus, dan dengan kasar menarik paksa kertas yang menempel pada wajahnya.
FORMULIR PENDAFTARAN CALON ANGGOTA OSIS
"Formulir seleksian?" Gumamnya.
"Aduh, maaf--, EZAR!?" Tasya menutup mulutnya kaget.
"Heh, ini jadi formulir punya Lo!?" Oke, sambutan yang tidak hangat, batin Tasya.
"Jangan harap gue nyambut Lo dengan lemah lembut dan ramah tamah. Lo pikir kertas formulir yang nempel di muka gue ini lemah lembut?" Terdengar malas dalam nada bicaranya.
"Whoaa! Cenayang!" Tasya menutup mulutnya lagi, kagum. Benar-benar seorang cenayang! Begitu pikirnya.
"Udahlah! Gak usah mikir yang aneh-aneh," ketus Ezar mengibaskan tangannya.
Tasya memanyunkan bibirnya dan menekuk wajah. "Sensi banget dah!"
Ezar memutar kedua bola matanya malas. Lalu tersadar akan sesuatu.
"Sejak kapan lo pake hijab!?" Serunya tiba-tiba heboh sendiri. Matanya menatap jilbab putih yang dikenakan oleh Tasya.
"Kenapa orang-orang begitu histeris ngelihat cewek pake hijab, sih? Udah mirip ibu-ibu yang nemu barang bagus lagi diskon lima puluh persen aja," gumam Tasya malas.
Kenapa sih mereka kayak kampungan gitu, iyuhh. Pusying aku pusying.
"Eh, ini beneran elo?"
"Nama aku tuh Tasya, bukan elo." Tasya lagi-lagi mendengus ma-la-s.
"Wow! Hijrah ya, lo?" Ezar membulatkan matanya yang berbinar, bertanya memastikan.
"Kenapa sih kek yang pada heboh ngelihat cewek pake hijab tuh!?" Pekik Tasya frustasi. Mau hijrah aja netizen pada berkicau. Padahal ini baru permulaan doang.
Ezar tiba-tiba tersenyum.
"Kamu kenapa lagi senyum-senyum gitu?" Tasya semakin memberenggut tak suka.
"Mereka heboh bukan karena ngelihat cewek pakai hijab.. Tapi karena kamulah yang pakai hijab itu," kata Ezar sembari tersenyum manis.
"Maksud kamu, selama ini Tasya gak kelihatan kaya cewek?" Tasya memelototkan matanya seperti mata itu hendak meloncat keluar dari kantungnya.
Senyum Ezar lenyap seketika mendengar protesan Tasya. "Serah lo!" Seru Ezar, dirinya kesal level 11.
Makhluk apaan dah, giliran dimodusin juga tetep aja marah-marah. Ezar lalu mendelikkan matanya lier.
🐝
![](https://img.wattpad.com/cover/196103181-288-k18443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Fiksi RemajaBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...