ENAMBELAS

426 35 0
                                    


Sudah genap 1 minggu kepergian Camila, tapi tanda-tanda kepulangannya belum ada. Shawn cemas, ia takut Camila meninggalkannya.

"Tenang ya nak, Camila pasti pulang."

"Ini sudah hampir malam Mom, Camila belum juga menampakkan dirinya. Aku harus segera mencarinya. Aku ingin menyusulnya ke sana." Kemudian Shawn bergegas menuju kediaman orang tua Camila.

Ia mengemudi dengan gusar. Ia berusaha untuk mencegah pikiran-pikiran negatif yang menyerang otaknya. Ia berusaha mengontrol emosinya.

Setibanya ia di kediaman mertuanya, ia melihat Camila sedang memeluk seorang laki-laki. Amarah Shawn meningkat dengan cepat. Ia mengepalkan tangannya dan melangkah cepat ke arah Camila.

Shawn menghentak tubuh keduanya. Hingga pelukan mereka terlepas. Camila kaget dengan kedatangan Shawn.

"Shawn, aku bisa jelaskan." Kata Camila dengan panik.

"Diam! Menjelaskan apa hah?! Menjelaskan bahwa kau berselingkuh?" Tanya Shawn marah.

"Hei dude jangan berlaku kasar pada Camila. Kau hanya salah paham." Jawab lelaki yang tadi dipeluk Camila.

"Who are you? Kau tidak berhak mengaturku. Dan kau Camila, ayo pulang." Seru Shawn, seraya menarik tangan Camila.

Camila berusaha melepaskan diri dari Shawn, ia takut melihat Shawn sedang diliputi amarah.

"Shawn kau salah paham, dia Abrian, seniorku sewaktu kuliah, ia datang untuk mengucapkan selamat padaku. Saat hari pernikahan kita, ia tidak sempat datang." Jelas Camila.

Mendengar penuturan Camila, Shawn sedikit melonggarkan cengkeramannya.

"Lalu, kenapa tidak pulang? Kau sibuk dengan pria itu?"

"No Shawn! Don't say like that! Aku tadi sudah ingin pulang, tapi aku tidak enak jika menolak tamu. Please, tenangkan pikiranmu. Calm down! Aku tidak akan meninggalkanmu."

Abrian yang mendengar penjelasan Camila bertepuk tangan.

"Ternyata suamimu itu sangat posesif." Kata Abrian.

"Shut up!"

"Aku hanya ingin menemui istrimu, sekadar mengucapkan selamat atas pernikahan kalian. Lagipula, aku tidak mungkin mengambil Camila darimu, aku pria beristri." Ujar Abrian dengan tawa geli di akhir kalimatnya.

Shawn diam, merasa bodoh atas tindakan cerobohnya.

"Ya sudah Camila, aku pulang dulu. See you my baby girl." Abrian lalu pergi meninggalkan keduanya.

Shawn memberikan tatapan membunuh pada Abrian, yang dibalas dengan senyum geli dari Abrian.

"Shawn, Brian memang seperti itu. Jangan masukkan ke hati. Ayo masuk dulu."

"Sepertinya kau sangat mengenalnya." Kata Shawn sinis.

Camila diam saja menanggapi perkataan Shawn, mereka lalu masuk ke dalam rumah.

"Ehh ada Nak Shawn, silahkan suduk ." Kata Cathy yang melihat kedatangan Shawn.

"Iya ma, bagaimana keadaan papa?" Tanya Shawn.

"Sedang melakukan terapi rutin nak, mudah-mudahan cepat pulih. Terima kasih nak Shawn telah membiayai semua pengobatan papa Camila, dan juga telah memberi kami tempat tinggal yang layak." Kata Cathy penuh haru.

"Itu sudah menjadi tanggungjawabku Ma, keluarga Camila juga keluargaku. Kalian jangan sungkan bila memerlukan sesuatu. Sebisa mungkin aku akan memenuhinya."

"Terima kasih banyak nak, semoga kalian selalu diberkati Tuhan."

Camila hanya tersenyum melihat perilaku hangat Shawn kepada keluarganya. Ia bersyukur, karena Shawn bukanlah orang yang pelit.

"Oh iya, Camila, kamu jadi pulang hari ini, sayang?" Tanya Cathy.

"Iya Ma, tidak enak jika terlalu lama di sini." Kata Camila dengan raut wajah yang sedih.

"Hmm... Mama juga masih merindukanmu nak, tapi, sekarang kamu harus lebih nurut sama suamimu."

Camila memeluk mamanya. Dia masih sangat ingin tinggal di rumah itu, tetapi, ia sadar Shawn tidak akan mengizinkannya.

"Mama bikinkan minum untuk Shawn dulu, kamu duduk saja nak." Kata Cathy pada Camila.

"Tidak usah Ma, aku baru saja sudah meminum segelas kopi."

"Ohh ya sudah kalau begitu."

"Aku ingin mengambil pakaianku dulu." Kata Camila. Lalu melenggang pergi meninggalkan Shawn dan Mamanya.

"Maafkan Camila ya nak, jika dia membuat kesalahan. Mama tahu kalian sedang ada masalah. Selesaikan baik-baik nak," Kata Cathy.

"Iya Ma, saya berusaha untuk memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi di antara kami."

Camila datang dengan membawa koper kecil. Ia lalu pamit pada Papa dan Mamanya. Shawn dan Camila akhirnya meninggalkan rumah itu.

"Aku masih marah, jangan berpikir semuanya kembali membaik, aku hanya tidak ingin Mama berpikiran macam-macam tentang apa yang terjadi di antara kita." Kata Camila yang sudah berada di dalam mobil Shawn.

Shawn melirik ke arah Camila, lalu melajukan mobilnya.

"Isn't like that! Kamu hanya salah paham. Dan soal aku yang ... Yang hampir saja mencelakaimu, aku minta maaf." Sesal Shawn.

"Aku pikir, walaupun aku sudah kembali ke rumah, aku ingin kita tidak tidur sekamar. Aku ingin tidur di lantai dasar."

"Apa-apaan itu?"

"Itu adalah cara, agar kamu lebih mudah mendapatkan maafku."

"Tapi--"

"Sudah Shawn, aku lelah." Kata Camila mengakhiri perdebatannya dengan Shawn. Ia lalu menyenderkan dirinya pada jok dan mengalihkan tatapannya pada jendela mobil.

Sementara Shawn menggeram marah, ia tidak suka atas keputusan yang dibuat oleh Camila. Tapi, ia harus mengalah.

Mereka pun sampai pada rumah mereka. Keduanya berjalan tanpa sepatah kata pun. Keduanya larut dalam pemikiran masing-masing.

"Minta bibi Cezy untuk membersihkan kamar itu." Kata Shawn.

"Aku saja yang membersihkannya." Camila ingin beranjak dari tempatnya berdiri, namun Shawn tiba-tiba menarik tangannya dan memeluk tubuhnya.

"Maafkan aku, jika aku sudah terlalu banyak menyakitimu." Camila masih diam dan tak membalas pelukan Shawn.

Shawn lalu melepaskan pelukannya dan merendahkan dirinya sampai sejajar dengan perut Camila.

"Bagaimana keadannya? Dia tidak menyusahkanmu 'kan?" Tanya Shawn dengan tangan yang mengelus perut Camila.

Camila menatap Shawn, "Dia baik-baik saja." Jawab Camila. Shawn lalu menyingkap baju yang dikenakan Camila dan mengecup perut Camila.

"Baik-baik di dalam sana nak, jaga Mamamu, jangan menyusahkannya." Kata Shawn. Ia lalu berdiri dan pergi meninggalkan Camila yang masih berdiri di tempatnya.

Sebenarnya, apa yang kau sembunyikan dariku Shawn? Semestinya hubungan dibangun dengan kejujuran. Batin Camila

*****






[END] Find You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang