"Keadaan Mr. Vander Cabello masih belum stabil, dia masih berada dalam masa kritis. Kami akan melakukan yang terbaik untuk beliau, keluarga dimohon untuk banyak berdoa." Kata Dokter yang menangani Papa Camila.
Mereka yang ada di sana hanya bisa mendengarkan penjelasan dari dokter itu. Dengan doa yang terus terucap dari bibir mereka.
"Camila, kamu pulang saja dulu, Nak. Mama di sini kan bersama Luna." Kata Cathy yang melihat raut wajah Camila dan Shawn yang menunjukkan kelelahan yang sama.
"Tidak Ma, aku ingin di sini saja, menemani Mama dan Luna." Kata Camila yang kepalanya bersandar pada dada Shawn.
"Nanti kamu kelelahan sayang, Mama tidak apa-apa di sini saja bersama Luna. Kamu pulang saja dulu bersama Shawn, besok baru ke sini lagi."
"Tapi Ma,---"
"Pulang ya sayang, kasihan suami kamu." Kata Cathy. Pada akhirnya Camila mengalah pada Mamanya itu. Ia kemudian memeluk Mama dan adiknya, lalu pulang.
"Kami pulang dulu Ma," kata Shawn pada Cathy.
Cathy mengangguk, lalu Shawn dan Camila berjalan meninggalkan rumah sakit itu. Shawn mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang. Sementara Camila hanya termenung dengan tatapan kosong, pikirannya tengah berkelana memikirkan keadaan sang Papa.
"Baby, kamu tidak boleh terlalu banyak pikiran." Kata Shawn yang memegang tangan Camila.
Camila melihat ke arah Shawn, dan mengangguk.
Mereka telah sampai pada rumah mereka,
Devan menyambut mereka dengan tangisan.
"Aku ingin pulang ke rumah Mommy." Kata Devan dengan sesegukan.
"Lho, kenapa ingin pulang?" Tanya Shawn yang menggendong Devan, sementara Camila berjalan di samping Shawn.
Seharian ini, Camila memang merasakan letih di sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa sangat berat. Tapi dengan lihai ia menyembunyikannya.
"Aku tidak suka ditinggalkan." Kata Devan, memeluk leher Shawn.
"Maafkan Daddy boy, ya sudah kalau kamu ingin pulang, Daddy akan mengantarmu." Kata Shawn.
Camila berjalan ke arah kamar mereka, sementara Shawn menyimpan Devan di sofa dan menyusul Camila.
"Kamu sedang sakit?" Tanya Shawn pada Camila yang sedang memejamkan matanya di atas ranjang.
"Hanya merasa sedikit lelah." Jawab Camila masih dengan mata yang tertutup.
"Baiklah, aku akan mengantar Devan pulang. Kamu istirahatlah." Setelahnya, Shawn mengecup bibir Camila dengan singkat, lalu meninggalkannya.
*****
"Camila ... Hei baby, kamu belum makan sejak siang tadi, ayo bangun dan makan dulu." Kata Shawn yang sedang membangunkan Camila dari tidurnya.
Camila hanya melenguh sesaat, lalu kembali merapatkan selimutnya.
"Bibi tadi membuatkanmu sup ayam kesukaanmu, kamu 'kan sedang tidak enak badan. Jadi, ayo makan." Ulang Shawn. Tetapi tetap tidak mendapat respon. "Baiklah, aku akan menggunakan cara lain untuk membangunkanmu." Setelahnya, Shawn bergerak cepat menarik selimut dan mencium Camila.
Dia mencium Camila dengan sedikit menggigit bibir Camila. Camila yang sudah terbangun memukul-mukul dada Shawn yang tengah menciumnya dengan rakus.
Shawn melepaskan tautan bibir mereka. " Nah, jika dari tadi kamu bangun, aku tidak akan menggigit bibir manismu itu."
Camila meilirik Shawn tajam. Lalu dengan gerakan cepat mengambil sup ayam yang terletak di meja kecil sebelah ranjangnya.
Tapi, belum sempat Camila memakannya, ia sudah dibuat mual oleh aromanya.
Huekkk....
Huekkkkk....
Huekkk....
"Kamu kenapa sayang? Ada yang sakit?" Tanya Shawn yang menyusul Camila ke kamar mandi. Shawn mengusap tengkuk Camila yang belum berhenti memuntahkan isi perutnya.
"Aku tidak tahu, aku hanya merasa pusing dan sedikit tak enak badan."
"Aku panggilkan dokter," kata Shawn yang menuntun Camila kembali ke ranjang.
Shawn lalu menelepon dokter pribadi keluarga Mendes. Setelah beberapa menit berlalu, dokter itupun datang dan memeriksa Camila.
"Sepertinya Mrs. Mendes mengalami kelelahan. Dan kelelahan tidak boleh terjadi pada ibu hamil, apalagi Ny. Camila sedang hamil muda. Untuk pemeriksaan lebih jelasnya, silahkan Tn. Shawn membawanya ke rumah sakit atau klinik kandungan."
Camila dan Shawn bukan main senangnya. Akhirnya setelah mereka kehilangan anak mereka yanh pertama, Tuhan menggantinya dengan cepat.
"Terima kasih, Dok." Kata Shawn menjabat tangan dokter itu, dokter itu lalu pamit pulang meninggalkan mereka.
Shawn memeluk Camila dengan sangat erat, sebagai wujud rasa senangnya. Shawn juga beberapa kali mengecupi bibir Camila.
"Terima kasih sayang, kita harus menjaganya dengan baik." Kata Shawn.
Camila mengangguk, Shawn kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Camila. Sebagai wujud rasa senang dan syukurnya. Ia memagut bibir Camila dengan lembut, penuh perasaan.
Camila membalas Ciuman Shawn, dengan sesekali menghisap bibir bawah atau atas Shawn. Keduanya saling bertukar saliva, hingga mereka merasa cukup, dan mengakhirinya.
"Aku akan mengabari Mom and Dad dulu.", Ujar Shawn.
"Yaa, aku bisa memberitahu Mama dan Papa besok, ketika kita ke rumah sakit."
"Hmm.. baiklah sayang."
******
Hari ini, Shawn dan Camila tengah berada dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Camila merasa sangat antusias saat mengetahui bahwa dia kembali dipercayai oleh Tuhan untuk mengandung. Ia berjanji akan menjaga bayinya. Dia tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi.
Saat sudah sampai di rumah sakit, mereka segera berjalan ke ruangan tempat di mana Papa Camila dirawat. Camila melihat Cathy dan Aluna yang sedang duduk di bangku panjang depan ruang perawatan papanya.
“Ma,” panggilku. Mama mengalihkan pandangannya padaku, dan langsung berdiri, memelukku.
“Syukurlah. Papamu sudah melewati masa kritisnya sayang. Keadaan papamu sudah stabil.” Kata Mama dengan nada senang.
Aku mengucapkan syukur berkali-kali atas kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada keluargaku. Aku menangis terharu.
“Ma, Camila juga ingin memberikan kabar gembira untuk Mama.” Kataku. Kemudian aku mengelus perutku di depan Mama, Mama mengikuti arah tanganku yang naik turun. Setelah Mama sudah mengerti, ia menutup mulut dan setengah histeris.
“Kamu ... Hamil?” Tanya Mama yang seakan masih tidak percaya.
Aku mengangguk dengan keras.
“Oh ya Tuhan. Mama sangat senang.”
“Selamat kak, aku akan segera menjadi aunty lagi.” Kata Aluna yang juga ikut menyimak obrolan kami.
“Mulai sekarang, kamu harus jaga kesehatan, makan makanan yang bergizi supaya bayimu sehat. Dan juga kamu tidak boleh stres, karena dapat mengganggu perkembangan bayimu sayang.” Nasihat Mama.
“Iya Ma, aku akan menjaga bayiku ini dengan hati-hati.”
“Shawn, jaga Camila yah. Dia itu memang sudah dewasa, tapi kelakuannya masih seperti bocah 10 tahunan.” Perkataan Mama itu sontak saja membuat Shawn tersenyum mengejek.
Aku mencubit perutnya yang dibalas dengan ringisan kecil.
“Ma, kita udah boleh masuk ke ruang perawatan papa belum sih?” Tanyaku.
“Nunggu Papa siuman dulu, baru boleh masuk.” Jawab Mama.
"Oh gitu. Kalau begitu, aku ingin di sini bersama Mama. Shawn, kamu bisa pergi bekerja sekarang." Kataku pada Shawn yang sedang berdiri tepat di sampingku.
Shawn mengangguk.
"Ya sudah, aku berangkat dulu. Pukul sembilan aku ada rapat penting dengan pemegang saham." Shawn kemudian tanpa malu mengecuo bibirku, walaupun sekilas tetap saja meninggalkan bekas yang manis di bibirku.
Cataluna berdehem, sementara Mama seakan tak melihat apa.
"Ma, Luna, Saya berangkat dulu." Pamit Shawn, setelahnya dia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan rumah sakit ini.
Ahh. Pria itu memang selalu membuatku jatuh cinta tiap detiknya. Dengan perlakuan manis yang selalu dilayangkannya untukku.
Kuharap, keluarga kami selalu diberi kebahagiaan oleh Tuhan.
******
Dududuuud alur makin gak jelas😫Maafkeun yahh😣
Vote dan komen yahh😉
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Find You Again
FanfictionCOMPLETED Kisah tentang Shawn dan Camila. Jangan berharap lebih pada cerita ini😁 Tapi kalau kalian ingin baca, silahkan😘 (+) Ke perpustakaan pribadi anda.😚 17+ Jangan lupa TAMBAHKAN KE LIBRARY YAA.. #1 in Camila [3/12/19] #3 in Camila [18/12/19]