Camila memeluk Shawn dengan erat setelah mendengar penjelasannya. Ia merasa kasihan dan iba pada Shawn."Aku tetap mencintaimu, Shawn! Kamu tetap berada di sini." Camila menarik tangan Shawn, dan menempatkannya di atas dadanya. "Aku tak pernah meminta apapun padamu. Aku hanya ingin kamu mengatakan semua kegundahanmu. Kamu tidak sendiri. Ada aku dan Arrand bersamamu, di sampingmu."
Shawn mengangguk dan tersenyum. Ia mendekatkan dirinya pada Camila, dan menghadiahi satu kecupan di atas bibirnya.
"Aku beruntung, bertemu dan bisa memilikimu. Walaupun dengan cara yang salah, tapi itu sudah takdir. I love you so much, my wife."
"Jadi, Mommy Anne?"
"Mommy Anne itu Mama tiriku. Tapi aku lebih menyayanginya. Daddy dulu mengenalkannya padaku saat kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, dan setelah beberapa bulan, mereka menikah. Kamu tahu, dulu aku tidak ingin memiliki adik, karena takut kasih sayang Daddy terbagi. Dan mereka mengabulkannya untukku. Tapi sekarang, aku merasa menyesal, karena secara tak sengaja, aku menghancurkan mimpi mereka." Jelas Shawn.
Camila memeluk Shawn sekali lagi.
"Semuanya bukan salahmu. Apapun yang terjadi dalam hidupmu, itulah yang telah digariskan Tuhan untukmu." Shawn tersenyum mendengar penuturan istrinya itu.
"Bagaimana dengan kepalamu? Apa masih sakit? Aku benar-benar minta maaf." Sesal Shawn.
"Masih agak pusing, sedikit. Tak perlu khawatir. Aku ingin cepat pulang, aku merindukan Arrand." Ujar Camila.
"Hm, yaa... Arrand juga pasti sangat merindukan mommynya. Cepatlah sembuh, sweety. Istirahatlah sekarang."
Camila mengangguk. Ia memperbaiki posisinya dan segera menutup matanya.
Saat sedang memandangi wajah cantik Camila, tiba-tiba orang kepercayaannya menelepon, dan mengabarkan bahwa Alyssa memaksa ingin bertemu dengannya.
Shawn merasa sangat kesal! Ia sangat ingin membunuh Alyssa dengan tangannya sendiri! Bisa-bisanya ia terjebak dalam perangkap Alyssa!
Tetapi, satu masalahnya baru saja selesai, ia tak ingin ketenteraman hidup dan keluarganya terganggu, karena adanya si pengganggu, Alyssa.
Sebisa mungkin ia akan menyembunyikan hal ini dari Camila. Camila mencintainya bukan? Jadi, pasti Camila tak akan masalah jika mengetahui hal itu. Lagi pula, ia sudah berjanji pada dirinya, bahwa ia akan menyelesaikan semuanya dengan segera.
Ohh Camila, Cepatlah sembuh!
****
Hari itu, Camila baru saja keluar dari ruang perpustakaan, ia melihat segerombolan siswa sedang membentuk lingkaran, sedang mengelilingi sesuatu.
Saat semakin dekat, ia bisa mendengar segala umpatan dan sumpah serapah terdengar dari mulut salah satu di antara mereka.
Ia bisa mengenali orang itu. Martin, teman kelasnya.
Camila dengan cepat menghampiri Martin, saat melihat tangannya akan melayang ke wajah siswa yang terlihat cupu.
"Martin!" Panggilannya itu menahan ayunan tangan Martin.
"Oh Camila, ada apa?" Semua siswa yang berada di sana, menatap Camila. Tak terkecuali siswa cupu itu.
Camila salah tingkah jadinya. Dengan canggung ia mendekat dan berjalan mendekati Martin.
"Tadi, Ms. Luxy memanggilmu." Martin mengerutkan keningnya.
"Kapan ia memanggilku? Aku 'kan tadi ada di kelas, aku tidak mendengarnya berkata apapun."
"Barusan ia memanggilmu. Cepatlah ke ruangannya." Martin menghela nafasnya. Dan menyuruh teman-temannya bubar.
Camila memandang wajah siswa cupu itu, yang masih terlihat ketakutan. Ia melihat name tagnya-- Shawn Mendes.
"Mr. Mendes?" Panggil Camila.
Shawn mendongak melihat Camila. Ia gugup. Orang yang dikaguminya sejak lama berada di hadapannya sekarang.
Shawn sering melihat Camila memasuki perpustakaan, oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengikuti Camila. Dan sialnya, geng yang sering membullynya memergokinya sedang memperhatikan sesuatu.
Belum sempat Shawn membalas, bell sudah berbunyi dan Camila langsung meninggalkannya tanpa mengucapkan apapun.
Sejak saat itu, rasa kagumnya berubah menjadi rasa suka.
Shawn dan Camila bersekolah di Sekolah yang siswanya banyak dari kalangan menengah ke bawah. Shawn memilih sekolah di sana karena merasa sekolah itu lebih aman untuk dirinya.
"Mommy." Sapa Camila saat melihat Anne yang sedang menggendong Arrand memasuki ruangannya.
Anne tersenyum bahagia, melihat menantunya sudah siuman.
"Sayang, bagaimana keadaanmu?"
Camila mengambil Arrand dari gendongan.
"Aku sudah membaik, Mom." Camila menghadiahi wajah Arrand dengan ciumannya.
"Mama sangat merindukanmu, sayang." Arrand menepuk-nepuk tangannya dengan girang. Seakan menjawab pernyataan dari mamanya.
"Shawn mana?" Tanya Anne saat tak melihat Shawn di dalam ruangan.
"Shawn sedang membeli sesuatu."
Anne mengangguk dan mengeluarkan bubur yang telah dibuatnya untuk Camila.
"Arrand belum minum susu lho, tadi Mommy isi dotnya dengan susu formula, tapi enggak mau diminum. Makanya Momny buru-buru ke sini. Takut Arrand kelaparan."
"Uuuh sayang, anak Mommy mau minum susu yaa." Camila membuka tiga kancing bajunya, dan segera menyusui Arrand. Tak lama kemudian, Shawn datang dengan tangan yang penuh belanjaan.
"Mommy udah lama?" Tanya Shawn yang menghampiri Camila.
"Lumayan. Tadi diantar sama Daddy."
Shawn tersenyum pada Camila, begitupun sebaliknya. Hati Shawn terasa damai, melihat senyum teduh Camila.
******
Mendekati ending🤣 Tamat di sini jangan lupa baca ceritaku yang lain yaa;)Typo bertebaran😚😚😚
Thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Find You Again
FanfictionCOMPLETED Kisah tentang Shawn dan Camila. Jangan berharap lebih pada cerita ini😁 Tapi kalau kalian ingin baca, silahkan😘 (+) Ke perpustakaan pribadi anda.😚 17+ Jangan lupa TAMBAHKAN KE LIBRARY YAA.. #1 in Camila [3/12/19] #3 in Camila [18/12/19]