DUAPULUHEMPAT

367 29 7
                                    


Arrand Estrabao Mendes, anak pertama Shawn dan Camila sudah memasuki umurnya yang kelima bulan. Camila sangat senang melihat tumbuh kembang anaknya. Arrand anak yang sangat aktif, saat ditinggal oleh Camila, sering kali dia hampir saja jatuh dari ranjang. Membuat Camila lebih berhati-hati saat meninggalkannya.

Hubungannya pun dengan Shawn sudah sangat harmonis. Tiada hari yang dilewati oleh Camila tanpa pelukan hangat dari Shawn.

Tetapi, belakangan ini, Shawn seringkali pulang di atas jam sepuluh. Tentu saja alasannya banyak kerjaan. Camila dapat memakluminya. Walaupun ia sering kali kesusahan dan keteteran dalam mengurusi anaknya yang super aktif, tetapi dia menikmati perannya sebagai ibu baru.

"Arrand kalau besar jangan gila kerja yah nak, jangan ikuti papamu itu." Kata Camila pada anaknya itu. Sementara Aderrand menanggapi ucapan Camila dengan senyumnya yang lebar. Camila mencium pipi gembil Arand dengan penuh sayang.

"Papa sepertinya pulang larut lagi." Kata Camila sedih. Walaupun sudah terbiasa ditinggal oleh Shawn, tapi ia tetap merasa tidak nyaman saat tak melihat Shawn.

"Arrand tidur yuk. Mama Asiin dulu." Camila kemudian memberikan ASI pada Arand. Dia memang sudah bertekad akan memberikan ASI ekslusif pada Arrand.

Sementara itu, di tempat lain, Shawn tengah cemas dengan apa yang telah ia perbuat, ia merasa kembali mengkhianati kepercayaan Camila. Alyssa, yang ditemuinya beberapa bulan lalu, ternyata membawa dampak pada hatinya.

Saat Alyssa datang ke kantornya, dan mengajukan lamaran. Ia langsung menerimanya menjadi sekretarisnya. Shawn menerima Alyssa karena merasa dia dan Alyssa adalah teman. Tapi waktu mengubah semuanya, bahkan hatinya mulai goyah atas Camila.

"Alyssa, kurasa aku harus pulang." Kata Shawn pada Alyssa yang sudah akan membuka bajunya.

"Kenapa? Kita bahkan sudah sama-sama bergairah."

"Aku ... Aku merasa bahwa semua ini salah, aku sudah punya Camila dan Arrand." Kata Shawn dengan hati yang bimbang.

Sementara Alyssa berjalan ke arah Shawn, ia masih berusaha untuk mempertahankan Shawn di sisinya.

"Setelah semua yang terjadi? Kau ingin meninggalkanku?" Alyssa sudah duduk di atas pangkuan Shawn. Sementara Shawn semakin gelisah.

"Aku ingin pulang, ini sudah hampir jam 12 malam, Camila sendirian di rumah." Alyssa tak mengindahkan ucapan Shawn, ia memilih membungkam bibir Shawn dengan bibirnya. Meningkatkan lagi gairah mereka.

Shawn kalah. Ia lagi-lagi tunduk di atas gairahnya. Mereka melakukannya. Melakukan perbuatan yang tak seharusnya mereka lakukan. Perbuatan laknat.

Saat Shawn terbangun dari tidurnya, dengan Alyssa yang memeluknya erat, ia baru sadar akan kebodohannya. Ia lalu memungut pakaiannya dan meninggalkan Alyssa begitu saja. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul setengah satu malam. Camila pasti cemas mencarinya.

Shawn mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang membuatnya takut.

Dia sudah sampai di rumahnya, mengetuk pintu seakan ingin merobohkannya. Camila yang sudah menunggu Shawn dalam cemas, mendengar pintu digedor-gedor dengan sangat kuat, langsung bangkit dari duduknya.

"Maafkan aku, Camila." Kata Shawn saat Camila sudah membukakan pintu untuknya, ia memeluk Camila dengan erat. Dia benar-benar takut kehilangan Camila. Terlebih sudah ada Arrand yang mengikat mereka.

Camila tidak mengerti, mengapa Shawn pulang dalam keadaan kacau. Baju yang acak-acakan, serta wajah yang kacau, membuat Camila berpikir keras.

"Kamu kenapa?" Tanya Camila, berusaha mengontrol detak jantungnya.

Shawn hanya menggeleng dalam pelukan Camila. Camila menarik napas,

"Kita masuk, aku sudah sangat mengantuk menunggumu." Shawn kemudian melepas pelukannya, dan berjalan dengan tangan yang melingkar di pinggang Camila.

"Jangan pernah tinggalkan aku." Kata Shawn penuh harap.

"Aku tidak akan meninggalkanmu."

****

Prang.....

Brakk ....

Brakk....

Bunyi pantulan barang yang dilempar begitu memekakan telinga. Shawn kembali kacau. Penyakitnya kembali kambuh. Dia sedang melampiaskan semua rasa yang ada dalam hatinya di rumah orang tuanya.

Robert dan Anne berusaha menenangkan sang anak yang sedang kacau. Mereka ikut merasa terpukul melihat sang anak yang kembali tak bisa mengontrol dirinya.

"Shawn, kendalikan dirimu nak. Semua akan baik-baik saja, Camila tidak akan meninggalkanmu. Tenang ... Tenang sayang." Kata Anne berusaha menenangkan sang anak.

"Dia akan meninggalkanku, Mom, dia akan meninggalkanku." Racau Shawn.

"Kami akan berusaha merahasiakan semuanya nak, tenang, yah?"

Shawn kemudian berusaha megendalikan diri. Ia tidak ingin Camila melihatnya seperti orang gila, tak terkontrol. Oleh karena itu, dia mendatangi rumah orang tuanya. Tempat untuk melapiaskan semuanya.

Robert membantu sang anak untuk berdiri dan berjalan ke arah ranjang. Shawn membaringkan dirinya di atas ranjang empuk yang ada di kamarnya. Sementara pikirannya dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif.

Shawn menceritakan segalanya pada orang tuanya. Tak ada yang ia tutupi. Hubungannya dan Alyssa adalah kesalahan. Ia tidak boleh mempertahankannya.

"Istirahatlah, kalau sudah membaik, Daddy dan Mommy akan mengantarkanmu pulang." Setelahnya, Shawn berusaha memejamkan matanya. Akhirnya, dia terlelap juga.

Robert dan Anne bernapas lega saat melihat mata Shawn sudah tertutup sempurna.

"Bagaimana ini? Kita tidak mungkin kembali menyakiti Camila, terlebih keberadaan cucu kita." Kata Anne pada Robert.

"Kita harus memikirkan sesuatu, agar semuanya bisa terkendali. Aku tidak ingin kehilangan cucu dan menantuku." Ujar Robert.

Mereka kemudian meninggalkan Shawn yang sudah terlelap dalam tidurnya.

*****
Tandai jika ada typo yahh😊 Tquuuu ....




[END] Find You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang