SEMBILANBELAS

467 30 10
                                    


Sudah seminggu sejak kejadian itu, Camila masih tak mengacuhkan Shawn, padahal Shawn tak pernah beranjak dari ruang inap Camila.

Shawn hanya pulang ketika mengambil baju, atau ada pekerjaan yang tak bisa diwakili.

"Camila, ini sudah saatnya makan siang." Kata Shawn yang berdiri dari duduknya dan berjalan menuju Camila.

Camila hanya menatap kosong televisi yang menyala. Shawn lalu mengambil makanan yang disediakan oleh rumah sakit.

"Camila, kamu makan dulu. Agar kamu cepat pulih." Bujuk Shawn.

Shawn menyuapkan satu sendok bubur yang ditelan Camila dengan terpaksa. Camila lalu memandang sedih Shawn.

"Shawn, aku ingin bicara serius denganmu." Kata Camila yang menampilkan raut tegang dan cemas di wajahnya.

"Katakan... Aku akan mendengarkannya." Kata Shawn.

Sejenak Camila mengambil napas. Menetralkan detak jantungnya yanh memompa semakin keras.

"Aku ingin berpisah." Tiga kata itu dengan lancar lolos dari bibir Camila.

Shawn sudah tidak kaget lagi, dia sudah menduga bahwa Camila akan mengatakan kata laknat itu. Tetapi dia tidak akan mudah melepaskan Camila.

"Aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja.
Aku sudah mencintaimu." Kata Shawn.

"Kau ingin membuatku lebih menderita dari ini huh? Belum cukupkah aku kehilangan bayiku?" Tanya Camila putus asa. Dia mulai menangis. Mengeluarkan segala rasa sesak yang meghimpit dadanya.

Shawn memeluk Camila.

"Beri aku kesempatan, kita perbaiki semuanya. Kita mulai dari awal lagi." Kata Shawn.

"Tidak ada akhir bahagia bagi kita Shawn. Sebuah hubungan tidak akan berhasil tanpa kejujuran di dalamnya."

"Please... Sekali saja... Camila. Aku akan menjelaskan semuanya padamu. Asal kamu berjanji, tidak akan pernah meninggalkanku."

"Bagaimana bisa kamu menjamin bahwa kamu tidak akan membuatku tersakiti lagi, Shawn?"

"Karena jika sampai aku menyakitimu lagi, maka aku sendiri yang akan melepaskanmu."

*****

"Camila... Apa yang terjadi denganmu. Maaf, aku baru datang sekarang." Sella datang dan langsung menghambur ke pelukan Camila.

"Aku mengalami kecelakaan." Kata Camila. Lalu Abrian menyusul Sella, Shawn juga ada di sana. Melihat interaksi mereka.

"Aku minta maaf, gara-gara aku mengajakmu ke mall itu, kamu jadi seperti ini." Sesal Sella yang sudah menangis. Mungkin karena hormon ibu hamil, ia jadi sangat emosional.

"Tidak apa-apa, tak ada yang perlu disesalkan lagi."

"Hei baby girl, sudah baikan?" Tanya Abrian yang ikut bergabung bersama Camila dan Sella. Abrian lalu memeluk Camila, tetapi tidak lama Shawn datang melerai pelukan mereka.

"Mmm... Tak perlu terlalu dekat dengan Camila, dia masih butuh istirahat." Kata Shawn.

"Apaan sih, orang cuma mau jengukin Camila." Kata Sella mulai sewot.

"Ya sudah." Shawn mengalah, daripada terkena amukan dari ibu hamil.

"Cepat sembuh yaa, nanti kalau kamu sembuh, kami ajak jalan-jalan." Kata Abrian.

Shawn berdehem dengan keras.
"Dia bukan anak kecil yang kau iming-imingi sesuatu seperti itu." Katanya.

"Tidak usah banyak protes, aku mengajak Camila, bukan mengajakmu." Kata Abrian.

"Sudah-sudah. Perdebatan kalian membuatku semakin pusing." Keluh Camila.

Shawn diam, begitupun dengan Abrian. Setelah beberapa lama bercengkerama, akhirnya Sella dan Abrian pamit pulang. Tinggallah Shawn dan Camila berdua di ruangan itu.

"Shawn, kapan aku bisa pulang?" Tanya Camila.

"Mungkin besok atau lusa."

"Hmm. Jika aku memintamu menjelaskan semuanya sekarang, apa kamu bersedia Shawn?"

"Tentu."

"Kalau begitu, ceritakan."

Shawn menarik napasnya, sebelum memulai penjelasannya pada Camila.

"Anak laki-laki yang kamu lihat waktu itu memang anakku, dan perempuan itu adalah ibunya, mantan istriku."

Perkataan Shawn itu sontak membuat Camila terkejut.

"Kamu pernah menikah sebelum denganku? Kenapa kamu tidak mengatakannya Shawn?"

"Aku tidak ingin kamu menolak menikah denganku. Dengarkan penjelasanku hingga selesai. Jangan memotongnya."

"Aku terpaksa menikahinya, karena aku telah menghamilinya. Aku tak sengaja melakukannya, aku mabuk ... Dan kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya. Lalu dua bulan setelah kejadian itu, dia datang memberitahuku, bahwa dia sedang mengandung anakku. Percayalah Camila, aku tidak mencintainya sama sekali. Aku menikahinya karena aku harus bertanggung jawab terhadapnya."

Shawn memeluk Camila yang hanya mematung. "Pernikahan kami tidak berjalan dengan baik, karena kami memang terpaksa melakukan pernikahan itu untuk menjaga nama baik keluarga Retlina. Setelah kelahiran Devan, dia meminta cerai padaku. Aku menurutinya, dan kami berpisah. Tapi kami masih berhubungan baik, karena ada Devan yang mengikat kami."

"Hanya seperti itu?" Tanya Camila.

"Ya. Tak ada lagi yang aku sembunyikan darimu. Jadi aku mohon, aku tidak ingin pernikahanku kembali gagal. Maka bertahanlah denganku, kita perbaiki semuanya."

Camila menangis tersedu. "T-tapi anak kita yang jadi korbannya."

"Kita ikhlaskan dia." Camila mengangguk mendengar perkataan Shawn.

"Jadi, kita akan memulai semuanya dari awal?" Tanya Shawn lagi.

"Iya, tapi kamu harus berjanji, tidak akan melakukan kesalahan lagi."

"Siap! Kalau begitu, boleh aku menciummu Mrs. Mendes?"

Camila tersenyum dengan lebar, lalu mengangguk. Shawn lalu mendekatkan wajahnya pada Camila. Saat jaraknya hanya beberapa centi saja, dia berhenti, dan memberikan senyum yang sama pada Camila.

Shawn mendaratkan bibirnya pada bibir Camila. Menyesapnya dengan lembut. Membuat Camila merasa sangat dicintai.

"Kita akan cepat membuat adik untuknya." Kata Shawn. Camila tersenyum malu mendengar perkataan Shawn.

Camila lalu kembali berbaring, dengan Shawn yang senantiasa berada di sisinya.

*****

Hari ini adalah hari kepulangan Camila. Mereka akan tinggal di rumah keluarga Shawn untuk sementara waktu, hingga dirinya kembali pulih.

"Bagaimana keadaanmu sayang?" Tanya Mommy Shawn.

"Sudah baikan Mom." Kata Camila. Shawn lalu membukakan pintu kamar untuk Camila dan mereka masuk ke dalamnya.

"Syukurlah."

Camila hanya tersenyum. Lalu Anne meninggalkan Shawn dan Camila berdua di kamar lama Shawn.

Mereka menaiki ranjang, dan tidur. Shawn dengan pelan memeluk tubuh Camila.

"Lepas Shawn."

"Biarkan begini dulu, aku sangat merindukanmu."

"Bukannya kamu setiap hari berada di rumah sakit menemaniku."

"Iyasih, tapi nggak bebas meluk gini."

"Aishh..."

"Aku sangat-sangat merindukanmu." Kata Shawn.

Camila dengan malu menjawab. "Aku juga,"

"Dia akan senang jika dia mempunyai adik. Kita harus membuatnya untuk dia." Kata Shawn menggoda.

"Aku bahkan baru keluar dari rumah sakit. Kamu malah membahas tentang hal seperti itu."

"Baiklah-baiklah. Aku akan memberikan waktu istirahat untukmu. Agar nanti energimu terisi penuh untuk membuat Mendes Junior lagi."

Mereka tertawa bersama, masih dengan pelukan erat yang diberikan oleh Shawn. Camila tak memungkiri, bahwa ia sangat senang mendapat perlakuan seperti itu dari Shawn.

********

Sorry 4typo(s)



[END] Find You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang