[END] Find You Again

DELAPAN

Hari demi hari berlalu. Shawn dan Camila kian dekat. Hingga tak merasa canggung lagi.

Setiap hari Camila dijemput oleh Shawn, dan mereka berangkat bersama ke kantor.

Tanggal pernikahan mereka pun tinggal menghitung hari. Shawn dan Camila mulai sibuk mempersiapkan pernikahan mereka, mulai dari gedung, hotel, dan lain-lain.

Camila tidak banyak meminta seserahan. Ia hanya menerima apa yang akan Shawn berikan untuknya.

Hari ini, mereka sedang berada di butik ternama untuk memilih pakaian yang akan mereka gunakan di hari bahagianya.

Shawn memilih tuksedo berwarna biru navy yang harganya fantastis. Begitupun Camila, memilih gaunnya. Ia sebenarnya ingin yang sederhana saja. Tetapi Shawn tidak setuju. Katanya itu adalah hari istimewa mereka. Maka semuanya juga harus istimewa.

Tak tanggung-tanggung, Shawn merogoh kocek yang cukup dalam untuk biaya pernikahannya. Karena Camila tidak diizinkan untuk memberi sepeserpun uangnya.

"Pulang dari sini, kita makan dulu."

"Iya Shawn, aku juga lapar."

Shawn memeluk pinggang Camila posesif. Walaupun Camila tidak memakai riasan yang berlebihan, tapi kecantikannya tetap menyihir setiap pria yang memandangnya. Dengan senyum tulusnya dan tatapannya yang teduh, terasa menenangkan.

*****

"Camila, kamu jangan terlalu bekerja keras. 4 hari lagi hari pernikahan kita. Aku tidak ingin kamu kelelahan. Sekarang mari kita pulang. Kamu bisa menyelesaikan itu besok."

"Tidak Shawn, deadline. ini harus segera ku selesaikan. Kamu bisa pulang duluan. Aku tidak apa-apa sendirian."

"Aku yang khawatir, Camila. Sekarang ayo pulang. Tidak akan ada yang berani membantah perintahku di perusahaan ini."

Camila mengalah. Ia membereskan semua berkas dan akan membawanya pulang. Tapi Shawn kembali melarang Camila mengerjakannya di rumah, alhasil Camila pulang dengan wajah yang cemberut.

Sepanjang perjalanan Camila hanya diam dan memandang jalanan yang dilewatinya.

"Baby, aku minta maaf. Aku hanya tidak ingin kau kelelahan. Kita seharusnya sudah mengambil cuti pernikahan. Tapi kau tetap ingin bekerja." Kata Shawn yang sedang mengemudi, sesekali melihat ekspresi Camila.

Camila tetap diam.

Shawn merasa kemarahannya sudah akan menanjak. Ia memberhentikan mobilnya di tepi jalan.

"Jadi maumu apa? Kita kembali ke kantor? Jangan diam saja!" Kata Shawn dengan nada yang sedikit tinggi.

"Tidak. Kita pulang saja." Kata Camila lemah. Dia agak sedikit takut mendengar nada emosi Shawn.

"Aku tidak suka kau marah. Camila, aku tidak suka diabaikan, jadi jangan mengabaikanku. Paham?"

Camila hanya mengangguk mendengar ultimatum yang Shawn berikan. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di rumah Camila, Shawn segera mematikan mesin mobilnya.

"Kau masih marah? Aku minta maaf, aku lakukan itu juga untuk kebaikanmu."

Camila mengangguk.
"Tak apa, aku mengerti." Dengan sedikit tersenyum.

"Kalau begitu, beri aku satu ciuman."

"Aku... Shawn, nanti saja ya. Aku sudah sangat mengantuk."

"No baby. Jika kamu menolak keinginanku, itu berarti kau masih marah."

"Baiklah, baiklah."

Setelah itu Shawn maju memberikan bibirnya kepada Camila. Camila sudah mengecup singkat bibir Shawn. Tapi Shawn malah menahan tengkuk Camila dan memperdalam ciumannya. Camila kaget, karena sebelumnya Shawn tidak pernah melakukan itu.

Sampai mereka kehabisan nafas. Shawn baru melepaskan bibir Camila.

"Thanks sweetheart. I love you."

Camila masih membersihkan bekas ciuman Shawn dan mengangguk.

"Aku turun dulu."

Dan sepanjang perjalanan pulang, wajah Shawn tak berhenti tersenyum.

"Akhirnya bibir yang selama ini kudambakan bisa kurasakan juga. Bibirmu sangat manis Camila. Dan mungkin itu akan menjadi candu untukku setelah kita menikah." Ucap Shawn bermonolog.

Sementara Camila di dalam kamarnya tak berhenti memegangi dadanya yang berdetak aneh. Satu tangannya yang lain memegangi bibirnya yang seakan membengkak setelah ciuman Shawn.

****