DUAPULUH

559 30 0
                                    


"Daddy... Daddy.... Help me Dad." Racau Devan dalam tidurnya. Retlina yang berada di samping Devan langsung mengusap wajah putranya yabg dipenuhi keringat.

"Devan sayang, bangun ... Hei." Kemudian Devan membuka matanya dengan pandangan yang langsung mengarah pada Retlina.

"Aku ingin bertemu Dad, Mom."

"Iya sayang, besok yah."

Devan menangis dengan kencang. "Tidak! Aku tidak ingin besok! Aku inginnya sekarang."

"Ya sudah, Mom telepon dulu yah. Inikan sudah pukul setengah satu, mungkin Dad sedang tidur."

"Cepat Mom."

Kemudian Retlina menghubungi Shawn.

Shawn yang baru saja melakukan pergulatan panjang dengan Camila meraih ponselnya yang berdering, lalu melihat nama si penelepon.

"Yaa, ada apa?" Tanya Shawn menjawab panggilan dari Retlina.

"Devan, dia mencarimu."

"Ada apa dengannya?"

"Dia terbangun tengah malam, dia bermimpi menyebutkan namamu. Dia ingin kamu datang sekarang."

"Baiklah, aku akan datang sekarang." Kemudian Shawn menutup teleponnya dan memakai bajunya.

Camila merasakan pergerakan Shawn. "Mau kemana Shawn?" Tanya Camila yang mengucek matanya.

"Aku ingin pergi ke rumah Retlina, Devan mencariku." Kata Shawn jujur.

"Inikan sudah tengah malam. Besok saja." Kata Camila.

"Aku harus pergi sekarang, Devan pasti menungguku."

"Kalau begitu, aku ikut." Kata Camila.

"Jangan, biar aku saja yang pergi. Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa."

"Kalau kamu tidak mengijinkanku untuk ikut, aku akan marah padamu." Ancam Camila.

Perempuan memang selalu menang. "Ya sudah, bersiap-siaplah." Kata Shawn.

Camila mengangguk dan segera meraih pakaiannya di bawah lantai. Kemudian mereka pergi menuju ke rumah Retlina.

Shawn membunyikan bel rumah Retlina, tak lama kemudian seorang pembantu membukanya.

"Silakan masuk Tuan."

Shawn lalu menarik tangan Camila untuk berjalan bersamanya menuju ke kamar Devan. Devan masih menangis dipelukan Retlina, saat Shawn datang.

"Heiii Boy...", Seru Shawn yang membuat Devan mengarahkan pandangan padanya.

"Daddy." Devan lalu berlari ke arah Shawn, Camila hanya berdiri di dekat Shawn. Memperhatikan Retlina yang juga memperhatikannya.

"Ada apa hm?" Tanya Shawn pada Devan yang berada di gendongannya.

"Ada monster yang menyerangku Dad. Dia ingin menculikku." Kata Devan.

"Itu hanya mimpi oke?"

"Tapi, aku takut Dad."

"Kamu kan anak pemberani, jadi tidak boleh takut."

Devan memeluk leher Shawn erat. Dan tak sengaja melihat Camila.

"Who she is dad?"

"Dia adalah ibumu juga. Dia istri Daddy" Devan melotot mendengar pernyataan Shawn.

"Mama tiri kan jahat Dad. Aku tidak ingin memiliki Mama tiri."

"Dia tidak jahat sayang, dia akan menyayangimu."

Camila mendekat pada Devan. "Aku tidak jahat, aku tidak seperti ibu tiri yang ada di televisi." kata Camila tersenyum pada Devan.

"Mau kugendong?" Tanya Camila. Awalnya Devan ragu, tapi kemudian dia merentangkan tangannya untuk digendong oleh Camila.

"Mau ikut pulang bersama Daddy?" Tanya Shawn pada Devan.

Retlina sudah akan mengeluarkan pendapatnya saat Devan mengangguk mengiyakan perkataan Shawn.

"Good boy! Retlina, aku akan membawa Devan bersamaku, aku akan mengembalikannya besok."

Kemudian Shawn dan Camila serta Devan pamit pada Retlina yang melihat mereka seperti keluarga kecil yang bahagia.

Andaikan dia bisa bertahan dengan sifat posesif Shawn, andaikan dia dapat menahan egonya, andaikan dia mampu bersabar, dan banyak andai-andai lain yang menggerogoti hati Retlina.

Dia merasa sedikit tak enak melihat keharmonisan mereka.

Retlina kemudian mencium kening Devan yang berada digendongan Camila.

"Jangan nakal di sana."

"Siap Mom!" Kemudian Camila menggendong Devan meninggalkan rumah Retlina bersama Shawn.

*****

"Ayo makan dulu." Kata Camila pada Devan. Saat ini mereka tengah menikmati sarapan bersama di meja makan.

Camila dengan semangat mengisi piring Devan.

"Aku tidak suka sayur." Kata Devan saat melihat Camila mengisi piringnya dengan sayur.

"Nggak boleh gitu dong, nanti sayurnya cemburu kalau Devan tidak memakannya."

Devan masih cemberut, "Sedikit saja. Aku tidak ingin muntah setelah memakannya."

"Anak kamu banget Shawn, nggak mau makan sayur." Ujar Camila.

Shawn tertawa mendengar perkataan Camila. Dia merasa damai saat melihat interaksi Camila dan Devan yang sudah menghangat walaupun baru bertemu. Shawn memang sudah tepat karena memilih Camila sebagai istrinya.

"Pulangnya nanti malam aja ya Devan? Temenin Mama dulu di sini. Ya?"

"Mommy akan mencariku. Dia tak akan mengjinkanku pergi terlalu lama."

Camila merasa sedih saat Devan menolak menemaninya. Ia kesepian karena tak ada yang bisa menemaninya di rumah. Shawn juga tak memperbolehkannya untuk bekerja lagi.

"Nanti Daddy akan bilang pada Mommymu kalau kamu akan pulang nanti malam."

Devan berpikir sebentar, kemudian dia mengangguk.

"Camila, aku berangkat dulu. Jangan keluar rumah tanpa memberitahuku yah. Kalau kamu ingin pergi kemanapun, kamu harus mengabariku." Titah Shawn, yang kemudian mencium bibir Camila sekilas.

Camila memukul pelan dada Shawn. Di depannya kan ada Devan, tapi untungnya Devan sedang sibuk dengan makanannya.

"Boy, Daddy berangkat dulu." Shawn juga mengecup puncuk kepala Devan. Devan mengangguk saja mengiyakan.

"Aku ingin menonton kartun." Kata Devan pada Camila.

"Habiskan dulu makananmu sayang, jangan sisakan sayurnya." Kata Camila.

"Oke." Kemudian Devan dengan cepat menghabiskan makanannya. Setelahnya, mereka berjalan ke ruang santai untuk menonton kartun.

Camila mengambil beberapa cemilan untuk menemani waktu santainya.

"Kenapa Squidward selalu membenci spongebob?" Tanya Devan pada Camila. Dirinya tengah serius menikmati animasi Spongebob.

"Karena, Squidward merasa iri pada Spongebob." Jawab Camila.

Devan hanya mengangguk. Tak lama, Camila merasa pusing dan ia juga merasa mual.

"Mama, kenapa?" Tanya Devan saat melihat Camila memejamkan matanya.

"Mama sedikit pusing,"

"Mama istirahat saja, ayo ke kamar." Kata Devan mengajak Camila istirahat.

"Tidak apa-apa. Mama baik-baik saja. Lanjutkan nontonnya."

Kemudian Devan melanjutkan aktivitasnya.
Tak lama kemudian, terdengar dering ponsel Camila. Camila melihat nama si pemanggil dan ternyata Mamanya.

"Yaa, Halo Ma. Ada apa?"

"Papamu, dia ada di rumah sakit." Kata Cathy dengan suara tangis yang lebih mendominasi.

"Papa baik-baik saja kan Ma?" Tanya Camila pada mamanya, air matanya juga sudah mulai mengalir.

"Tenangkan dirimu nak, dan cepat ke rumah sakit." Setelahnya, Cathy mematikan teleponnya.

Camila mulai teringat masa-masa kebersamaannya dengan papanya.

"Devan, kamu mau ikut Mama? Mama mau ke rumah sakit." Kata Camila.

Devan menggeleng. " Ya sudah, kamu di sini saja sama Bibi, Mama akan menelepon Daddymu dulu." Setelahnya, Camila pergi meninggalkan Devan dan dengan buru-buru mengendarai mobilnya ke rumah sakit yang telah disebutkan mamanya tadi.

Di tengah perjalanan, ia menelepon Shawn dan mengabarkan bahwa Papanya sekarat. Tak henti-hentinya Camila menangis, hingga suara tangisannya dapat mengiris hati siapa saja yang mendengarnya.

Sampai di rumah sakit, Camila mencari nomor kamar Papanya, dan segera berjalan ke sana.

"Mama, apa yang terjadi pada Papa, Ma?" Tanya Camila yang memeluk Cathy. Sementara Cataluna tengah menangis di sudut bangku yang ada di sana.

"Papamu tadi baik-baik saja. Tapi, dia terkena serangan jantung." Kata Cathy sesegukan.

"Kita tunggu keterangan dari dokter dulu. Semoga Papa baik-baik saja."

Mereka saling menguatkan saat ada masalah yang mereka hadapi. Tak lama kemudian, Shawn datang dan Camila dengan cepat memeluk Shawn.

"Bagaimana keadaan Papa?"

"Dokter masih menanganinya." Kata Camila.

"Tenangkan dirimu sayang. Semoga Papa tidak kenapa-kenapa."

Kemudian, mereka duduk di bangku panjang dekat kamar sang Papa tengah ditangani.

*******

Thank you guys!!!

Maaf kalau alurnya makin ga nyambung😌😌



[END] Find You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang