"Shawn, sebentar siang aku ada janji dengan temanku." Kata Camila yang sedang memakan sarapannya di meja makan.
"Baiklah, kamu berangkat pukul berapa?"
"Kemungkinan pukul dua siang,"
"Ya sudah, hati-hati. Aku berangkat kerja dulu." Kata Shawn lalu mencium kening Camila.
Shawn meninggalkan Camila sendiri di meja makan. Untung saja pagi ini Camila tidak mengalami morning sickness, jadi ia bisa menelan beberapa sendok nasi.
Camila lalu mengambil ponselnya dan menelpon Sella---istri Abrian.
"Halo, Sella?"
"Dapat ijin 'kan kamu?" Tanya Sella.
"Iya, Shawn mengizinkan aku pergi. Jam dua jemput yah. Jangan ngaret pokoknya."
"Iya, aku lagi nyari baju yang pas buat kupakai, gini nih kalau udah hamil tua, di mana-mana bengkak."
Camila terkekeh mendengar ocehan Sella. Istri Abrian itu memang cerewet dan hiperaktif. Jadi, Abrian harus ekstra protektif pada istrinya itu.
"Oke."
Lalu sambungan telepon itu berakhir. Camila memilih untuk mandi terlebih dahulu, setelah itu ia memilih pakaian yang akan digunakannya pergi.
Camila memakai set pakain dalam, dan melihatnya di cermin. Ia mengelus perutnya yang masih rata, dan melihatnya di pantulan cermin.
"Sehat terus di dalam baby, Mama menyayangimu nak." Kata Camila. Ia lalu memakai bajunya dan beranjak meninggalkan kamarnya itu.
Ia mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga, lalu menyalakan televisinya. Ia mengganti-ganti channel yang menurutnya kurang bagus.
Tanpa sadar, jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah dua. Ia lalu membenahi dirinya, memoleskan make up tipis di wajahnya. Setelahnya, ia mengambil tas selempang yang sering digunakannya untuk hangout.
Sella mengabari Camila kalau ia sudah hampir sampai. 15 menit kemudian, terdengar deru suara mobil dan klakson. Camila buru-buru berjalan menuju pintu.
"Ihhhhh, rindu banget sama kamu. Maaf yah, nikahan kamu kemarin aku nggak datang, soalnya aku ikut Abrian yang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota." Kata Sella heboh dengan memeluk Camila dengan erat.
Camila membalas pelukan Sella tak kalah eratnya.
"Iya, nggak apa-apa kok."
"Aku gak enak lho sama kamu. Ya sudah. Ayo kita pergi." Sella menarik tangan Camila memasuki mobilnya.
"Bagaimana perkembangan dedeknya? Bulan depan udah lahiran yah, Sel?" Ujar Camila dengan tangan yang berada di perut Sella.
"Baik dong, iya lahiran, doain yah, jenis kelaminnya ngikut bapaknya."
"Selalu aku doain kok, Wah bagus dong, punya Abrian junior."
"Iya nih, si Abrian jadi punya sekutu."
Camila tertawa. Ia senang bisa berteman baik dengan Sella. Sella adalah sosok wanita sederhana dan baik, walaupun dulu Sella sempat salah paham melihat kedekatan Camila dan Abrian, tetapi lama-kelamaan ia mulai mengerti.
"Bagaimana denganmu? Sudah isi belum?"
"Iya sudah, hampir dua bulan."
"Woah, hebat juga Shawn yah, bisa buat kamu cepat hamil." Camila hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban.
Tak terasa mereka sudah sampai di mall tempat Sella akan membeli perlengkapan bayi.
"Maaf yah Mil, jadi repot nih kamu, seharusnya Abrian yang temenin aku, tapi dia lagi sibuk banget."
"Ehh nggak apa-apa kok, kayak sama siapa aja."
"Ya udah, ayo turun. Kita habisin uangnya Abrian."
"Ntar Abrian jadi miskin lho."
"Ihhh, mudah-mudahan enggak. Ayo." Setelahnya, Sella dan Camila berjalan memasuki mall terbesar yang ada di kota itu.
"Ntar beli aja apa yang kamu mau, tapi, bayar masing-masing yah beib." Kata Sella dengan tertawa. Ia lalu mengajak Camila memasuki salah satu bilik yang menjual pakaian.
"Katanya mau beli perlengkapan bayi?"
"Iya, tapi perlengkapan emaknya dulu, setelah itu baru anaknya." Camila hanya geleng-geleng melihat tingkah Sella. Wanita itu benar-benar terlalu apa adanya.
Setelah beberapa kali mengitari toko itu, Sella akhirnya membeli 5 potong baju, sedangkan Camila hanya membeli 2.
"Nah yuk, kita beli perlengkapan untuk dedeknya." Kata Sella.
Mereka berjalan menuju ke toko yang menjual perlengkapan bayi. Sella memilih beberapa potong baju yang menurutnya lucu.
"Menurutmu bagusan mana? Yang kanan apa kiri?" Tanya Sella meminta pendapat Camila.
Camila melihat baju bayi yang ditunjukkan oleh Sella.
"Yang kanan keknya." Jawab Camila.
Sella menimbang-nimbang jawaban dari Camila,
"Yasudah, aku ambil yang kiri aja."
"Lho, kenapa yang kiri?"
"Nggak apa-apa. Pengen aja sih."
Camila mengelus dadanya, ia diam tak ingin lagi berdebat dengan Sella.
Setelah beberapa jam berada di toko itu, akhirnya Sella telah membeli semua perlengkapan bayinya. Ia lalu mengajak Camila untuk singgah di resto yang ada di mall itu.
"Pokoknya, makanan di sana enak-enak deh. Kamu pasti ketagihan." Kata Sella mempromosikan resto yang akan dikunjunginya.
Camila berhenti melangkah, melihat sosok yang mirip dengan Shawn.
"Kenapa berhenti?" Tanya Sella.
"Aku, ingin ke toilet dulu. Kamu duluan saja." Jawab Camila.
"Oke, jangan lama yah. Aku tunggu di sana." Setelahnya keduanya berjalan dengan arah yang berlawanan.
Camila celingak-celinguk mencari jejak Shawn, ia tak salah lihat, pasti itu Shawn.
Setelah berjalan kesana-kemari, Camila akhirnya melihat Shawn. Ia ingin menghampiri Shawn yang berada di depan toko baju, tapi langkahnya terhenti saat melihat perempuan cantik yang berjalan dengan seorang anak lelaki yang kira-kira berumur 4 tahun.
"Daddy, kenapa Daddy lama sekali. Aku bosan menunggu."
Camila merasa jantungnya berhenti berdetak. Daddy? Anak itu memanggil Shawn dengan sebutan Daddy?
Bagaimana bisa?
"Maafkan Daddy, Daddy tadi banyak pekerjaan, jadi telat deh. Sebagai gantinya, mau makan ice cream, boy?"
Camila menghapus dengan kasar air mata yang mengalir di pipinya. Kebohongan apa yang kau sembunyikan Shawn? Mengapa anak kecil itu memanggilmu Daddy? Dan masih banyak pertanyaan lain yang bersarang di otak Camila.
Camila bimbang, apakah ia harus menghampiri Shawn sekarang, atau menunggu kepulangan Shawn?
Akhirnya, Camila memberanikan diri menghampiri Shawn, dengan segala konsekuensi yang akan diterimanya.
Dengan cepat Camila melangkahkan kakinya, sebelum ia kehilangan jejak Shawn lagi.
"Shawn!" Teriak Camila.
Shawn yang mendengar seseorang memangil namanya berbalik, betapa terkejutnya Shawn melihat orang itu.
Orang itu adalah Camila, istrinya.
Dengan berusaha tenang, Shawn menyerahkan Devan yang ada di gendongannya kepada Retlina.
Dengan langkah cepat, Camila menghampiri Shawn.
"Siapa anak itu Shawn? Siapa perempuan ini?" Tanya Camila saat sudah berada beberapa langkah di depan Shawn.
Shawn merasa bingung, tak tahu harus menjawab apa.
"D-dia..." Jawab Shawn terbata.
"Anakmu? Right, Shawn?" Potong Camila.
Shawn langsung membelalakkan matanya, lalu memandang anaknya yang menatapnya dengan bingung.
"Ayo kita pulang, kujelaskan nanti di rumah."
Camila tertawa sumbang, lalu air mata sialan itu kembali muncul di pipinya.
"Penjelasan huh? Penjelasan apalagi Shawn? Semuanya sudah jelas." Di akhir kata, Camila berbalik dan meninggalkan Shawn. Shawn tak tinggal diam, ia mengejar Camila. Camila yang tahu Shawn mengejarnya juga ikut berlari.
Sampai pada pintu keluar mall itu Camila masih berlari.
"Camila hati-hati." Peringat Shawn. Tapi Camila seakan tuli, ia tak mengindahkan ucapan Shawn.
Camila melihat Shawn yang masih berlari di belakangnya. Camila merasakan keram pada perutnya, tapi ia tetap memaksakan untuk lari. Kamu harus kuat nak.
Camila terus saja berlari, tanpa melihat bahwa di depannya kini adalah jalan raya.
"Camilaaaaaa awas!!!!!" Teriak Shawn.
Lalu, Camila memalingkan wajahnya pada sebuah truk besar yang sedang melaju menuju arahnya.
"Tidak, Camila!!!" Kata Shawn yang semakin mempercepat laju larinya.
Brukkkk....!
Shawn tahu, semuanya sudah terlambat.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Find You Again
Fiksi PenggemarCOMPLETED Kisah tentang Shawn dan Camila. Jangan berharap lebih pada cerita ini😁 Tapi kalau kalian ingin baca, silahkan😘 (+) Ke perpustakaan pribadi anda.😚 17+ Jangan lupa TAMBAHKAN KE LIBRARY YAA.. #1 in Camila [3/12/19] #3 in Camila [18/12/19]