DUAPULUHTUJUH

373 28 15
                                    


Arrand sudah tertidur pulas di atas ranjang. Camila berinisiatif untuk membersihkan kamarnya. Ia kemudian mengambil lap dan membersihkan beberapa perabotan yang ada di kamar itu.



Lemari, bufet, dan lainnya ia bersihkan. Keringat sudah membasahi wajahnya. Beberapa kali ia menyeka keringatnya.



Camila membuka laci terakhir. Ia meraih sebuah amplop putih yang di depannya tertera nama rumah sakit. Seingatnya, keluarganya tak pernah ada yang terserang penyakit.



Ia membuka isi dari amplop itu, dan membaca keterangannya. Di sana, nama Shawn tercetak dengan tebal, dengan beberapa istilah kedokteran yang tida dipahaminya.



Di sana tertera dengan jelas diagnosis dokter yang menangani Shawn, Camila meraih ponselnya dan dengan cepat mencari istilah yang dibacanya di kertas itu.



Ia membaca dengan teliti apa yang dimaksud dengan Psikotik. Ia tersentak, psikotik adalah salah satu gangguan kejiwaan. Walaupun psikotik memiliki tingkatan, tapi yang jelasnya Shawn mengidap penyakit itu.



Jadi, selama ini Shawn menyembunyikan penyakitnya? Untuk apa? Batin Camila.



Camila menangis, bukan karena menyesali penyakit Shawn, tapi, Camila menangis karena Camila tak diberitahu penyakit Shawn. Shawn tak memiliki kepercayaan yang cukup padanya.



Camila merasa kecewa, mengapa Shawn menyembunyikan hal penting ini.



Camila kembali ke akal sehatnya. Dia menghapus air matanya, dan melanjutkan pekerjaannya. Ini masih pagi, menjelang siang. Ia harus bersabar sampai. shawn pulang bekerja. Ia tak ingin datang sekarang ke kantor, dan mengganggu Shawn bekerja.



Arrand menangis kencang saat Camila sedang merapikan isi lemarinya. Dengan sigap ia menghampiri Arrand dan menimangnya, tapi Arrand tetap rewel. Camila memberi Arrand ASInya dan Arrand kembali tenang. Walaupun masih ada sisa dari tangisannya.



Camila mengecup kedua pipu gembil Arrand. Anak montoknya itu sangat menggemaskan. Arrandlah yang menjadi penyemangat Camila. Arrandlah yang menemani Camila yang kesepian.



Devan sudah dibawa oleh Retlina untuk menetap di Inggris. Awalnya Shawn tak mengizinkan, tapi Camila memberinya pengertian, dan ia merelakan kepergian Devan bersama ibunya itu.



Waktu seakan berjalan lambat bagi Camila. Ia menantikan kepulangan Shawn dengan tidak sabar. Ia duduk di atas sofa dengan memegang amplop yang ditemukannya tadi pagi.



Arrand baru saja tidurkan oleh Camila. Untuk mengusir rasa bosannya, Camila memilih menyalakan televisi. Karena terlalu kelelahan dengan beban pikirannya, akhirnya Camila tertidur.



Shawn yang lelah karena pekerajaannya di kantor cukup menguras energinya. Ia membuka pintu dan berjalan menuju kamarnya, ia melihat Camila yang tidur di atas sofa. Shawn menghampiri Camila, dan mendaratkan bibirnya di atas pipi Camila beberapa kali, hingga Camila merasa terusik, dan membuka matanya.



Mata mereka langsung bertabrakan. Mata Shawn memancarkan binar cinta untuk Camila, sedangkan Camila menatap Shawn dengan tatapan yang sulit didefinisikan.



"Kenapa tidur di sini? Hmm?" Tanya Shawn menggesekkan hidungnya pada hidung Camila.



"Aku tadi menunggumu." Mendengar jawaban Camila, Shawn tersenyum.



"Di mana Arrand?"



"Sedang tidur, di kamar." Shawn mengangguk dan berdiri untuk melangkah ke kamarnya. Tapi Camila menghentikan Shawn dengan cara menarik tangannya.

[END] Find You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang