Part 8

771 42 0
                                    

6 bulan kemudian...

Erina dan Erick sedang duduk bersandar di atas ranjang kamar tidur mereka. Erina tersenyum bahagia saat melihat Erick yang terus menerus mengelus-ngelus perut Erina, menciumi perut buncit Erina dan mengajak ngobrol bayi yang ada di dalam perut Erina. Tiba-tiba Erick berkata...

" Sayang, sebentar lagi baby kita lahir. Kakak nggak sabar lagi pengen cepat-cepat bertemu dengan baby kita berdua. "

" Iya kak, Erin juga. "

" Sayang, semoga aja nanti mami, papi, mama dan papa nggak rebutan sama baby kita ini ya? "

" Iya kak. Jangan sampai mereka berempat bertengkar lagi dan musuhan lagi seperti dulu. Iya kan kak? "

" Iya sayang. "

Erina dan Erick pun teringat kembali kejadian beberapa tahun yang lalu.

Flashback...

Saat Erina kelas 1 SMP, kedua orang tuanya memutuskan untuk pindah rumah di kawasan elite. Saat kedua orang tua Erina bertemu dengan kedua orang tua Erick, mereka berempat langsung berkata...

" Kalian...!!! "

" Ngapain anda berada di depan rumah saya? "
Ucap papi Erick. Papa Erina yang mendengarnya langsung berkata...

" What? Jadi itu rumah anda dan sekarang kita berdua tetanggaan? "

" What? Tetanggaan? Maksud anda, anda sekeluarga pindah di sebelah rumah saya? "

" Iya. "

" Kok bisa sih...!!! Lagian, ngapain juga anda sekeluarga harus pindah ke sebelah rumah saya? Apa nggak ada tempat lain? "

" Mana saya tahu kalau di sebelah itu rumah anda. Kalau saya tahu juga saya nggak bakalan membeli rumah ini. "

" Ya udah, kalau gitu anda pindah lagi aja sana. Beli aja rumah yang lain...!!! "

" Enak saja anda ngomong, memangnya beli rumah yang lain nggak pakai duit apa. "

" Anda kan tinggal jual lagi aja rumah ini sama orang lain. "

" Memangnya gampang apa ngejual rumah ini? Gimana kalau anda sekeluarga aja yang pindah dari lingkungan ini? "

" What? Enak aja anda ngomong...!!! Kenapa harus kita sekeluarga yang harus pindah dari lingkungan ini? Toh kita duluan yang tinggal di lingkungan ini. "

" Ya udah kalau anda nggak mau pindah. Kita jalani aja hidup bertetangga tapi bermusuhan seumur hidup. Beres kan? "

" What? "

Ucap papi Erick sangat kesal. Mami Erick yang melihatnya langsung berkata...

" Udah pi, papi jangan marah-marah terus. "

" Gimana papi nggak marah mi, gara-gara dia perusahaan kita kalah tender. "

" Anda kok nyalah-nyalahin saya sih. Perusahaan anda saja yang nggak kompeten...!!! "

" Enak aja anda ngomong...!!! Perusahaan anda tuh yang sama sekali nggak kompeten. Dasar OKB perebut tender orang lain...!!! "

" What? OKB? "
Ucap papa Erina sangat kesal. Mama Erina pun langsung cepat-cepat berkata...

" Pa pa udah, jangan bertengkar terus, malu di lihatin tetangga. "

" Biarin...!!! "

" Udah pa, ingat penyakit darah tinggi papa. "

" Oh...jadi anda darah kambing. Pantesan dari tadi anda marah-marah terus. "

" What? Darah kambing? "

" Iya...!!! Da...rah kam...bing...!!! Ha...ha...ha...!!! "

Ucap papi Erick tertawa bahagia. Mami Erick yang melihatnya langsung berkata...

" Papi, papi nggak boleh ngomong seperti itu. Papi juga nggak boleh ketawa berlebihan seperti itu...!!! Ingat jantung papi. Papi kan baru selesai operasi jantung. "

" Oh...ternyata anda juga penyakitan. Lebih parah lagi dari saya...!!! "

" What? "

Ucap papi Erick sangat kesal sekali mendengarnya. Erina yang sedari tadi diam tiba-tiba berkata...

" Kayaknya ini jodoh deh pa. "

" What? Jodoh? Jodoh apaan? "

" Musuhku tetanggaku. Seperti judul FTV FTV yang ada di TV. "

" What? Erina...!!! "

Tembok Cin(t)a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang