Begitulah. Sejak hari itu, aku dan Dikta semakin dekat. Hampir setiap hari kami saling berkomunikasi, baik via chat WA, line, DM Instagram, maupun videocall. Tanpa sadar, benih cinta mulai tumbuh dan mendewasa dalam hati kami, walau kami belum sepenuhnya menyadari itu. Sampai akhirnya, di tanggal 8 Maret. Hari itu, dilaksanakan acara puncak ulang tahun FK UGM. Pagi itu, grand final Medika Idol dimulai. Aku kebetulan termasuk dalam jajaran grand finalist. Yang membuatku kaget, sebagai salah satu juri, ada Dikta. Ini membuatku grogi. Namun, lagu I'm Falling In Love bisa kunyanyikan juga dengan mulus hari itu. Alhasil runner up 1 berhasil kuraih. Usai acara, Dikta menghampiriku. "Selamat. Kamu tadi oke kok. Cuma, teman kamu lebih powerfull nyanyinya, ya..karena lagunya dia yang agak seriosa sih," ucap Dikta. "Din. Terlepas dari acara tadi, kamu tetap nomor satu dalam hatiku. Aku sayang kamu, dan itu tulus, dari hati terdalamku," sambung Dikta. "Ini kalung buat kamu. Kalau kamu menerima cintaku, kamu ambil kalungnya. Tapi kalau kamu nggak menerima cintaku, kamu bisa buang kalungnya," lanjut Dikta. Ia memang telah memikirkan ini sejak lama. "Ya ampun. Kamu..beneran?," tanyaku. Aku pun merasakan hal yang sama, dan tak kusangka, Dikta lebih dulu mengatakan ini padaku. "Iya. Aku serius. Aku sayang sama kamu. Kamu mau, jadi wanita pilihanku? Jadi wanita yang selalu bersama dalam tiap momen hidupku? Lalu, kita berdua akan memulai hubungan kasih yang saling menjaga hati?," ujar Dikta. Ia kembali menegaskan maksudnya. "Mmmm....kalau begini sih...aku nggak bisa tolak kamu," sahutku sambil tersenyum dan menatap Dikta dengan penuh sayang. Dikta langsung memakaikan kalung itu untukku, lalu, ia genggam tanganku. "I love you Din,"ucap Dikta. "Love you too, Masta ku,"balasku. Dikta tersenyum. Ia senang karena aku mulai memanggilnya dengan sapaan sayang khusus untuknya. Lalu, aku dan Dikta bergandengan keluar area Taman IKM karena Dikta sudah dijemput oleh tim nya. "Kamu ikut dulu barengan sama aku," ajak Dikta. Aku menurut. Ya. Mulai hari itu, bunga cinta bersemi dalam hati kami.
Rupanya, Dikta mengajakku makan siang berdua di sebuah restoran romantis didekat Prambanan bernama Abhayagiri Restaurant yang juga milik Sumberwatu Herritage. "Kok kamu tahu tempat ini, Mas?,"tanyaku. "Iya. Aku tahu dari IG sih,"jawab Dikta. Lalu, kami menikmati makan siang dengan menu all you can eat seharga 170 ribu rupiah per orang. Dikta juga mengajakku berfoto. Maklum, kami baru saja jadian. "Din. Foto yuk, Sayang," ajak Dikta. "Boleh. Tapi aku pake dress ama heels nih. Agak repot kalau jalan. But, it's oke lah,"sahutku. "Kamu kan bisa pegang aku. Sini,"timpal Dikta. Ia gandeng tanganku. Alhasil, kami foto berdua dengan dibantu seorang fotografer dari tim Dikta bernama Mas Ichan. "Dikta. Dini. Hahay...Gitu donk. Gayanya yang mesra. Lu pegang pinggang Dini, Ta. Din, coba kamu lingkarkan tangan kamu ke leher Dikta. Ok, cakep...tahan tatapan dan senyumnya ya," ucap Mas Ichan. Ia memfotokan dan mengarahkan gaya kami. Ada foto saat kami saling berpandangan, dimana aku melingkarkan 2 tanganku ke leher Dikta dan Dikta memegang pinggang rampingku. Kebetulan, hari itu, Dikta memakai kemeja biru muda dan celana krem serta sepatu hitam, sedang aku memakai dress berwarna biru dengan hiasan bebatuan berwarna silver dan heels silver. Lalu, "Oke. Sekarang, Dini liat kearah pemandangan didepan itu, dan Dikta coba peluk Dini dari belakang. Oke...gitu," ucap Ichan dan kami menurut. Kemudian, ada foto saat aku duduk di area outdoor restoran tersebut, lalu, Dikta melingkarkan tanganya untuk memeluk bahuku dan aku bersandar dengan nyaman didada Dikta sembari memegang tangan kekasihku yang memeluk bahuku dengan sayang. Kemudian, ada juga foto saat aku memeluk Dikta dari belakang dengan ekspresi manja. Untuk selfie, beberapa selfie foto dan video dengan beragam ekspresi kami lakukan. Malah, ada yang kami upload di IG masing-masing. Dikta mengupload foto saat ia merangkul pinggangku dan aku memeluk pinggangnya dengan caption, 'Always be the part of me.' Sedang aku memilih mengupload foto saat Dikta melingkarkan 2 tangannya ke bahuku dan aku bersandar di dada kekasih tersayangku itu dengan caption, 'Together forever.' Spontan, para netizen sejak itu mulai banyak yang komentar di IG ku, karena mereka tahu, aku pacar dari Dikta, idola mereka. Tapi, aku berusaha santai, karena aku tahu, itu resiko berpacaran dengan pria yang jadi idola banyak wanita.
Setelah dari restoran, Dikta mengantarku ke kontrakan Ayu, sahabatku. Ia bahkan ikut masuk ke gang kecil kontrakan sahabatku itu tanpa canggung, sembari menggenggam tanganku, berusaha melindungiku. "Sayang. Itu, rumahnya Ayu didepan kamu,"ucapku. Beruntung juga, selama masuk gang tadi, warga tak terlalu ramai sehingga kehadiran Dikta tak terlalu menjadi sorotan warga. "Oke," sahut Dikta. Lalu, kami mengetuk pintu dan...2 sahabatku ini langsung heboh. Maklum, idola mereka, Dikta, mau mampir ke kontrakan Ayu. "Wah....ada Mas Dikta. Well. Dini kan bisa pake taksi online, ngapain dia dianter, Mas?," ucap Ayu. "Iya bener. Dia mah, udah biasa lakukan apapun sendiri," sahut Yuni. "Well. Saya emang sengaja sih, anterin Dini pulang. Soalnya, mana mungkin ada cowok yang biarin pacarnya pulang sendiri, selama cowok itu ada disisi pacarnya,"timpal Dikta. "Hah? Tunggu deh. Maksud Mas....kalian....semacam PDKT?,"tanya Yuni. "Gak lah. Gak PDKT. Tapi, well. Kenalin. Saya pacarnya Dini," ujar Dikta. Ayu dan Yuni menjabat tangan Dikta, lantaran Dikta mengajak mereka bersalaman. "Iya..jadiannya baru tadi sih," sambungku, yang sukses membuat Dikta spontan merangkul bahuku dengan sayang. "Wah..selamat ya, buat kalian. Kalo buat Dini...ya..akhirnya....dia pacaran juga, setelah jomblo kronis," ujar Yuni. "Iya, Mas. Mas Dikta ini, berarti....cinta pertama Dini," balas Ayu. "Berarti, aku beruntung. Soalnya, kekasihku ini belum pernah pacaran dan aku orang pertama yang buka gembok hatinya," ucap Dikta sambil mengusap rambutku, dan aku memegang tangannya. "Dan....karena itu juga, Mas Dikta gak boleh sakiti Dini,"balas Yuni. "Insya Allah, saya gak akan menyakiti sahabat kalian. Untuk itu, ya..saya minta tolong sama kalian untuk jagain Dini. Kan, kalian sahabatnya, saya sendiri kan, tinggalnya juga di Jakarta," ucap Dikta pada 2 sahabatku. "Iya, itu pasti. Asal Mas disana juga jaga hatinya," balas Yuni. Dikta tersenyum dan ia berucap, "Saya ini, kalau udah cinta sama 1 orang, akan saya jaga cinta itu sampai kapanpun," seraya melirikku dan ia cium pipiku. Kemudian, bersama Ayu dan Yuni, aku ikut dengan Dikta dan tim nya untuk mengantar Dikta ke bandara.
Selama di mobil. "Kenapa? Kamu kok diem?," tanya Dikta padaku. "Mmmm. Sini deh," ucap Dikta. Ia rangkul pundakku dan sandarkan kepalaku ke dadanya. "Pacarku ini kenapa sih? Bete ya, karena mau kutinggal? Kan, bisa WA, videocall, line, IG an, atau apapun nanti. Kalau kamu libur, kamu juga bisa susulin aku, atau aku yang ke Jogja," bujuk Dikta. Ia seolah tahu tentang apa yang kurasakan. Ya. Ada rasa sedih dan tak mau kehilangan saat aku harus mengantar kekasihku kembali ke Jakarta. Apalagi, kami baru jadian. "Ya udah. Aku gak apa-apa. Kamu disana baik-baik, ya. Jangan telat makan, harus jaga kesehatan kamu, trus.....gak boleh banyak begadang, ya, Mas," ucapku akhirnya setelah Dikta membujukku. "Iya. Kamu juga sama. Jaga kondisi. Belajar yang bener, tapi..gak boleh kecapean, ya, Sayang. Trus, seperti hal nya aku yang pamit sama kamu kalau mau kemanapun sebelum kita jadian, ya..kamu juga seperti itu. Bilang sama aku kalau mau pergi, atau..bisa curhat apapun deh," sahut Dikta. Tanpa terasa, kami tiba di bandara.
Di bandara. "Sayang. Udah mau boarding. Aku berangkat dulu. Inget 1 hal. Walau aku jauh, tapi...aku ada disini, dalam hati kamu," ucap Dikta sambil memelukku. Aku pun balas memeluknya dengan sayang. "Iya. Kamu hati-hati. Jaga hati kamu ya, seperti aku jaga hatiku buat kamu," pesanku. "Iya Sayang. Kamu juga jaga hati kamu. Nih, tolong pakaikan. Ini gelang keberuntungan dan cinta kita," ucap Dikta padaku. Ia memberikan 2 gelang unik dengan inisial D, dari nama kami berdua. Aku memakaikan 1 gelang ditangan Dikta, dan Dikta memakaikan 1 gelang lagi ditanganku. "Kamu hati-hati ya, Sayang," ucapku lagi, sambil kuusap pipinya. "Iya Sayang," sahut Dikta sambil mengusap pipiku, lalu, ia cium keningku. Lalu, ia masuk ke ruang check in. "Din. Yuk. Tuh, ditunggu ama kru kampus juga. Kata mereka, mereka dipesenin ama Dikta untuk anterin kita bertiga sampe ke kontrakanku," ucap Ayu sambil merangkulku. Ia tahu betul perasaanku sekarang. "Iya. Dikta sampe detail banget gitu, karena dia sayang sama kamu. Aku yakin, dia bisa jadi pasangan yang baik buat kamu," sahut Yuni. "Iya. Yuk," ujarku. Aku coba untuk tersenyum lagi.
YOU ARE READING
My Sunglasses Man
General FictionDia adalah sosok kakak, calon suami, sekaligus pengganti sosok ayah bagiku. Kami sama-sama sudah tak memiliki ayah lagi. Dia hadir dihidupku lewat sebuah ketidak sengajaan. Awalnya, aku tak suka dengan sosok lelaki berkacamata. Tapi, dia, Dikta ku...