Esoknya, aku dan Dikta menjemput para personil Dikta Project dan langsung mengarahkan mereka ke hotel didekat gedung pernikahan. Kami sempat sarapan dahulu. Dikta mengajak sarapan di Suka Hati yang terkenal dengan roti dan pisang srikaya nya. "Ini enak banget loh," ucap salah satu rekan Dikta. "Iya, Mas. Ini kesukaan Masta," ujarku. "Iya, lah. Ntar sebelum pulang, kita beli ini dulu. Kan berangkatnya jam 10 pagi tuh. Jadi, sebelum ke bandara, kesini dulu," balas Dikta. "Boleh. Ntar aku traktir," ucapku. Para personil Dikta Project sendiri memang sudah dekat sekali denganku, seperti hal nya personil Yovie and Nuno. "Mas. Kamu kalau mau sama teman kamu, gak masalah juga, Yang," ujarku. "Gak, lah. Kan, udah disiapin kamar sama mama. Lagian, mereka semua juga, habis istirahat bentar, malamnya mau kita ajak jalan keliling Sungai Kapuas," sahut Dikta. "Iya. Jadi, Senin nya, kita ke Tugu Khatulistiwa, Keraton Pontianak, trus, mamam pengkang," usulku. Dikta dan personil Dikta Project setuju. Lalu, sejenak, para personil Dikta Project kami arahkan untuk istirahat dihotel. Aku dan Dikta langsung ke rumah Tante Neyla lantaran Bang Dani, abang sepupuku, sudah datang. Aku juga harus membantu persiapan lainnya, bersama Dikta dan sepupu yang lain. Malamnya, aku dan Dikta mengajak personil Dikta Project jalan keliling Sungai Kapuas dengan kapal, juga kulineran. Mama juga kami ajak. "Ya...ini teman-teman saya, Ma. Pada lucu dan emang mereka nyenengin semua. Taapi kadang komplak," curhat Dikta. Ia memang cukup dekat dengan mamaku. "Iya. Nak. Besok jam 2 siang, kita udah masuk mess semua. Trus, check sound nya jam berapa?," tanya mama. "Kalau di jadwal dari WO, check sound nya habis Ashar, Ma," jawab Dikta. Ia memang memegang jadwal dari WO juga, karena ia adalah personil Dikta Project. "Mama juga mau lihat besok pas kalian check sound," ucap mama. Aku setuju.
Besoknya, jam 10 pagi, Kak Aci mulai dipasangkan henna. Setelahnya, aku juga dipasangkan henna. Ini membuatku digoda oleh sepupu lainnya. "Wah...yang bentar lagi. Ehehehe," goda Nisa, seorang sepupuku. "Ya...doain deh," balasku. Aku hanya di henna di tangan. Selesai dihenna, aku membantu mama packing barang untuk ke mess. Kebetulan, tak terlalu banyak barang yang kami bawa. Untuk acara akad nikah, aku akan memakai dress berwarna silver dengan panjang dibawah lutut dan kerah semi off shoulder. Dikta memakai setelan jas silver dengan dalaman navy blue. Aku juga memakai heels silver dan dikta memakai sepatu hitam. Tentunya, kalung, gelang, juga cincin dari Dikta yang ia berikan padaku saat kami jadian dan tunangan tak absen kupakai, anting dari oma Dikta pun melengkapi penampilanku. Dikta juga memakai cincin tunangan kami, dan cincin dari mamaku untuk kami berdua pun kami kenakan.
Sewaktu check sound dengan Dikta Project, abang dan mbakku mengajak aku dan Dikta untuk kolaborasi. Maka, kami membuat aransemen musik baru untuk lagu Kamulah Satu-Satunya dan Selimut Hati. Dasar para musisi, mereka membuat aransemen untuk 2 lagu itu dengan mudah. Sebagai penyanyi, aku cepat menyesuaikan. "Wah. Nanti, kita tampil di akhir aja, setelah aku tampil," usul Bang Dani. Kami semua setuju. "Boleh. Jadi, habis Dikta Project, baru band nya abang, trus Mbak Ajeng, dan terakhir, kita berempat," jelasku. "Sip," sahut Dikta. "Oke," timpal Ajeng.
Saat acara akad nikah. Pukul setengah 5 subuh, aku mulai berdandan. Kali itu, kugerai rambut sebahuku dan hanya kujepit dengan jepit rambut mutiara. Aku pun ber make up sendiri. “Kamu pas banget pake dress nya, loh, Nak. Trus..itu dari jauh kelihatannya gaun off shoulder, ya," ujar mama. "Iya. Padahal, ini kombinasi tile sama bahan gaun, Ma. Biasa...tanganya Mbak Julia, desainer langganan, emang top banget. Ya...beliau kan, sering buatin gaun untuk pesta gitu. Beliau juga buat tangannya model ¾ gitu," sahutku. Memang, gaunnya terlihat sangat pas ditubuhku. Maklum, beberapa kali fitting dan gaun ini pernah kupakai saat manggung dengan Yovie and Nuno. Lalu, kukenakan heels ku setelah membantu mama memakai songket nya. Tak lama, Dikta mengetuk pintu kamarku. Rupanya, ia juga sudah siap. "Mas....udah cakep aja kamu. Hehehe. Tapi...tunggu dulu. Nih, aku benerin dasi kamu, Mas," ucapku, sembari dengan spontan membetulkan dasi Dikta. "Iya, Sayang. Kamu kok cantik banget sih....," puji Dikta seraya membelai pipi dan rambutku. "Kamu loh, cakep juga. Nah, udah deh," sahutku. "Yang. Foto berdua dulu," ujarku. Lalu, kami foto selfie berdua, karena hari itu, kami sama-sama memakai busana warna silver. Ada juga pose bertiga dengan mama, dan mama memakai dress dari tenun Thailand. Setelahnya, kami turun ke lokasi acara di lantai 1 gedung.
YOU ARE READING
My Sunglasses Man
General FictionDia adalah sosok kakak, calon suami, sekaligus pengganti sosok ayah bagiku. Kami sama-sama sudah tak memiliki ayah lagi. Dia hadir dihidupku lewat sebuah ketidak sengajaan. Awalnya, aku tak suka dengan sosok lelaki berkacamata. Tapi, dia, Dikta ku...