Selama 1 minggu syuting, kurasa, kami memang semakin mantap untuk saling mencintai. Bahkan, single Till The End Of Time (Hingga Akhir Waktu) dirilis tepat di ulang tahun pertama pernikahan kami via Youtube dan sejumlah radio. "Wah...Gimana awalnya nih, Mbak, bisa bikin ide seperti ini?," tanya wartawan saat aku dan Dikta menghadiri acara launching single kami di sebuah hotel. Acara itu dibarengi juga dengan syukuran atas diraihnya platinum dari album pertama Dikta Project. Maklum, kami masih 1 manajemen. "Idenya...Ya, sebenernya, ini lagu solo saya, yang saya akan berikan untuk suami saya. Tapi, atas ide Mas Nino, lagu ini dibuat medley dengan 2 versi, Indonesia dan Inggris. Trus, beliau malah menawari kami berdua untuk duet. Ya....saya setuju aja. Soalnya, ini juga untuk suami tersayang," jawabku seraya melirik sayang Dikta. "Iya. Kan, bantuin istri, gak ada salahnya. Ini juga ibaratnya, proyek anniversary kami yang pertama. Lagunya juga, doa kami supaya kami tetap saling cinta sampai kapanpun," tambah Dikta seraya melirikku dan merangkul bahuku. "Nah. Ini juga bareng dengan syukuran platinum dari Dikta Project. Di album itu, kalian juga duet. Gimana nih, Mas Dikta?," tanya wartawan. "Bener. Acaranya disatuin aja biar lebih komplit, karena, kami 1 manajemen. Soal adanya 2 lagu duet saya dan istri, itu ya....pure pas kemarin, kami pengen aja nyanyiin lagu You Are The Reason dan Can't Help Falling In Love. Pas direkam, eh....oke banget. Ya udah, jadi dimasukin," jawab Dikta. "Untuk 2 lagu itu, kan, banyak yang request untuk dibuat klip. Gimana nih?," tanya wartawan. "Lah. Kalau 2 lagu itu, udah ada loh, klip cover nya. Itu ada di Youtube kami," jawab Dikta. Ya. Youtube kami berdua memang berisi performance duet, juga perjalanan cinta yang kami lakukan, baik di dalam maupun luar negeri. Usai interview, aku dan Dikta membawakan lagu Till The End Of Time (Hingga Akhir Waktu) dan beberapa lagu cinta lainnya.
Usai acara. "My love. Happy birthday," ujar Dikta. Saat itu, kami sedang makan malam di salah satu restoran romantis di Jakarta bersama keluarga besar. "Iya, makasih, ya, Sayang," sahutku. Lalu, Dikta mendekati sebuah piano dan ia menyanyikan lagu Happy Birthday versi Hikaru Shirosu. "Happy Happy Birthday. Happy, happy birthday. It's a special day for me too. Cause your beautiful heart was born on that day....Lalala. Lalalalalalalala. Thank you for coming to this world. I'm so happy to see your smile. Happy birthday to you," nyanyi Dikta dengan penuh penghayatan sembari bermain piano. Kuakui, permainan piano suamiku itu lebih mumpuni daripada aku. Spontan, kupeluk ia dari belakang. Dikta berdiri dan ia balas memelukku. "Makasih, Mas. Kamu beneran bahagianya aku," bisikku. "Iya, Sayang. Happy birthday dan happy anniversary for us," ucap Dikta. "Iya. Happy anniversary juga, suamiku sayang," balasku. Kupeluk Dikta seolah tak ingin kulepas lagi. Ya. Aku amat mencintai sosok suamiku. Ia tak hanya berperan sebagai suami. Tapi, ia bisa menjadi sahabat, juga partner yang baik bagiku dalam bidang apapun. Lalu, kami sekeluarga makan bersama. "Happy anniversary pertama untuk kalian berdua ya. Mami doain, kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah sampai kapanpun," ucap mami sembari memeluk kami berdua dengan sayang. "Mama juga sama. Untuk Dini, selamat ulang tahun dan untuk kalian berdua, selamat ulang tahun pernikahan yang pertama. Semoga kebahagiaan dan kebekahan selalu menyertai kalian," doa mama. "Oma doain, kalian terus menjaga cinta sampai kapanpun, dan mendapat anak yang soleh dan solehah," doa oma. Kami berdua mengamini doa indah dari mami, mama dan oma.
YOU ARE READING
My Sunglasses Man
General FictionDia adalah sosok kakak, calon suami, sekaligus pengganti sosok ayah bagiku. Kami sama-sama sudah tak memiliki ayah lagi. Dia hadir dihidupku lewat sebuah ketidak sengajaan. Awalnya, aku tak suka dengan sosok lelaki berkacamata. Tapi, dia, Dikta ku...